Rasanya, jarang sekali dadaku berdebar begitu kencang ketika akan mengunjungi suatu tempat. Namun, ya, itulah yang terjadi pada Jumat (19/11/21) lalu. Mau ke mana, sih, memangnya? Sebuah tempat yang mengisi begitu banyak ruang dalam laci-laci kosong kepalaku, pun menggoreskan keindahan dalam lembar-lembar yang terabai di hatiku. Ya, akhirnya mataku bisa kembali bertumbuk dengan megahnya pesona wajah baru TIM.
Revitalisasi TIM yang dilakukan oleh PT Jakarta Propertindo (JakPro) ini dibagi menjadi tiga tahap: tahap 1 yang meliputi pembangunan Gedung Parkir, Gedung Perpustakaan dan Wisma Seni, serta Masjid Amir Hamzah yang progresnya telah mencapai 99,04%; tahap 2 mencakup Planetarium, Gedung Annex, Teater Halaman, dan Graha Bhakti Budaya yang progres pengerjaan gedung-gedung uniknya sudah di angka 41,63%; tahap 3 yakni pemolesan pada interior gedung-gedung yang dibangun pada tahap 1 dan 2 dengan progres 26,08%. Nah, wacananya, seluruh proses revitalisasi TIM ini akan rampung pada Februari 2022.
Teater Besar
Sebenarnya, gak banyak perubahan yang terjadi di sini. Semua masih tampak sama dengan kali terakhir kukunjungi. Sebetulnya, aku lupa kapan “kali terakhir” itu sendiri. Sebab, agaknya Teater Besar ini cukup sering kusinggahi. Namun, yang paling berkesan di antaranya adalah sebuah pementasan teater yang membawakan lakon Umang-Umang. Selain karena pemainnya adalah teman-teman kampusku sendiri, aku juga menonton bersama orang yang biasanya berjarak 576km dariku.
Teater Kecil
Jujur, selain kunjungan minggu lalu, aku baru satu kali masuk ke ruang Teater Kecil ini. Saat itu sedang terselenggara acara Jakarta International Literary Festival. Aku datang untuk menghadiri simposium bertajuk “Reading Each Other” dengan Aan Mansyur—salah satu sastrawan favoritku—mewakili Indonesia. Dan, sama seperti apa yang kurasakan di Teater Besar, Teater Kecil ini pun gak mengalami banyak perubahan dari kali terakhir kulihatnya.
Masjid Amir Hamzah
Mengusung nama seorang sastrawan angkatan Pujangga Baru yang dijuluki dengan “Raja Penyair Pujangga Baru” saja sudah cukup menarik perhatian, nyatanya bola mataku semakin terbelalak ketika bangunannya tampak jelas di hadapan. Boleh dibilang, ini adalah salah satu masjid dengan desain terindah yang pernah kulihat. Di waktu salat zuhur, ada cahaya dari arah atas yang secara natural akan membentuk shaf salat. Pelataran masjidnya juga luas dan dipenuhi rerumputan hijau yang terpangkas rapi.
Gedung Panjang
Well, nama gedung ini belum permanen, ya. Namun, rasanya cukup jelas kenapa pada akhirnya mengambil nama sementara tersebut, kan? Sebab gedung ini memiliki panjang yang mencapai 200m dengan 14 lantai yang menjulang. Gedung yang dibangun di atas area yang dulunya menjadi pusat kuliner TIM ini memiliki desain yang gak kalah unik dengan Masjid Amir Hamzah. Bentuk gedungnya secara keseluruhan terinspirasi dari kapal phinisi, ditambah dengan desain fasad yang dibentuk dari nada lagu Rayuan Pulau Kelapa karya sang maestro—Ismail Marzuki. Oh iya, desain Gedung Panjang ini gak hanya unik, tapi juga sangat ramah untuk difabel, lho.
Oke, kalau ngomongin Papa Jassin beserta PDS HB Jassin, kurasa aku akan sulit berhenti karena kekagumanku pada beliau yang begitu membuncah. Jadi, aku hanya berharap revitalisasi TIM yang dilakukan #JakProUnstoppable ini lekas rampung dan bisa kembali mengunjunginya!
Taman Parkir TIM
Selepas sejenak menikmati sore dari atas Gedung Panjang, kami turun untuk menghela napas yang lebih dalam sembari duduk-duduk di area Taman Parkir TIM. Iya, Taman Parkir TIM. Sebab taman hijau ini dibangun tepat di atas area parkir yang bersebelahan dengan Gedung Panjang. Hal ini merupakan salah satu upaya untuk mendukung lingkungan sehat, bersih, dan berkelanjutan. Banyak sekali hal yang gak biasa, ya, dari #WajahBaruTIM yang sedang bersolek ini?
Asli, deh, pemandangan di Taman Parkir TIM ini menyenangkan sekali. Ada rerumputan, bangku-bangku, dan pepohonan. Kalau sudah dibuka kembali, pasti ini akan jadi salah satu tempat favorit untuk nongkrong. Ya, sudah cocoklah untuk disebut sebagai TIM urban tourism seiring dengan diselenggarakannya #TIMFest2021!
Kalau kamu sudah merasa sangat penasaran sampai gak sabar menunggu wajah baru TIM rampung keseluruhannya pada Februari 2022, kamu bisa melakukan kunjungan terbatas setiap hari Kamis pukul 15.00-17.00 kok. Maksimal pengunjungnya hanya 10 orang saja, ya. Kamu bisa ajak teman atau kerabat. Sebelumnya, kamu harus melakukan registrasi terlebih dahulu. Untuk informasi lebih lengkap terkait kunjungan terbatas ataupun progres revitalisasi TIM bisa kamu temui di akun instagram @wajahbaru_tim!
Dan di lepas rindunya, seraut wajah baru memikat rasa
Garis-garis bibir yang tersungging merangkul layang imaji menembus mega
Waktu yang memburu, degub yang menderu, kita segera bertemu
Taman Ismail Marzuki dan Rangkulan Hangatnya
Sebagai salah satu pusat kesenian yang terbesar dan tertua di Indonesia, sudah gak bisa dihitung lagi banyaknya karya besar dan seniman ternama yang terlahir di sana. Bagiku, Taman Ismail Marzuki serupa cahaya yang dengan kehangatannya menjulurkan jemari lembut untuk merangkul komunitas unggul yang bernapaskan kesenian. Seni seringkali dipandang sebelah mata, kan? Alih-alih demikian, Taman Ismail Marzuki dengan gagahnya selalu membuat seni menjadi sesuatu yang begitu istimewa.Sebutlah lima macam seni yang familier di masyarakat luas; seni rupa, seni musik, seni gerak, seni pertunjukan, dan seni sastra. Tanpa menganaktirikan satu pun di antaranya, Taman Ismail Marzuki memberi tempat pada masing-masingnya. Berkali-kali aku terpukau dengan kombinasi warna yang disajikan pelukis-pelukis berbakat dalam berbagai pameran di Galeri Cipta II, memeluk damai saat melodi indah di Teater Besar menggema menyelimuti telinga, mengagumi lekuk tubuh gemulai para penari di Plaza Ismail Marzuki, duduk khidmat menikmati lakon-lakon yang dimainkan di Graha Bhakti Budaya, dan mengulik sejarah sastra Indonesia yang tersimpan rapi di PDS HB Jassin.
Revitalisasi Taman Ismail Marzuki
Seingatku, kali terakhir kaki-kakiku memijak lahan 72.000m2 itu adalah tanggal 22 Agustus 2019 untuk menghadiri acara Jakarta International Literary Festival. Sekarang hampir menyentuh pengujung tahun 2021, lebih dari dua tahun aku gak mampir ke TIM! Selain terhalang oleh pandemi, ini berkaitan juga dengan proses revitalisasi TIM yang bertujuan untuk memperbarui dan menambah fasilitas di TIM. Harapan lain yang tersemat adalah untuk menjadikannya sebagai pusat kesenian dan kebudayaan kelas dunia. Wow! Ya, maka dari itu di awal tadi kubilang dadaku berdebar begitu kencang seiring dengan detik-detik kunjungan pertama untuk melihat wajah baru TIM setelah sekian lama.Revitalisasi TIM yang dilakukan oleh PT Jakarta Propertindo (JakPro) ini dibagi menjadi tiga tahap: tahap 1 yang meliputi pembangunan Gedung Parkir, Gedung Perpustakaan dan Wisma Seni, serta Masjid Amir Hamzah yang progresnya telah mencapai 99,04%; tahap 2 mencakup Planetarium, Gedung Annex, Teater Halaman, dan Graha Bhakti Budaya yang progres pengerjaan gedung-gedung uniknya sudah di angka 41,63%; tahap 3 yakni pemolesan pada interior gedung-gedung yang dibangun pada tahap 1 dan 2 dengan progres 26,08%. Nah, wacananya, seluruh proses revitalisasi TIM ini akan rampung pada Februari 2022.
Pesona Megah Wajah Baru TIM
Bersama beberapa rekan narablog lain, aku menilik progres tahap 1 wajah baru TIM yang begitu memukau. Perjalanan kami dimulai dari memasuki Gedung Teater Jakarta, yang di dalamnya ada ruang Teater Besar dan Teater Kecil.Teater Besar
Sebenarnya, gak banyak perubahan yang terjadi di sini. Semua masih tampak sama dengan kali terakhir kukunjungi. Sebetulnya, aku lupa kapan “kali terakhir” itu sendiri. Sebab, agaknya Teater Besar ini cukup sering kusinggahi. Namun, yang paling berkesan di antaranya adalah sebuah pementasan teater yang membawakan lakon Umang-Umang. Selain karena pemainnya adalah teman-teman kampusku sendiri, aku juga menonton bersama orang yang biasanya berjarak 576km dariku.
Bengkel Sastra dalam lakon "Umang-Umang", Teater Besar, 19 Agustus 2017. Cr: Faiz. |
Teater Besar, 19 November 2021. |
Dengan dimensi panggung 14m x 16m x 9m dan daya tampung ruang mencapai 1.200 orang, Teater Besar ini bisa disewa dengan harga Rp30.000.000/hari. Jika berminat, bisa mengajukan proposal acara terlebih dahulu. Nantinya akan dikurasi lebih lanjut oleh pihak TIM. Bila visi dan misi acaranya sesuai dengan tema seni dan budaya—seperti yang digadangkan oleh Taman Ismail Marzuki, maka akan semakin besar kemungkinan lolosnya.
Teater Kecil
Jujur, selain kunjungan minggu lalu, aku baru satu kali masuk ke ruang Teater Kecil ini. Saat itu sedang terselenggara acara Jakarta International Literary Festival. Aku datang untuk menghadiri simposium bertajuk “Reading Each Other” dengan Aan Mansyur—salah satu sastrawan favoritku—mewakili Indonesia. Dan, sama seperti apa yang kurasakan di Teater Besar, Teater Kecil ini pun gak mengalami banyak perubahan dari kali terakhir kulihatnya.
Simposium "Reading Each Other", Teater Kecil, 22 Agustus 2019. Cr: web JILF. |
Teater Kecil, 19 November 2021. |
Kalau ingin mengadakan acara seminar, monolog, atau pertunjukan teater dengan set sederhana, Teater Kecil ini cocok banget, lho! Dengan daya tampung 250 orang dan dimensi panggung 10m x 5m x 6m, tau gak harga sewa per harinya berapa? Aku agak kaget karena fasilitas sebagus itu bisa disewa hanya dengan merogoh kocek Rp3.000.000 untuk satu harinya. Terjangkau banget, kan? Namun, jelas, harus melalui proses kurasi yang ketat dulu, ya.
Masjid Amir Hamzah
Mengusung nama seorang sastrawan angkatan Pujangga Baru yang dijuluki dengan “Raja Penyair Pujangga Baru” saja sudah cukup menarik perhatian, nyatanya bola mataku semakin terbelalak ketika bangunannya tampak jelas di hadapan. Boleh dibilang, ini adalah salah satu masjid dengan desain terindah yang pernah kulihat. Di waktu salat zuhur, ada cahaya dari arah atas yang secara natural akan membentuk shaf salat. Pelataran masjidnya juga luas dan dipenuhi rerumputan hijau yang terpangkas rapi.
Ada kolam ikan! Cr: IG @wajahbaru_tim |
Cr: IG @wajahbaru_tim |
Selain tampilannya yang modern dan menggugah kenyamanan beribadah, masjid ini—menurutku—juga cukup unik. Pasalnya, aku belum pernah melihat tempat ibadah dengan kolam ikan yang lumayan besar. Belum cukup sampai di situ, salah satu dari tiga pohon tertua yang ada di area Taman Ismail Marzuki sekarang dipindahkan ke pelataran Masjid Amir Hamzah. Pemindahannya sendiri menggunakan sistem earth balling. Terbayang, deh, dengan kurang lebih 250 jemaah yang bisa ditampung, rasanya masih akan tetap khusyuk berkasih dengan Tuhan.
Gedung Panjang
Well, nama gedung ini belum permanen, ya. Namun, rasanya cukup jelas kenapa pada akhirnya mengambil nama sementara tersebut, kan? Sebab gedung ini memiliki panjang yang mencapai 200m dengan 14 lantai yang menjulang. Gedung yang dibangun di atas area yang dulunya menjadi pusat kuliner TIM ini memiliki desain yang gak kalah unik dengan Masjid Amir Hamzah. Bentuk gedungnya secara keseluruhan terinspirasi dari kapal phinisi, ditambah dengan desain fasad yang dibentuk dari nada lagu Rayuan Pulau Kelapa karya sang maestro—Ismail Marzuki. Oh iya, desain Gedung Panjang ini gak hanya unik, tapi juga sangat ramah untuk difabel, lho.
Detail fungsi gedung ini per lantainya adalah sebagai berikut:
Ah, masih jelas sekali ingatakanku tentang kunjungan terakhir pada 10 Mei 2014. Tepat di ulang tahunnya yang ke-37, aku dan teman-teman bertemu dengan (alm.) Leon Agusta di sana! Bukan hanya itu, beliau juga dengan ramah dan baik hatinya duduk bersama kami dan menuliskan selarik sajak yang gak akan pernah kulupa.
- Lantai 1 - 3: ruang publik yang mencakup galeri seni, kafetaria, dan co-working space
- Lantai 4 - 7: perpustakaan dan Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin
- Lantai 8 - 12: wisma seni
- Lantai 12 - 14: ruang komite seni dan kantor pengelola TIM
View cantik dari lantai 8, ada kolam renangnya! |
Jujur, bagian yang paling membuatku bergairah dari Gedung Panjang ini adalah PDS HB Jassin. Semasa kuliah dulu, kusering sekali datang mengunjunginya. Hans Bague Jassin adalah seorang kritikus sastra terbaik yang dimiliki Indonesia dan belum dapat tergantikan hingga sekarang. Beliau juga disebut-sebut sebagai orang paling telaten dalam melakukan dokumentasi terkait sastra Indonesia. Maka, ya, gak heran kalau PDS HB Jassin ini resmi berdiri sejak 10 Mei 1977.
Ah, masih jelas sekali ingatakanku tentang kunjungan terakhir pada 10 Mei 2014. Tepat di ulang tahunnya yang ke-37, aku dan teman-teman bertemu dengan (alm.) Leon Agusta di sana! Bukan hanya itu, beliau juga dengan ramah dan baik hatinya duduk bersama kami dan menuliskan selarik sajak yang gak akan pernah kulupa.
Selarik sajak dari (alm.) Leon Agusta, PDS HB Jassin, 10 Mei 2014. |
Nah, melihat calon PDS HB Jassin yang sekarang tampak jauh lebih megah dari sebelumnya, tentu ada rasa gak sabar yang meledak-ledak. Serius, deh, kalau kamu adalah orang yang tertarik untuk mengulik sejarah sastra Indonesia, PDS HB Jassin adalah surga dunia. Kalau dulu, sistemnya kita harus menginformaskan terlebih dahulu kepada petugas mengenai data yang kita cari, kemudian petugasnya akan membuat salinannya. Kalau gak salah ingat sih kita hanya tinggal bayar biaya salinannya.
“Pak, mau cari data tentang perseteruan Manifest Kebudayaan dan Lekra, boleh tolong dibantu?” dan beberapa saat kemudian kepalamu akan mengepul menerima begitu banyak informasi dari balik tembok tertutupnya. Semoga sistem barunya nanti gak jauh beda dengan yang sebelumnya, supaya data-datanya tetap aman karena gak bisa diakses sembarang orang.
“Pak, mau cari data tentang perseteruan Manifest Kebudayaan dan Lekra, boleh tolong dibantu?” dan beberapa saat kemudian kepalamu akan mengepul menerima begitu banyak informasi dari balik tembok tertutupnya. Semoga sistem barunya nanti gak jauh beda dengan yang sebelumnya, supaya data-datanya tetap aman karena gak bisa diakses sembarang orang.
Oke, kalau ngomongin Papa Jassin beserta PDS HB Jassin, kurasa aku akan sulit berhenti karena kekagumanku pada beliau yang begitu membuncah. Jadi, aku hanya berharap revitalisasi TIM yang dilakukan #JakProUnstoppable ini lekas rampung dan bisa kembali mengunjunginya!
Taman Parkir TIM
Selepas sejenak menikmati sore dari atas Gedung Panjang, kami turun untuk menghela napas yang lebih dalam sembari duduk-duduk di area Taman Parkir TIM. Iya, Taman Parkir TIM. Sebab taman hijau ini dibangun tepat di atas area parkir yang bersebelahan dengan Gedung Panjang. Hal ini merupakan salah satu upaya untuk mendukung lingkungan sehat, bersih, dan berkelanjutan. Banyak sekali hal yang gak biasa, ya, dari #WajahBaruTIM yang sedang bersolek ini?
Asli, deh, pemandangan di Taman Parkir TIM ini menyenangkan sekali. Ada rerumputan, bangku-bangku, dan pepohonan. Kalau sudah dibuka kembali, pasti ini akan jadi salah satu tempat favorit untuk nongkrong. Ya, sudah cocoklah untuk disebut sebagai TIM urban tourism seiring dengan diselenggarakannya #TIMFest2021!
Kalau kamu sudah merasa sangat penasaran sampai gak sabar menunggu wajah baru TIM rampung keseluruhannya pada Februari 2022, kamu bisa melakukan kunjungan terbatas setiap hari Kamis pukul 15.00-17.00 kok. Maksimal pengunjungnya hanya 10 orang saja, ya. Kamu bisa ajak teman atau kerabat. Sebelumnya, kamu harus melakukan registrasi terlebih dahulu. Untuk informasi lebih lengkap terkait kunjungan terbatas ataupun progres revitalisasi TIM bisa kamu temui di akun instagram @wajahbaru_tim!
Dan di lepas rindunya, seraut wajah baru memikat rasa
Garis-garis bibir yang tersungging merangkul layang imaji menembus mega
Waktu yang memburu, degub yang menderu, kita segera bertemu
Tabik!
Pertiwi
18 komentar
Selalu suka membaca cerita dari orang yang keliatan passionate dengan apa yang dibahas. Termasuk dalam tulisan ini yang membiusku untuk ikut merasakan antusiasnya menanti wajah baru TIM. Mungkin ini yang disebut dengan "Degdegannya nular!!"
BalasHapusMbaaaa,
BalasHapusKerasa banget dirimu sangat CINTA dgn destinasi ini, lho.
Aku baca tiap diksinya dan wowww.... sungguh surreal!
Kalo ke Jkt lagiii, daku jadi kepo pengin main ke TIM!
Kayanya Taman Ismail Marzuki masuk list kunjungan juga ya kalau ke Jakarta. Tempatnya bagus. Terus aku juga tertarik sama panggung teaternya. Lama gak lihat
BalasHapusSekarang jadi lebih indah dan megah ya, semoga ada kesempatan untuk berkunjung kesana
BalasHapusTaman Ismail Marzuki sudah berbenah dengan baik dan mulai jadi pantas dan layak. Sebuah tempat yang pernah jaya mementaskan banyak karya yang jadi tonggak sejarah ya kak. Perlu dijaga banget
BalasHapusUdah lama banget aku gak ke TIM ternyata udah berganti wajah aja ya tempatnya. Aku juga gak sabar pengin segera ke TIM deh nih, Wi.
BalasHapusKayaknya mending saya mennggu selesai semua agar lebih puas. Karena jauh jaraknya.
BalasHapusLihat gambar-gambar dan keterangan, memang banyak yang berubah dan jauh lebih baik.
Ihiiy, sesama anak Sastra, yuk kumpul. Kangen banget sama PDS HB Jassin nih.
BalasHapusSeumur-umur saya belum pernah berkunjung ke Taman Ismail Marzuki, dan ketika membaca tulisan ini saya jadi tahu bahwa saat ini TIM sedang tahap renovasi, dan akan selesai di februari 2022.
BalasHapusSetidaknya dengan ini, saya punya sedikit rencana untuk berkunjung ke Taman Ismail Marzuki, selain berkunjung ke Perpusnas, Kwitang, Pasar Senen ataupun monas.
Yeah, jadi tidak sabar menunggu untuk lekas bisa berkunjung kesana.
Wah jd makin cakep ya mbak, lama gak ke sana eui. Terakhir kyknya pas di sana ada pameran kebudayaan Kalimantan gtu tapi blm renov dan sebelum pandemi.
BalasHapusSemoga nanti bisa main2 ke sana
Gedung teaternya jg makin luas yaaaa
Mbak kalau perpusnas yg dulu itu apa masih ada? Ataukah udah jd satu dengan yg dimaksud dengan perpus dan pusat dokumentasi sastra itu?
Wah mantul banget ya sekarang, aku jadi kangen deh rasanya kaya udah lamaaaaa banget ngga eksplore keliling Jakarta, dan jadi makin penasaran sama TIM
BalasHapusSepertinya perubahannya cukup signifikan ya kalau membaca tulisan plus melihat foto-fotonya. Jadi semakin megah dan tampak luas setiap ruang/lahannya. Semuanya tampak menyenangkan sekali dan bikin takjub. Bahkan salah satu pohon tertua pun dipindah demi membuat suatu tempat jadi semakin nyaman dan indah. Luar biasa. Semoga akan semakin cepat selesai ya renovasinya :)
BalasHapusBelum pernah ke TIM dan ini bagus sekali sejak Revitalisasi Taman Ismail Marzuki. Kalau Pemerintah memerhatikan bangunan dan kegunaannya begini, semoga dimanfaatkan dengan baik untuj warga. Kelak akan ada panggung dan pentas sastra serta acara-acara besar lainnya yang diselenggarakan kembali di Taman Ismail Marzuki.
BalasHapusYa ampun cantik dan keren banget ya sekarang TIM ini aku dah lama bangettt ga kesini terakhir tahun 2018 deh kayaknya.
BalasHapusWah. baru tau bakal kayak gini ya, selama ini cuma sesekali lwat n ga begitu tertarik. Menarik untuk memikat pengunjung ya terutma utk menghargai sastara indonesia
BalasHapusCakep banget arsitektur terbarunya Taman Ismail Marzuki. Ala-ala Norwegian style gitu, suka sama style ini ��
BalasHapusMasjidnya keren yaa..����
Moga kapan-kapan bisa ngajakin anak-anak kesini
Wah saya belum tahu nih ke TIM, dan pengen banget setelah baca tulisan ini. Biasanya saya liat di TV aja pas ada acara teater gitu dan gak nyangka kalau dalamnya luas gitu dan bannyak ruangan untuk bermacam fungsi.
BalasHapusSemoga ada rezeki bisa main ke Taman Ismail Marzuki deh ^_^
Jika sudah selesai pasti jadi lebih kece ya..ntar baru deh lebih rame kesana. Anak2 sekarang butuh diajak kesana sebagi pemahaman sejarah dan edukasi.
BalasHapusKesalahan orang-orang pandai ialah menganggap yang lain bodoh, dan kesalahan orang-orang bodoh ialah menganggap orang lain pandai. - Pramoedya Ananta Toer