Source: pexels.com |
Kamu tau
bagaimana rasanya jatuh?
Kalau ya,
kamu semestinya pun tau apa yang disebut dengan terpuruk.
***
Selamat datang,
2018! Banyak hal yang dapat dipelajari dari yang datang sebelummu, 2017. Ada 12
bulan dengan berbagai macam kisah di dalamnya yang kami ukir bersama. Ada 48
minggu dengan suka dukanya yang membuat genggam tangan kami semakin erat. Ada 365
hari dengan pahit manis yang membuat kami menumbukkan rasa yang sama. Sepeninggalnya,
aku menitipkan harap agar kamu bisa menjadi pendamping yang lebih baik
daripadanya.
Mungkin,
untuk saat ini, mengembangkan senyum bukanlah hal yang mudah. Ya, masalah
memang tidak pernah ingin melihat kita sendirian. Dia selalu datang untuk menemani
sepi yang hinggap. Baik, ya? Pun dengan saat ini di kehidupan kecil yang
kubangun perlahan-lahan.
Beberapa hari
lalu, aku merasakan takut yang sedemikian takut. Takut kehilangan orang yang
selama ini membantuku menopang hidup. Ketakutan yang belum pernah kubayangkan
akan kurasakan sebelum hari itu. Rasa takut yang membuat airmataku turut jatuh.
Takut, sebab ada segumpal pilu yang tetiba hinggap di dadaku.
Namun, ya,
dari ketakutan itu aku tau bahwa ada manusia-manusia hebat yang setia
mendampingiku. Ada mereka yang bersedia menampung keluh kesahku. Dan, untuk
mereka yang berharga di kehidupanku, kuingin mengucapkan terima kasih yang tak
terhitung…
***
Kepada,
masa kini dan masa depanku, Ilham Bachtiar.
Hai, kamu
yang baru saja membuatkan susu putih hangat untuk menemaniku yang sibuk sendiri
di balik laptop ini, aku gak akan pernah bosan untuk mengatakan bahwa kamu
adalah yang terbaik yang pernah aku miliki. Bagaimana tidak? Di setiap susah
senang yang kulalui semenjak adanya kamu di sisi, aku selalu merasa punya
kekuatan lebih.
Walaupun kamu
memang seringkali jadi lelaki menyebalkan, tapi aku tetap dan akan selalu sayang.
Semoga,
kita akan terus berprogres bersama untuk mengumpulkan puing impian yang ada di
kepala.
Kamu,
banyak peran yang kamu ambil di dalam hidupku. Selain menjadi kekasih terbaik
dan ternyebelin, kamu pun selalu jadi sahabat paling mengerti, kakak yang
selalu ingin melindungi, dokter yang sedia merawat ketika aku sakit, jadi
orangtua dengan segala nasihat untuk membuatku bangkit, dan bahkan kamu
bersedia menjadi kunci buku harian yang menyimpan banyak sekali rahasia yang
selama ini selalu aku simpan sendiri.
Kamu sudah
tau bagaimana kamu begitu berarti?
Terima kasih
banyak untuk kamu yang sudah sejauh ini berjuang. Terima kasih banyak
sudah membantuku meniupkan kehidupan yang sempat hilang. Terima kasih untuk
semua waktunya untuk banyak diskusi, perdebatan, dan cerita-cerita yang
menyenangkan. Terima kasih selalu mencoba menghibur walau kadang failed juga. Terima kasih semua dukungannya atas keinginanku yang tidak biasa. Terima
kasih sudah datang untuk jadi calon mantu idaman ibu bapak. Dan, terima kasih
sudah mengikrarkan janji untuk terus bersama.
Dan, ini
penting, terima kasih sudah membiarkanku menjadi aku sebagaimana apa yang aku
mau. Termasuk memakai pakaian hitam-hitam terus.
***
Kepada,
Abdul Aziz Ramlie Adam.
Sebentar,
ubah mode. *klik
Satu hal
yang sejak zaman sekolah gue yakini, jangan mudah percaya sama orang yang gak
begitu dikenal. Sementara, gue bukanlah orang yang akan meluangkan banyak waktu
untuk benar-benar mengenal orang lainnya. Jadi, gue memang sulit buat percaya
sama orang. Sekalinya percaya, hampir selalu dikecewakan. Miris, sih, ini.
Gue juga
gak tau kenapa di setiap masalah yang gue punya, semenjak saling kenal, gue
selalu nyari bocah begajulan kayak lo. Biarpun saat itu lo lagi terisolasi di
dalam hutan Kalimantan yang dapet sinyal aja mesti naik menara dulu di malam
minggu, masih tetap gue tunggu. Mungkin, karena gue dengar banyak sekali cerita
dari mulut lo tentang persahabatan lo dan teman-teman lo sejak zaman orok. Literally,
banyak.
Sebagai orang
yang gak percaya sama keberadaan sahabat, lo cukup mengubah apa yang gue
percaya sejak lama.
Baik buruknya
gue, mungkin udah banyak banget yang lo tau. Dan, gue percaya lo bisa simpan
semua itu. Biarpun lo banyak banget ngomong kalo ketemu orang, tapi yang gue
tangkap selama ini adalah lo hanya banyak membicarakan tentang diri lo sendiri.
Bukan tentang orang lain, kecuali cewek-cewek yang lo taksir sih. Bagi gue, itu
hal yang baik. Daripada banyak omong buat menggunjing orang lain.
Thanks,
Bro, di saat lo bisa ada lo selalu menjadikan wujud lo benar-benar nyata. Bukan
sekadar kata-kata. Dan, gue masih percaya, lo adalah salah satu teman baik yang
gue punya.
Ubah mode
lagi. *klik
***
Kepada,
Jamaah Anak Baik.
Ada beberapa
nama di dalamnya yang beberapa tahun belakangan meramaikan hidupku di tengah
dunia perbloggeran yang semakin gempar dengan banyaknya saling sikut dan
sindir-sindiran. Dari yang awalnya hanya grup kecil tempat ngomongin event blog
sampai jadi wadah untuk curhat yang paling nyaman dari grup lainnya.
Untuk Uni
dan Teh Dewi, terima kasih banyak buat sharing dan nasihatnya. Kemasan galak
kalian memang hanya kemasan belaka. Banyak sekali belajar dari kalian tentang
hal-hal di dunia tulis menulis, media sosial, skin care, hubungan dengan orang
lain, dan segala hal lainnya yang menyangkut kehidupan. Kalian banyak
mempengaruhi pola pikirku saat ini. Banyak membuka hal-hal baru yang belum aku
tau.
Untuk Rudi
dan Nurri, terima kasih banyak udah selalu ngajak solat kalau lagi jalan
bareng. Makasih udah bersedia jadi teman duduk dan cerita yang baik sejauh ini.
Rudi enggak, sih, Rudi mah masih suka ngecengin aku sama mantan. Kzl. Terima kasih
udah bikin aku lebih peduli sama persoalan halal dan haram. Btw, udah lama gak
ketemu sama Nurri kayaknya.
Untuk Ko
Gio, terima kasih udah banyak banget kasih informasi ini itu. Kadang heran ini
orang makannya apa kok ya kayak bisa tau segala hal. Paling responsif juga kalau
ditanya apa-apa. Gak pelit juga buat berbagi walaupun kadang apa yang dijelasin
panjang lebar tetap gak ngerti. Tapi sabar banget tetap dijelasin lagi wkwkwk. But,
plz, gak usah bahas mantan lagi aku lelah…
Last but
not least, bos geng: Almahyra Imanadi. Terima kasih, Alma, sudah jadi anak yang
begitu ramah dan baik hati sama banyak orang termasuk aku. Anak kecil biasanya
kalau kudekati suka takut, mungkin auraku gak bagus, tapi Alma enggak. Alma suka
ngajak main sambil ketawa-ketawa. Menyenangkan sekali anaknya. Terima kasih
juga buat ibu bapak Alma, Teh Dewi dan Kak Percha, yang sudah mendidik Alma
jadi gadis cilik yang membuat hati orang-orang sekitarnya bahagia. Semoga Alma
tumbuh jadi perempuan mandiri yang solehah. Aamiin.
***
Masih banyak
orang lainnya yang meramaikan, dan maaf jika tidak disebutkan.
Sayang kalian
semuanya.
Semua.
Terima kasih
banyak sudah bersedia ada untuk seorang Pertiwi Yuliana.
Semoga segala
kebaikan kalian dibalas setimpal oleh Tuhan.
Khusus untuk
2017, terima kasih banyak sudah menghadirkan dua orang yang begitu berarti di
dalam kehidupanku—Ilham dan Aziz—hingga kami bisa menghirup udara dari langit
yang sama.
Siap untuk
petualangan baru di 2018?
Tabik,
Pertiwi
5 komentar
Dan postingan kali Ini sukses bikin hidung gue gak berdarah~
BalasHapusBelum lengkap ada Aziz kalau gak ada Yoga. Yang satu begajulan, yang satunya lagi diam-diam absurd. Wkwkwk
BalasHapusMakasih juga ya buat 2017 yang kamu beri. Ayo ayo 2018 buat lebih melesat lagi! Btw, itu nyebelinnya kiasan saja kan? Wkwkwk
Pdhal tulisan ini bukan buatku, tp kok aku yg klepek2 bacanya yah?? Ini soswiitt bgttt looohh.. Serius. Apalagi buat ilham bach, buat bang aziz jg sih yg ganti mode, sm yg lainnya. Haha. Smuanyaaahhh! :D
BalasHapusSelamat membuka lembaran baru di 2018! Smga lebih baik dari tahun kmarin :))
👍
BalasHapusso sweet banget.. selamat tahun baru 2018
BalasHapuswww.ayosurabaya.online
Kesalahan orang-orang pandai ialah menganggap yang lain bodoh, dan kesalahan orang-orang bodoh ialah menganggap orang lain pandai. - Pramoedya Ananta Toer