Beberapa bulan lalu, aku sempat mengundurkan diri dari media sosial berikon burung biru. Walaupun dia sudah menjadi teman baik sejak awal putih-abu, tetap saja ada momen di mana yang tersayang harus ditinggalkan beberapa waktu. Demi kenyamanan hati dan pikiran dari hal-hal yang tak masuk pikirku, menghilang sementara menjadi pilihan yang tepat saat itu.
Di antara jeda waktu tersebut, aku mulai beralih ke platform media sosial lain yang cukup menarik minatku. Aku bukan penggila media sosial yang nyatanya hanya mengikuti trend sesaat lalu hilang begitu saja. Aku lebih memilih untuk mengembangkan apa yang sudah aku punya dan membuatnya lebih powerful dari sebelumnya. Ya, aku memilih Instagram sebagai pelarian.
Dulu, aku adalah pengunggah suka-suka. Bahkan, seringkali terheran-heran ketika teman kampus membuat percakapan semacam…
X: Gue galau, nih, mau ngerapihin feeds. Yang ini mau dihapus, tapi like-nya udah banyak.
Y: Yaudah gak usah dihapus.
X: Tapi kalo gak dihapus ini, tuh, ngerusak yang lainnya. Nih, liat, nih.
Y: Hapus aja kalo gitu.
X: Lo gak ngerti, Tiw. Ini, tuh, (blablablabla).
Iya, saat itu memang aku belum mengerti faedah lebih dari “merapikan” akun Instagram. Tidak seperti sekarang yang malah seringkali menyusahkan diri sendiri hanya untuk satu postingan berbayar sementara yang lainnya asal tangkap gambar.
Peralihan ke Instagram membuatku lebih memerhatikan detil-detil tiap foto yang kuunggah. Mulai dari menyeragamkan memberi bingkai dan percobaan menyamakan tone. Sungguh sebuah kegiatan memusingkan yang menyenangkan. Pertumbuhan likes dan followers perlahan-lahan menunjukkan kemajuan. Nah, itulah yang membuatku ketagihan. Ehehe.
Ditambah, melejitnya nama Awkarin (dan kasusnya) saat itu yang membuatku iri melihat feeds-nya yang cantik bukan main. Kita semua suci, Awkarin penuh dosa, tapi Instagram-nya membuatku tergila-gila. Dia menyebutnya dengan “feeds game”. Dan, ya, dia memang tampak menikmati permainan Instagram-nya, pun memberi kenikmatan kepada mata-mata yang melihatnya. Aku mau juga! Tolong, lupakan sejenak soal foto vulgar dan caption tanpa aturannya, ya. Karena terlepas dari beritanya yang kurang baik itu, Awkarin memiliki taste yang bagus soal seni, menurutku.
Aku pun memulai “feeds game”-ku sendiri dari situ. Dan, perempuan yang tadinya jarang menampakkan wajahnya di Instagram ini mulai tampil seutuhnya. Ternyata, foto outfit of the day itu nagih juga, ya. Walaupun apa yang aku pakai tampak itu-itu saja wahaha. Ya, gimana? Hampir semuanya berwarna hitam. Yang membuat berbeda adalah latar belakangnya.
Seringnya berfoto OOTD ini—walaupun isi Instagram tetap dominan yang bukan OOTD wkwk—sedikit banyak membuat kecuekanku terhadap penampilan mulai berkurang. Mix and match pakaian sudah menjadi hal yang wajib kulakukan jika ingin pergi ke luar rumah. Mulai dari lemari sendiri sampai lemari mama tak luput dari jamahan. Dan karena itu jugalah aku mulai “doyan” belanja yang dapat menunjang tampilan.
Untuk masalah belanja kebutuhan fashion, aku selalu mempercayakannya pada Zalora Indonesia. Banyak sekali pilihannya! Aku seringkali lupa waktu dan lupa kuota kalau sudah berselancar dengan aplikasinya. Nah, pas sekali sudah memasuki bulan November. Bau-bau hari belanja online nasional (Harbolnas) mulai menyengat tercium indera. Kabar baiknya, kita bisa dapat banyak diskon dan tawaran menarik di momen Harbolnas 2017 Zalora. Siap-siap, ya!
Jaminan tampilan lebih oke sudah di depan mata. Lumayan untuk stock foto OOTD di Instagram.
1 komentar
Feeds game! Hahaha. Menarik sih ngatur feeds kayak gitu. Tapi konsistensi dan disiplinnya itu yang aku belum bisa se-expert kamu dalam hal ini. Hahaha. Hambok, kamu magang jadi adminnya aku sini.
BalasHapusKadang juga mau punya feeds ootd. Tapi aku lebih sering ada di balik kamera daripada di depan. Hahahha. Selain itu, taste-ku soal fotografi fashion nggak begitu bagus, terutama sebagai modelnya. Wkwkw
Kesalahan orang-orang pandai ialah menganggap yang lain bodoh, dan kesalahan orang-orang bodoh ialah menganggap orang lain pandai. - Pramoedya Ananta Toer