Saya selalu percaya, bahwa perempuan harus bisa berdiri di atas kakinya sendiri untuk melangkah tanpa digiring, bahkan berlari untuk bersaing. Teriris hati saya saat beberapa waktu yang lalu muncul meme yang berisikan kalimat seperti, “Bokek? Nikah!” atau “Saat wanita lelah bekerja, mereka hanya ingin dinikahi,” dengan gambar latar perempuan dengan jilbab panjang.
Mungkin hal tersebut merupakan bagian dari kampanye menikah muda yang sudah banyak tersebar. Namun, akal saya tidak sampai untuk memikirkan di mana korelasinya antara tidak punya uang atau lelah bekerja dengan menikah? Meme yang viral di media sosial itu seolah menyatakan bahwa segala masalah yang ada di dunia—bagi perempuan—dapat diselesaikan dengan jalan pintas berupa pernikahan. Padahal? Mari kita pikirkan kembali.
Bagi saya, jika kita (entah itu laki-laki atau perempuan ya) belum dapat berdiri tegak sebagai pribadi yang utuh, janganlah menikah dulu. Sebab, jika kita masih berpikir sependek kalimat-kalimat yang dituangkan dalam meme yang telah saya singgung di atas, terbayang gak bagaimana cara kita nantinya dalam menghadapi masalah-masalah yang ada di dalam keluarga?
Iya, menikah dan memiliki keluarga sendiri bukanlah sebuah solusi. Kehidupan baru yang terbentuk setelahnya merupakan gerbang menuju banyaknya masalah-masalah yang, mungkin, akan jauh lebih pelik. Enggak, ini bukan menakut-nakuti. Apalagi, saya pun belum bersuami. Hanya ingin menyentil dan membuat kita semua berpikir kembali.
Menikahlah karena memang sudah saling menemukan, bukan karena keinginan untuk keluar dari masalah hidup yang memuakkan.
Saya pribadi, sangat ingin menjadi perempuan yang mandiri. Sejak kecil, saya sudah melatih pemahaman saya untuk membedakan antara keinginan dan kebutuhan. Pun dengan belajar dan berusaha lebih keras agar dapat memenuhi kepentingan yang ada. Ya jelas saja munculnya meme yang entah dari mana asal muasalnya tersebut membuat saya marah. Memangnya perempuan tidak dapat melakukan apa-apa untuk membantu dirinya keluar dari masalah?
Berbicara mengenai perempuan merupakan hal yang selalu saya suka. Mulai dari perihal stereotip yang tumbuh di masyarakat, kepribadian, atau tentang apa saja yang dapat dilakukan. Dengan membicarakannya, membuat saya—sebagai perempuan—menjadi jauh lebih sadar bertapa berharganya diri saya. Dan, melatih saya untuk mencintai diri saya secara utuh sebelum menebar cinta ke mana-mana. Huahaha!
Dalam esai berjudul “Perempuan dan Kreativitas” yang ditulis oleh Simone de Bevoire, dinyatakan secara jelas mengenai perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Walaupun keduanya adalah sama-sama pekerja, nilai seorang perempuan di dalam pekerjaan biasanya lebih rendah dari laki-laki. Pun, perempuan kebanyakan lebih dipercaya untuk mengerjakan hal-hal praktis seperti menjadi sekretaris, resepsionis, atau semacamnya. Sialnya, hampir semuanya dibubuhi persyaratan “berpenampilan menarik”.
Ketidakadilan terhadap perempuan yang masih nyata di masyarakat dominan kita tersebut tentunya akan membatasi gerak dan pencapaian. Maka untuk terbebas darinya, saya pribadi memilih untuk membangun usaha saya sendiri dan mengembangkannya sedikit demi sedikit. Dan, bangganya saya ketika mengetahui ada banyak lagi perempuan yang memiliki kesadaran yang sama.
Kamis, 20 September 2018 lalu, saya dan beberapa narablog perempuan lainnya diajak oleh Komunitas ISB untuk berbincang dengan Ibu Futri Zulya mengenai “How to Start Your Business”. Di balik balutan busana white and gold, kami belajar lebih jauh untuk menegakkan kaki-kaki kami sebagai perempuan-perempuan yang mandiri.
Memiliki sebuah bisnis yang matang merupakan salah satu keinginan yang sudah saya catat dengan rapi. Beberapa alasan yang membuat saya menginginkan hal ini adalah….
1. Saya bisa menjadi atasan untuk diri saya sendiri
2. Dapat membuka lapangan pekerjaan untuk orang lain
3. Mempunyai jam kerja yang bisa diatur sesuka hati
4. Melatih jiwa kreatif
5. Memiliki penghasilan sendiri yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan sehari-hari
Nah, poin terakhirlah yang sebetulnya mengawali keinginan ini. Bagi saya, hal yang membedakan antara orang-orang yang memiliki usaha sendiri dengan mereka yang bekerja kepada orang lain adalah tentang penyesuaian antara kebutuhan dengan penghasilan. Mereka yang bekerja dengan orang lain harus menyesuaikan kebutuhan terhadap penghasilan. Sementara, jika memiliki usaha yang bisa diatur sendiri, kita dapat menyesuaikan penghasilan terhadap kebutuhan. Menarik, bukan?
Lalu, bagaimana caranya agar perempuan bisa menjadi seorang womanpreneur?
Ibu Futri Zulya, SEO and Founder of PT Batin Medika Indonesia, ternyata memulai bisnisnya saat beliau berusia kurang lebih sama dengan saya saat ini, 23 tahun. Bisa dibilang, usia tersebut masuk ke dalam rentang usia produktif yang pastinya bisa menghasilkan banyak ide kreatif. Beruntung, ya, saya bisa belajar langsung dengan ahlinya mengenai kiat-kiat menjadi womanpreneur yang sukses.
Pertama, Ibu Futri menekankan agar kita dapat mengetahui terlebih dahulu apa yang menjadi passion kita. Temukan ketertarikan yang sekiranya dapat memberikan peluang besar ke depannya, jangan hanya sekadar ikut-ikutan tren yang sedang marak. Walaupun demikian, jangan sampai terlalu idealis. Sebab, kita tetap membutuhkan pasar yang luas yang memaksa kita untu menjadi pribadi yang realistis.
Kedua, pastikan bahwa kita memiliki support system. Tentunya, ini menjadi hal yang penting ya dalam memacu semangat kita memulai usaha. Mulai dari keluarga, sampai partner kerja. Ibu Futri Zulya juga memberikan wejangan mengenai tim dalam berbisnis. Sebisa mungkin, carilah orang pintar dengan visi misi yang sama untuk mengurangi adanya pergesekan.
Ketiga, aturlah skala prioritas. Katanya, perempuan diciptakan dengan kemampuan alami untuk melakukan beberapa hal dalam satu waktu. Namun, dalam hal berbisnis ini tidak disarankan oleh Ibu Futri. Tentukan mana yang lebih penting dan harus diutamakan. Ya, saya rasa ini juga bisa membantu kita untuk meminimalisir kesalahan.
Keempat, buatlah perencanaan bisnis dengan matang. Cari informasi sebanyak-banyaknya perihal tipe bisnis, respon pasar, legalitas, SWOT analysis, dan lain sebagainya. Hal ini membantu fondasi bisnis yang akan dibuat nantinya menjadi lebih kokoh dan tidak mudah goyah walau badai menghadang.
Kelima, eksekusi! Yap, ini adalah poin yang paling penting di antara semuanya. Sebab, percuma saja segala rencana bisnis yang dibuat matang kalau tidak dijalankan. Rencana akan tetap jadi wacana semata.
Keenam, harus melek terhadap tren dan rajin membuat inovasi. Dalam membuat bisnis, kedua hal tersebut jelas penting, ya. Maka itu, mata kita harus selalu terbuka, pikiran pun demikian. Jangan saklek dan maunya hanya itu-itu saja. Asah terus menerus kreativitas yang dimiliki untuk membuat inovasi. Sebab, pasar selalu butuh sesuatu yang lain.
Nah, sudah tergugah untuk menjadi womanpreneur, belum?
Omong-omong, saya dan beberapa teman narablog sedang memulai bisnis kecil-kecilan juga. Bisa dilihat di Instagram kami @blogermerch. Ya, kami membuat ini karena merasa semakin ke sini dunia perblogeran semakin hingar bingar dengan berbacai macam acara, sementara belum ada merchandise khusus yang “bloger banget” sebagai isi goodie bag-nya.
Maka, jadilah kami sekarang. Sudah ada satu desain dengan dua kali preorder kaos bloger yang kami buka. Antusiasnya lumayan. Semoga semakin ke depan bisa semakin gemilang, ya. Sebentar lagi akan ada desain kedua yang diluncurkan. Supaya enggak ketinggalan, coba diikuti dulu akunnya ya. hehehe.
Untuk kalian, terima kasih sudah mampir dan membaca. Semoga apa yang saya tuliskan di sini bisa bermanfaat. Terutama, kepada para perempuan. Ayuk, yuk, tegakkan berdiri kita, berjalan dengan penuh percaya bahwa kita bisa!
Tabik!
Pertiwi
0 komentar
Kesalahan orang-orang pandai ialah menganggap yang lain bodoh, dan kesalahan orang-orang bodoh ialah menganggap orang lain pandai. - Pramoedya Ananta Toer