Aku pernah begitu dekat dengan seseorang yang harapannya melayang. Tubuhnya semakin kurus, tinggal kulit dan tulang. Berhadapan dengan stigma masyarakat dominan tidak mudah, memang. Jika waktu bisa kuputar ulang, aku ingin menjemputnya untuk terbang menggapai mimpi yang diinginkannya.
***
Memang, ya, setelah kehilangan itu baru sangat terasa bagaimana sesalnya. Aku punya satu penyesalan yang, mungkin, enggak akan pernah putus sepanjang aku hidup. Ya, aku membiarkan orang yang ada di dekatku sendirian di saatnya membutuhkan dukungan. Hanya karena stigma masyarakat dan kebencian yang masih begitu besar.
Saat ini, aku menulis di dekat peristirahatan terakhirnya. Walaupun terlambat, aku hanya ingin lebih dekat.
Bukan hanya itu, aku pun berusaha untuk menjadi lebih tahu. Agar aku tidak terus menerus terkurung dalam stigma yang enggak benar tapi dibudayakan ke anak cucu dan entah sampai kapan. Hal yang tabu, yang banyak sekali orang hindari di dalam pembicaraan. Seks dan serba-serbinya.
Pada dasarnya, aku memang enggak menganggap seks dan serba-serbinya sebagai sesuatu yang tabu. Aku paham bagaimana pentingnya pendidikan seks sejak dini dimiliki oleh semua orang. Namun, aku baru mulai mencari tahu lebih detil karena beberapa alasan.
Awalnya, karena tertarik dengan Instagram stories @catwomanizer yang membahas soal masalah di dalam rumah tangga. Ternyata, salah satu masalah yang paling banyak muncul adalah perihal seks. Yap, karena rendahnya edukasi sejak dini perihal seksual, orang-orang jadi merasa “enggak pantas” kalau membicarakan seks sebelum waktunya (re: menikah). Alhasil, ya banyak masalah yang terjadi.
Di tengah penjelasannya di Instagram stories tersebut, seringkali seseorang yang disebut sebagai teman psikolognya ikut nimbrung dan memberikan penjelasan lebih detail. Karena kurasa penjelasannya sangat asyik dan lugas, akhirnya aku mengikutinya juga. Ialah Kak @inezkristanti.
Ada lebih banyak lagi hal yang kutahu perihal kehidupan seks setelah mengikuti beliau di media sosial. Pokoknya Instagram stories-nya selalu paling kiri, deh.
Dan akhirnya, aku punya kesempatan untuk bertemu langsung dengan Kak Inez pada Selasa (18 Desember 2018) lalu dalam acara konferensi pers #TanyaMarlo. Sebelumnya, “Tanya Marlo” merupakan sebuah platform chat mobile yang terintegrasi dengan aplikasi Line. Platform ini diusung oleh UNAIDS Indonesia bersama Nimbly Technologies dan Botika sebagai karakter teman yang ramah bagi semua orang yang membutuhkan informasi dan konsultasi HIV.
Mengacu pada laporan dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, saat ini diperkirakan terdapat sekitar 640 ribu orang yang hidup dengan HIV, di mana baru sekitar 48% ODHA yang mengetahui status mereka. Mau nangis. Tahu, kan, bagaimana besarnya pengaruh stigma pada kehidupan seseorang atau sekelompok orang? Sebesar itu. Sampai mereka takut untuk mengetahui ada apa di dalam dirinya sendiri.
Karena kalau mau beli kondom pasti diomongin. Kalau bicara perihal seks, seringkali dijauhi. Apalagi mau tes HIV/AIDS? Sudah pasti ditanya sudah pernah ngapain. Padahal, hal-hal tersebut masih dalam ranah proteksi dini. Namun, banyak disindir atas dasar saru saru saru. Huh.
Nah, hadirnya Tanya Marlo ini sangat memudahkan untuk kita yang enggan berbicara dengan manusia-manusia berpaham purba. Aku sudah coba sendiri tanya-tanya sama Marlo, ramah sekali deh. Dan, yang pasti Marlo enggak akan nge-judge kamu yang macam-macam walaupun kamu curhat panjang lebar tentang apa yang sudah pernah kamu lakukan. Oh iya, identitas kita juga aman!
Ada empat fitur utama yang Tanya Marlo punya:
Info HIV/AIDS: fitur ini menyediakan segala informasi seputar HIV/AIDS yang disampaikan melalui konten-konten menarik seperti artikel, infografis, perbandingan mitos dan fakta, serta video.
Kuis: permainan kuis mengasyikkan yang akan menantang pengetahuan dan pemahaman seputar HIV/AIDS melalui pertanyaan-pertanyaan sederhana dan menyenangkan.
Konsultasi: fitur ini sangat menarik karena memberikan akses ke konselor terpercaya bagi yang membutuhkan saran atau ingin bertanya tentang HIV/AIDS secara lebih lanjut dan pengobatannya.
Tes HIV: Tanya Marlo memberikan kenyamanan bagi siapa pun yang membutuhkan informasi tentang klinik-klinik yang menyediakan jasa tes HIV, termasuk lokasi, tata cara, dan jam operasional. Terlebih lagi, bagi pengguna yang ingin melakukan tes di Jakarta, dapat membuat janji untuk melakukan tes HIV secara online melalui Tanya Marlo.
2 komentar
Thank You, kebetulan teman ku juga ada permasalahan trkait dengan HIV. Doi selalu canggung tuk cerita, bahkan sama diriku. Well coba ku rekomendasikan tu tanya Marlo. Anyway, Nice info yah ..
BalasHapuskadang permasalahan ini kadang kesian buat penderitanya
BalasHapusseperti di kucilkan
Kesalahan orang-orang pandai ialah menganggap yang lain bodoh, dan kesalahan orang-orang bodoh ialah menganggap orang lain pandai. - Pramoedya Ananta Toer