“Hidup lo enak banget, sih! Bisa santai-santai, tapi tetep dapet duit. Lah, gue? Udah lulus berapa lama, kerjaan belom dapet juga!”
Aku cuma bisa senyum dan berucap syukur bahwa ternyata hidupku masih bisa dipandang menyenangkan oleh orang lain, walaupun keadaan yang sesungguhnya tidak pernah mereka ketahui dengan pasti.
Ya, mungkin, menjadi geng rebahan yang kerja di rumah bermodal isi kepala dan gawai saja merupakan hal yang tampak wah. Memang, tadinya, bagiku pun demikian. Namun, setelah menjalaninya sekian lama, ternyata enggak juga. Setiap pekerjaan memang punya susah dan senangnya masing-masing. Percayalah.
Kenapa sih aku memilih untuk kerja dari rumah?
Sejak SD, aku ingin jadi penulis. Cita-cita yang, mungkin, kurang populer di masa itu. Namun, aku tetaplah aku—si perempuan keras kepala yang banyak mau. Orangtuaku? Oh, tentunya tidak tau. Mereka baru ngeuh kalau anaknya suka menulis ketika suatu hari Pak Pos datang membawa paket buku antologi yang di dalamnya terdapat foto dan biodataku. Kejadian itu selepas aku menanggalkan seragam putih-abu.
“Jadi penulis mau makan apa?” pertanyaan tersebut pun sempat terluncur. Ya makan nasilah, kan masih jadi manusia Indonesia pencinta nasi sebagai bahan utama pangan.
Aku sadar betul bahwa orangtuaku menginginkan aku menjadi seperti anak-anak lainnya yang pekerjaannya kelihatan. Dibanding-bandingkan juga sudah jadi lauk keseharian. Namun, lagi, perempuan keras kepala—yang sayangnya adalah anak mereka ini—ternyata malah semakin giat dengan banyaknya penolakan dan cibiran yang mereka berikan.
Aku hanya ingin menunjukkan, bahwa pintu sukses bagi setiap orang itu berbeda. Tidak perlu menjadi seragam. Sebab, Tuhan sudah ciptakan manusia unik dalam tiap kepribadian.
Lagipula, kurasa, aku bukan tipe orang yang sanggup untuk bekerja dengan banyak orang. Dua kali pernah kucoba, hasilnya hanya memperburuk keadaanku saja. Menangis di hampir setiap malam karena merasa hidupku terenggut oleh orang-orang di sekitar. Maaf, ya, aku introvert garis keras. Jadi, kuputuskan untuk kembali pada jalan yang semula aku tapaki di awal.
Gimana bisa dapat kepercayaan keluarga?
Pertanyaan ini seringkali aku dapati dari dedek-dedek lucu atau kawan sebaya yang rupanya ada keinginan di dalam dirinya yang sama sepertiku. Asli, di bagian ini, aku enggak ada tips khusus. Aku, di rumah, selalu diam. Menyibukkan diri dengan apa yang aku kerjakan. Begitu saja.
Ya, sampai kemudian ada hasil yang terlihat. Lalu, dengan wajah kemenangan yang bangga aku bisa tunjukkan ke orangtua—atau siapa pun yang sempat meremehkanku sebelumnya—bahwa aku bisa. Selepasnya, mereka diam. Tidak pernah lagi mempertanyakan soal apa yang aku kerjakan walau aku tau bahwa mereka belum sepenuhnya paham.
Jadi, jika kamu memang yakin dengan apa yang kamu lakukan—apa pun itu—fokus saja terus. Kenali dirimu, kenali kemampuanmu, dan berenanglah di situ. Jangan terlalu pedulikan mereka yang saat itu belum percaya atas kemampuanmu. Kamu kan sedang berproses, nikmati saja prosesnya terlebih dahulu.
Sebagai pemilik motto hidup live your live with passion, aku selalu menggaungkan kalimat tanya, “Siapa lagi yang akan menghidup-hidupi hidupmu kalau bukan kamu?” sebagai penyemangat. Jangan pernah menggantungkan hidup dan bahagia pada omongan orang lain, itu prinsipku. Karena, memangnya mereka mau menologku kalau aku jatuh ke ceruk sengsara? Belum tentu.
Bagi tips untuk kerja di rumah, dong!
Sebelumnya, aku bekerja di rumah sebagai seorang narablog atau pekerja lepas, ya sebut saja demikian. Jadi, yang pertama harus dipahami—jika kamu mengambil jalan yang sama—adalah bagian tidak menyenangkannya. Yang paling tampak adalah perihal keuangan.Sebab, pekerjaan seperti ini tidak bisa menjamin kamu untuk menerima gaji di tanggal yang pasti. Maka, ada baiknya pandai-pandailah menabung dan mengatur keuangan sejak dini.
Perihal tips bekerja di rumah, versiku, mungkin begini:
- Seperti yang sudah aku sebutkan sebelumnya, yakinlah dengan apa yang sedang kamu kerjakan. Kalau enggak, jangan. Kalau setengah-setengah, sebaiknya ditunda. Untuk meyakinkan dirimu, jelas harus lebih mengenal dan mengetahui: kamu tuh maunya apa, sih? Yuk, me time dulu~
- Sebisa mungkin buat suasana yang menyenangkan. Kalau kamu enggak tinggal sendirian, gangguan-gangguan dari luar cukup besar kemungkinannya untuk datang. Misal: orangtua bertengkar, adik menangis, kakak marah-marah. Supaya enggak ikut kebawa, mungkin musik yang menenangkan bisa kamu jadikan bagian dari peredam suasana.
- Buat working space yang nyaman untuk bekerja. Kamu bisa buat satu spot khusus di rumah kamu untuk jadi basecamp lahirnya karya-karya dari buah pikirmu. Ini bisa ada atau enggak, sih. Kalau untukku, sebetulnya, perlu. Karena kalau enggak ada, alhasil ya rebahan di kasur doang kerjaannya. Tidak produktif. Jangan ditiru, ya.
- Kontrol jam kerja sendiri. Asli, bagian ini penting banget. Kerja di rumah seringkali membuat kita lupa untuk memisahkan kehidupan pribadi dan profesional. Dari bangun sampai tidur lagi, kerjaan doang yang jadi urusan. Jangan sampai berat sebelah, ya. Kamu butuh istirahat. Keseimbangan dalam hidup masih diperlukan.
- Buat target yang ingin kamu capai. Di bagian ini, menurutku, konsistensi sangat dibutuhkan. Kamu mesti terus bergerak di setiap harinya. Karena, lagi-lagi menurutku, para pekerja di rumah ini mesti lebih punya kekuatan untuk membangun personal branding-nya. Dan, hal tersebut bisa terwujud dengan konsisten akan pencapaian target yang sudah disusun di awal.
- Sedia hiburan. Ini bisa jadi obat saat penatmu datang di tengah hal yang sedang kamu kerjakan di rumah. Rupanya bisa berbagai macam tergantung kegemaran. Bisa makanan, film atau serial, gitar, buku gambar, dan sebagainya. Hanya saja, jangan sampai salah fokus, ya.
- Berikan self reward kepada diri sendiri ketika mampu mencapai target yang sudah ditentukan. Banyak yang suka lupa kalau dirinya sudah berjuang keras. Semoga kamu bukan salah satunya. Berterimakasihlah pada dirimu sendiri ketika kamu mampu menyelesaikan pekerjaanmu. Enggak harus sering-sering dan enggak harus mahal-mahal, kok. Asal jangan kelupaan. Misalnya: akhir pekan nanti aku mau makan enak ah, kan seminggu ini kerjaku bagus dan dapat banyak pujian.
Gitu aja, sih, sebetulnya. Mau dilihat sebagai hal yang menyenangkan atau enggak ya tergantung dengan perpektif masing-masing kemudian. Namun, selagi kamu memang berenang di kolam yang tepat, semuanya akan tampak dan terasa menyenangkan. Semoga, ya. Jangan lupa bahagia!
Tabik!
Pertiwi
22 komentar
setipe dengan aku mbak
BalasHapusaku juga tidak betah bekerja dengan banyak orang dang akhirnya bekerja di rumah
memang stigma itu ada dan akhirnya terbukti kan sekarang pas ada kejadian kayak gini justru yang awalnya bekerja di rumah dianggap sebelah mata jadi sebuah hal yang diutamakan.
yang penting tetap fokus pada tujuan dan memaksimalkan apa yang ada. terimakasih ulasannya mbak bagus sekali
salam.
Ok min
BalasHapusYuk kita sulap rumah jadi workingspace! Biar makin betah kerja di rumah ya kan
BalasHapusPunya target. Setuju. Ini yang bikin pekerja di rumah bisa lebih hebat dr pekerja kantoran loh.
BalasHapusMemanglah bekerja di rumah masih dianggap unik untuk ukuran orang Indonesia yg patokan kerjan idealnya PNS atau kerja kantoran. Harus dibuktikan dengan kestabilan hidup & penghasilan. Eh Kamu kerjanya Rebahan doang kok punya duit terus ? Padahal sambil Rebahan , kerja via HP, cuan ngalir terus.. eh disangka pesugihan. Kan KZL. Eh malah curhat
BalasHapusAlhamdulillah ya bersyukur dengan semua keadaan ini. Saya sejak kecil pun punya cita-cita yg sama. Alhamdulillah tercapai. Saya juga bekerja dari rumah sudah enam tahun ini. Sekali lagi saya sangat bersyukur dengan semua kecanggihan teknologi yg menunjang segala kebutuhan pekerjaan saya
BalasHapusBenar memang, setiiap pekerjaan pasti ada kesenangan dan kesulitannya. Aku juga nih sering dibilang "ah, kerjaan lo enak banget". Padahal mah kalo mereka tau, tukeran kerjaan juga belum tentu mau. wkkwkw..
BalasHapusSemua orangtua mau yang terbaik untuk anaknya, tapi kadang mereka lupa kalau minat setiap anak itu beda. Ya, tugas kita kadang memang perlu menunjukkan aja kalau apa yang kita kerjakan ini adalah hal positif.
Tips saat kerja di rumah yang menurut aku penting banget tuh Hiburan. Harus ada pokoknya, yha~
Saya setuju banget dengan semua poinnya, terutama yang nomor 4. Soalnya kalau kerja di rumah tuh gak ada jam kerja baku. Harus dari kitanya yang disiplin. Jangan sampai berlebihan, tetapi juga jangan kekurangan
BalasHapusHehe pertama kali kukenal dan bertemu denganmu memang keliatan agak sedikit tertutup, sepertinya sama denganku, lebih nyaman berada di lingkungan yang gak banyak orang. But, aku salut akhirnya kamu bisa membuktikan bahwa dengan menulis kita juga bisa dapat rejeki 😍👍
BalasHapusMashaAllah ka tiwi, aku bekerja dirumah udah lama tapi masih banyak banget yang asal nih.. kalo ka tiwi runut alias rapi banget ini.. beneran bacaan perfaedeh banget, bisa aku adopsi nih ya.. supaya bekerja dirumah bisa lebih terarah dan teratur tentunya
BalasHapusMasalahnya sekarang aku belum yakin dg yg aku kerjakan
BalasHapusKuatkan keyakinanku dong kak
Hahaha pertanyaan-pertanyaan yang sama sering juga aku dapat. Kenyataannya aku cuma tanggapi dengan kata awal di komenku ini. Ya, tertawa. Apalagi. Karena benar katamu, orang nggak tau kita pas nggak enaknya kayak apa. Yang orang liat kan selalu yang enaknya.
BalasHapusTapi, bekerja dari rumah itu nyaman selama emang itu passion. Kalo cuma rebahan tanpa tujuan juga pasti bosan terus. Apalagi nggak punya uang wkwkwk
Semangat terus, wi!
Salut buat teman2 yg bisa bekerja di rumah. Kalau aku kayaknya gak sanggup. Aku malah lebih senang kerja kantoran. Hihihi. Da keinginan pemgen kerja di rumah aja soalnya enak ya bs fleksibel. Tp kenyataan gak bisa2. Hehe
BalasHapusBanyak yang nggak menyangka juga sih sebenernya jadi konten kreator gini,kerja dari rumah merapi transferan berdering terus ya kak hihi. Enjoy with SemangatCiee
BalasHapusBisa kerja dari rumah itu impiannya vina banget, selain bisa deket dengan keluarga, juga mager sih mau keluar rumah. Selagi bisa dikerjain dari rumah ya kenapa ngga gitu. Tapi ngga semua kerja bisa dikerjain dari rumah :( pekerja kantoran misalnya. Huhu, semoga soon bisa nerapin tipsnya mba yaa, terimakasih untuk tipsnya mba :)
BalasHapusaku sebenernya dilemma sih, kadang kalau dirumah terus cepet boseeeen soalnya anaknya ekstrovert banget! haha. tapi bisa diselingi untuk melakukan kegiatan lain sih enaknya dan fleksible kalo kerja dirumah tu..
BalasHapusjujur awal aku berhenti bekerja rada stress karena biasa bekerja diluar rumah. Tapi setelah mulai bergelut kembali di dunia menulis, aku jadi semakin betah di rumah. Walaupun penghasilan tidak menentu seperti waktu kerja kantoran :)
BalasHapustapi tinggal bagaimana kita menjalani dan melihat apakah sesuai passion atau bukan :)
Semangat terus ya, mbak :)
Semangat selaluuuuu.
BalasHapusSebagai yang juga menikmati rasanya bekerja dari rumah. Perjuangan berat saya ada di poin 2. Mengenai gangguan dari sekitar. Bila masih orangtua atau adik kakak, kadang terasa biasa. Namun kini gangguan datang dari anak sendiri dan suami.
Maka ... Semangat berjuang terus. Selalu ada tantangan yang menunggu kita esok hari. Semangat.
Di masa sekarang jadi Ka Tiw udah nggak kaget ya karena sudah terbiasa berkarya dari rumah hihi. Tp beneran sih tantangannya malah lebih banyak, belum kalau bagi waktu buat beres2 rumah, time management perlu abis. Dan yak setuju banget dengan harus kuat keyakinannya biar nanti kaga goyah atau terlalu down. Semangat! :D
BalasHapustiw, aku merasa nih ya pandemi covid-19 ini menjadi bukti dan membuka mata buat oran-orang yang pernah dan sempat mengecilkan bahkan mempertanyakan karier seorang penulis atua yang bekerja dari rumah. Sangat menikmati tulisannya tiwi!
BalasHapusControl waktu lebih tau ya saat lelah istirahat sejenak. Rasanya lelah tapi tenang ada self reward ya
BalasHapusMantap tips-nya nih. Jangan lupa jajanin orang tua dan keluarga biar mereka ikut senang dan kerjaan kita jadi lebih berkah wkwk. Semangat terus, Tiwi! :D
BalasHapusKesalahan orang-orang pandai ialah menganggap yang lain bodoh, dan kesalahan orang-orang bodoh ialah menganggap orang lain pandai. - Pramoedya Ananta Toer