“Apa bedanya laki-laki dan perempuan?”
“Ya, banyak.”
“Kalau begitu, apa bedanya antara suami dan istri?”
“Ng… Enggak tau.”
“Benar sekali. Tidak ada perbedaan antara suami dan istri.”
Well, hai. Akhirnya Tiwi kembali dengan pembahasan mengenai isu gender. Sudah lama sekali, ya?
Okay, kali ini medium yang akan menjembatani adalah film 3 Dara 2. Medium yang agak berbeda jika dibandingkan dengan yang sebelum-sebelumnya pernah aku tuliskan. Mengapa? Biar lebih mudah masuk ke hati dan pikiran banyak orang dengan pembahasan yang ringan saja.
Iya, seperti film terdahulunya, konsep yang diusung oleh sekuel film 3 Dara ini masih mengenai hubungan suami istri dengan kemasan yang ringan, santai, dan jenaka. Ketiga aktor utamanya—Tora Sudiro, Adipati Dolken, dan Tanta Ginting—menurutku, cukup pandai memainkan peran masing-masing sehingga tampak begitu natural.
Isu yang diangkat pun masih soal perempuan. Upaya untuk menampilkan isu kesetaraan dengan wadah yang ringan ini patut untuk mendapatkan apresiasi lebih. Sebab, mungkin kita semua tau bahwa stigma yang mengakar tersebut akan menjadi pekerjaan rumah yang begitu sulit diselesaikan.
Perempuan, atau dalam kasus ini adalah ibu rumah tangga, seringkali tidak begitu dianggap perannya. Urusan domestik yang dikerjakannya dicap sebagai urusan remeh temeh yang, ah gampanglah begitu doang mah. Namun, ternyata….
Film 3 Dara 2 membalik keadaannya. Bagaimana jika para lelaki yang mengerjakan pekerjaan-pekerjaan domestik di dalam rumah sementara para perempuan pergi untuk mencari uang?
Banyak hal yang tidak terduga terjadi setelahnya. Jamak perihal mengejutkan yang kemudian memunculkan peribahasa sudah jatuh tertimpa tangga. Namun, masalah demi masalah yang bertumpuk tersebut pada akhirnya membawa mereka pada sebuah kesadaran.
Kesadaran akan peran penting seorang ibu rumah tangga.
Sebab, yang dikerjakannya bukan hanya sekadar. Melainkan hal yang besar.
Semoga, ulasan singkat film 3 Dara 2 yang aku tuliskan di atas enggak termasuk spoiler, ya. Soalnya, kamu harus nonton langsung di bioskop. Pertama, kamu membantu menaikkan produksi anak bangsa. Kedua, ada banyak pelajaran di dalamnya. Ketiga, isunya penting untuk kita semua ketahui, Gaes. Percayalah.
Oh iya, aku menangkap ada beberapa hal yang berbeda dari film 3 Dara 2 dibandingkan dengan film terdahulunya. Ada yang lebih baik dan ada yang kebalikannya, tentu saja.
Pertama, pemeran tiga karakter perempuan sebagai para istri. Enggak tau kenapa, pemerannya diganti semua. Ada yang aku lebih suka, ada yang enggak, sih. Seleralah ini mah, ya. Tapi, rasanya waktu aku nonton film 3 Dara, karakter perempuannya sudah begitu menempel pada pemeran-pemeran sebelumnya.
Kedua, karakter tokoh-tokohnya yang berbeda. Aku merasakan bahwa banyak perbedaan karakter yang muncul di film 3 Dara 2. Dari enam tokoh sentral yang merupakan tiga laki-laki dan tiga perempuan saling berpasangan, hampir semuanya mengalami perubahan sifat yang—menurutku—cukup menonjol. Bagiku, ini kurang baik sih ya.
Ketiga, pembagian porsi masalah. Nah, yang ini kentara sekali. Di film sebelumnya, masing-masing pasangan punya masalahnya sendiri-sendiri yang porsinya seimbang. Sementara, di 3 Dara 2, masalah dimulai dari satu tokoh sentral yang kemudian diikuti oleh keterlibatan yang lainnya.
Keempat, permasalahan. Dari segi kerumitan, permasalahan yang harus dihadapi di film 3 Dara 2 memang lebih berat. Namun, hal tersebut tidak begitu membantu film ini menjadi tampak lebih baik dari film sebelumnya. Sebab, menyangkut pada poin kedua, sifat-sifat dari para tokoh yang berubah membuat mereka menyelesaikan masalah dengan cara yang… ya….
Well, ya, terlepas dari perbandingan yang aku sebutkan di atas, film 3 Dara 2 tetap patut kamu tonton. Ajak juga pasangan masing-masing, ya. sebab, film ini akan membantu kita untuk saling memahami satu sama lain. Untuk setara walaupun tidak sama. Supaya, laki-laki dan perempuan bisa terus beriring tanpa adanya satu yang digiring di belakang.
Tabik!
Pertiwi
2 komentar
Calon suami juga harus nonton deh.. ;)
BalasHapusUdah diajak nonton yang pertama, Mas. Yang kedua nanti deh hehehe
HapusKesalahan orang-orang pandai ialah menganggap yang lain bodoh, dan kesalahan orang-orang bodoh ialah menganggap orang lain pandai. - Pramoedya Ananta Toer