Terisolasi. Di era postmodern
seperti ini, menjadi orang yang terisolasi tak lagi harus berada di daerah
terpencil, pun tak mesti dikekang oleh norma-norma biadab yang tidak
memanusiakan manusia. Sederhana sekali, kehabisan kuota bisa menjadi langkah
awal terisolasinya kita dari peradaban dunia. Ya, seperti yang baru saja kurasakan.
Tertinggal banyak sekali obrolan
membuatku harus meluangkan waktu lebih untuk tetap tau apa saja yang
diperbincangkan sebagai sebuah upaya membuka isolasi yang sempat melekat. Dan
di salah satu grup WhatsApp kumenemukan
suatu bahasan yang menarik:
“Semalam habis debat panjang lagi
sama temanku setelah ngomongin cewek perlu kerja atau gak setelah menikah,”
tulis dokter hewan idola kami, Kak Feby Yolanda.
Hal yang dituliskan oleh Kak Feby
tersebut sesungguhnya bukan lagi menjadi sesuatu yang asing. Sebab, sepertinya
apa-apa yang ada kaitannya dengan usaha perempuan untuk berdiri dengan kakinya
sendiri selalu menjadi sebuah perdebatan. Ya, budaya patriarki memang masih
dominan di sini. Dan, entah sampai kapan budaya tersebut akan terus lebih
diminati. Memang, sudah tidak lagi sedikit orang yang menyadari kejanggalan
budaya tersebut. Namun pada praktiknya, sadar ataupun tidak, mereka masih
seringkali patuh.
Kembali pada apa yang dituliskan
oleh Kak Feby di grup WhatsApp,
bagaimana cara paling tepat untuk menanggapinya selain kembali ke individu masing-masing? Jelas tidak ada yang salah dari
mengembalikan keputusan pada individu masing-masing. Justru memang semestinya
demikian adanya, kan? Namun, kurasa tiap langkah ke depan yang diambil
semestinya mempunyai dasar yang kokoh. Agar pijakan kakinya lebih kuat dan
lebih mantap.
Baiklah, akan kukerucutkan. Jika aku diperkenankan menanggapi hal
tersebut, maka aku akan menjawab bahwa perempuan perlu bekerja setelah menikah.
Mengapa perlu? Sebab bagiku, di luar status pernikahan, laki-laki dan perempuan
yang ada di dalamnya tetaplah individu yang berbeda. Masing-masing dari mereka
berhak untuk tetap menentukan arah hidupnya. Tentunya dengan kesepakatan
bersama, sih, ya. Jika perempuan sebagai istri di dalamnya ingin tetap bekerja,
menurutku bukan merupakan hal yang pantas untuk menjadi bahan keributan di
dalam rumah tangga.
Mengingat keadaan ekonomi yang
semakin pelik, bagiku keberadaan perempuan yang bekerja di dalam keluarga akan
sangat membantu. Menurunkan sedikit ego dari superioritas laki-laki tidak akan
membuat harga dirinya jatuh. Justru, di mataku, akan tampak lebih bijak dalam
membuat keputusan untuk keluarga agar tetap dapat memenangkan keadaan. Di samping
itu, agar lebih leluasa juga memenuhi kebutuhan pribadi perempuan itu sendiri. Jadi,
tidak melulu bergantung pada suami. Bedak sama gincu mahal, Mas Bro. Belum lain-lainnya.
Ehehe.
Photo by: Rudi Apriadi |
“Selama berabad-abad, perempuan dipakai sebagai cermin yang mempunyai
sihir dan kekuasaan nikmat untuk membantu seorang laki-laki tampil dua kali
lebih besar dari yang sesungguhnya. Tanpa kekuasaan itu, dunia mungkin masih
rawa dan rimba. Kejayaan semua perang kita tidak akan tercatat. Kita mungkin
masih hidup di zaman batu, kaisar dan raja tidak akan mendapatkan mahkota,
bahkan kehilangan mahkota. Maka, Napoleon dan Mussolini begitu getol
mempertahankan pendapatnya bahwa perempuan itu inferior. Kalau tidak begitu,
mereka tidak akan besar.” – Virginia Woolf, sebuah esai berjudul “Ruang untuk Diri Pribadi” dalam
kumpulan esai Hidup Matinya Sang
Pengarang halaman 161.
Kutipan esai milik Virginia Woolf
di atas semakin mengukuhkan kalimat yang seringkali kita dengar, “Di balik
laki-laki yang sukses, terdapat perempuan yang hebat.” Sejak zaman Napoleon dan
Mussolini berkuasa, sesungguhnya keberadaan perempuan sudah sangat dibutuhkan
untuk upaya membentangkan sayap lelaki dari masa ke masa. Artinya, perempuan
punya kekuatan yang besar. Perempuan dipertahankan pada posisi inferior karena
berpotensi menjadi pesaing yang kuat bagi lelaki.
Namun setelah emansipasi bergaung
di tiap lini, perempuan punya kesempatan yang lebih untuk menunjukkan diri. Maka
dari itu, mari sama-sama bangkit dan berdiri. Bukan untuk menjatuhkan
laki-laki, tapi untuk menunjukkan bahwa perempuan mempunyai arti lebih.
Dalam hubungannya dengan
kesadaran akan pentingnya peran perempuan dalam keluarga, K-Link mengembangkan
program-program untuk perempun yang diberi nama Ladies Beauty Club (LBC). Sebelumnya, aku akan memperkenalkan
terlebih dahulu apa itu K-Link.
Kamu sudah pernah dengar K-Link?
K-Link Indonesia merupakan salah
satu anak perusahaan dari K-Link Internasional, sebuah perusahaan yang telah
berkembang dan beroperasi di 46 negara. K-Link merupakan salah satu perusahaan multi level marketing yang terkemuka di Negara
kita. Biasanya kalau sudah ada kata-kata MLM, seringkali sensi, ya? Tunggu
dulu, K-Link merupakan MLM dengan marketing plan bersertifikat syariah dari MUI,
kok.
Letak kesyariahan K-Link ini
sendiri bisa kita lihat dari adanya Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang diutus
langsung oleh Dewan Syariah Nasional (DSN) dari MUI. Produk yang dijual juga
benar-benar halal dan memiliki nilai manfaat. Pun, produk-produknya berizin
dari lembaga terkait dan dijual dengan harga yang wajar tanpa expensive mark up.
Event K-Link Ramadan Festival | Photo by: Arisman Riyardi |
Yang jauh lebih penting dan
membedakan K-Link dengan MLM lain adalah anti terhadap money game sebagai
sebuah bentuk kepatuhan terhadap prinsip syariah. Tidak ada real passive income di dalam sistem
kerjanya. Mau setinggi apa pun peringkatnya, ya tetap harus bekerja dan bekerja.
Mau leha-leha ya gak dapat pemasukan. Jelas, kan, bedanya?
Lalu, apakah Ladies Beauty Club
itu?
LBC merupakan sebuah wadah bagi
para perempuan untuk mendapatkan edukasi tentang kesehatan, kecantikan, dan
keluarga. Sebagai penunjang untuk tujuan tersebut, didirikanlah K-Link House of Beauty, sebuah salon
kecantikan untuk memenuhi para mitra perempuan K-Link untuk hidup sehat dan
cantik. Dengan adanya LBC ini, diharapkan dapat memaksimalkan potensi perempuan
sekaligus mengedukasi perempuan dalam beragam topic terkini seputar gizi,
psikologi keluarga, kecantikan wajah dan kulit, merawat kesehatan tubuh, dan
sebagainya.
Apakah visi berdirinya LBC?
Bersama dengan K-Link Indonesia,
membentuk perempuan Indonesia menjadi sosok yang cantik luar dalam, mandiri,
sehat secara jasmani, rohani, sosial, serta sukses dari segi ekonomi demi
mewujudkan kehidupan yang sejahtera serta berdaya guna bagi keluarga dan
masyarakat.
Bagaimanakah misi yang dilakukan oleh LBC?
- Mencerdaskan serta meningkatkan keterampilan perempuan Indonesia.
- Menggali potensi diri dan memberdayakannya.
- Menyehatkan para perempuan dan keluarganya.
- Menjadi wadah masyarakat yang profesional yang mampu memberi solusi masalah perempuan terutama di bidang kesehatan, sosial, dan ekonomi.
Banyak sekali kebermanfaatan yang
diberikan oleh LBC dibantu oleh K-Link Indonesia dalam upaya meningkatkan
kualitas hidup perempuan-perempuan Indonesia. Wah, ternyata kalau mau semakin
buka mata, semakin banyak ya yang terlihat mendukung kesetaraan peran lelaki
dan perempuan? Lagi dan lagi, tinggal bagaimana kesadaran dari kita
masing-masing untuk mengambil upaya nyata lewat apa yang tersedia.
Hidup pasti akan lebih
menyenangkan, tanpa label superior dan inferior. Hidup akan lebih indah, tanpa
adanya subordinasi dari satu pihak ke pihak lainnya. Hidup akan lebih bahagia, tanpa adanya isolasi yang melekat pada tubuh-tubuh yang berperan. Hidup akan lebih bermakna,
ketika kita berjalan bersama-sama. Setara.
Bekerja setelah menikah? Ya, gak
masalah.
Tabik,
Pertiwi
26 komentar
Gimana rasanya kehabisan data internet selama 26 jam? Wahahaha.
BalasHapusKalau menurutku sih perempuan mau bekerja atau tidak itu fleksibel. Bebas. Yang penting keputusan itu ia ambil dengan kesadarannya sendiri demi kebahagiaan bersama di dalam rumah tangganya. Prinsipnya, tidak memaksa orang lain dan tidak memaksa diri sendiri. Njur, edisi Ramadhan, sok bijak bertaburan. Hahahaha.
Btw, aku jadi haus. Mau minum Ko-Lang K-Link.
Kata ibu-ibu pas yasinan beberapa waktu lalu, kolang-kaling berfungsi untuk mencegah pengapuran tulang. Oh, ternyata kamu sudah sedemikian tua.
Hapusaku sich di bebaskan sama suami mau ngapain dan berbuat apa. Asal aku bahagia boleh lah sama dia, apalgi bisa mendapat penghasilan. tapi buatku mendapat penghasilan itu nyaman banget, kita agak leluasa jik aingin membeli keingginan wanita pribadi, tanpa harus merubah tatanan keuangan keluarga
BalasHapusOhhh jadi itu yang membuat K-Link jadi MLM Syariah.
BalasHapusMau kerja atau enggak setelah menilah, itu sih terserah pada pasangan masing-masing. Yang penting sama-sama setuju. Kerja kan juga ga mesti di kantor dari jam 8-5, sekarang lebih beragam.
Ini bahasan yg gak ada habisnya ya wi. Aku pasti sedih kalau seandainya nanti salah memilih orang yg gak ngizinin aku ketemu dan dekat satwa liar lagi.
BalasHapuskamu beruntung wi 😊
Aku sendiri bersyukur punya suami yang tidak mengekang kegiatanku setelah menikah. Katanya sih asal aku senang atau bermanfaat, bekerja salah satunya. Jadi, pertanyaan dilema ini bukan hanya milik wanita. Pria juga harus ikut bertanggung jawab memutuskan dan memberi solusi atas keputusannya.
BalasHapusKalau aku sih malah mengharuskan istri kerja setelah menikah.. lah kalau gak bekerja berarti dia cuma duduk dan diam kayak boneka donk hehehe..
BalasHapusDi jaman modern ini kan kerja bisa dalam bentuk apa aja. Apalagi era digital, kerja bisa hanya 2-4 jam sehari dan malah penghasilannya lebih banyak daripada saya yang kantoran hehe
Aku sangat dibebaskan untuk ngapain aja sama suami. Mau kerja, mau di rumah, mau liburan sendiri, mau ngabisin uang sendiri boleh bebas. Cuma masalah kerja, harus disadari beban mental istri bekerja tidak sebesar beban mental istri di rumah. Kalau kita kerja, kita punya waktu istirahat, kalau di rumah, boro2 istirahat, mau pipis aja bawa anak. Mau mandi aja gendong anak. Untuk zaman sekarang, lelaki yang mau memberanikan diri untuk "Sudah kamu di rumah saja, aku yang bekerja," buat saya hebat karena mau menanggung beban ekonomi sendiri. Tapi di sisi lain, perempuan di rumah dibebani beban yang tidak kalah hebat. #inimahcurhat
BalasHapusCita2 ternyata busa berubaah2 ya,dlu aku pengen kerja abis nikah. Tp setelah luat ponakan yg stiap hari dtinggal mamanya kerja, aku gk tega ngebayangin anak sm neni.
BalasHapusTp aku setuju sm program k-link memberikan ksmpatan kpada wanita untuk bergerak maju.
Setuju banget, perempuan juga harus punya pendapatan sendiri, meskipun enggak harus ngantor. Jaman skrng banyak ya mbak caranya.
BalasHapusWah K-Link ini ternyata beda ya gak kyk MLM lainnya? Sepupuku dulu ikutan ini sih? Suka nawarin produk klorofil gtu, tapi aku blm pernah makai hehe
Perempuan bekerja setelah menikah, memang gak bermasalah. Tapi saya nggak mau 😰 pengennya di rumah, jadi blogger aja, membahagiakan
BalasHapusOrang tua pengen saya jadi PNS, padahal kan kerjanya ngefull, belum lagi ngurus suami dan anak
Kan enak kalo di rumah, jadi blogger. Ketemu suami dan anak tiap saat. Juga bisa menekuni hobi
Saya pengen di rumah ajaaa 😂😂
Btw, k-link itu syariah ya? Sayangnya namanya kurang syariah wkwkwkwk
kalo kata guruku dulu, perempuan mau bekerja setelah itu ya disesuaikan kenyamanan bersama. terutama jika memiliki anak yg masih kecil, jika keduanya sepakat masalah pengurusan anak tidak masalah, ya bekerja bagi perempuannya gak perlu diperdebatkan. beiau juga bilang, suami memang berkewajiban menanggung keperluan keluarga, jika tidak bisa mencukupi, istrinya boleh membantu, tapi tidak boleh memaksakan. juga, uang yang didapat oleh istri itu terserah istrinya mau dikemanakan, bahkan jika bukan untuk keperluan keluarga pun/keperluan istrinya pribadi, itu juga dibenarkan.
BalasHapusyang menjadikannya masalah kalo perempuan menikah tapi bekerja, itu hanya orang2 yg suka membicarakan saja. dan aku masih gangerti kenapa mereka mempermasalahkan.
K-link ini aku baru denger. kalo di kampungku sini, karena gada k-link begitu, para perempuannya meningkatkan skill dengan program apa gitu namanya, ya, bekerja-bekerja juga. apa karna kami org kampung ya jadi gapernah ada yg mempermasalahkan istrinya mau bekerja atau nggak.
Jalan hidup itu memang pilihan. Apapun pilihannya, kamu akan terus terikat dengan konsekuensi.
BalasHapusAku siih...meyakini kalau ridli wania menikah itu dari ridlonya suami.
Jadi sejauh apapun wanita melangkah, tentu bisa dikomunikasikan dengan baik-baik bersama suami.
In syaa Allah gak ada yang namanya laki-laki melarang istrinya berkegiatan di luar rumah asal ada manfaat yang lebih besar (daripada mudharatnya).
Sekian kultum dari saya.
Wassalamu`alaykum warahmatullah wabarakaatuh.
Yess...saya pun saat ini masih ibu bekerja, bukan karena gengsi tapi memang sudah menjadi kebutuhan juga
BalasHapusKalau menurutku tergantung suaminya, mengizinkan ga setelah menikah istrinya boleh kerja atau tidak. Dan istri yg baik seharusnya bisa menghormati keputusan suaminya, tapi suami yang baik jg harus menilik kebutuhan istrinya. Kadang kala bagi seorang wanita bekerja itu tidak sekedar cari uang saja tp sebagai bukti eksistensi diri. Saya sempat kerja setelah menikah selama 4 tahun, kemudian di 2013 suami meminta jadi pengacara saja alias pengangguran banyak acara. . ya no problem lah. . krn rezeki itu sebenarnya sudah dijamin sama Allah, begitu saya berhenti kerja, penghasilan suami saya naik 4 kali lipat dibanding waktu saya masih bantuin cari duit.
BalasHapusNah kembali ke k-link sbnrnya yang kayak gini ini bisa jadi solusi para istri bekerja dari rumah, bisa ttp eksis, bisa dpt penghasilan, tapi juga bisa tetap di rumah atau ya pengacara kayak saya ini.
Misi LBC menyehatkan perempuan dan keluarga. Yes, kalau jd ibu seolah gak boleh ada kata sakit. Dan setuju dg perempuan yg kerja setelah nikah. Asal seijin suami tentunya
BalasHapusPada dasarnya perempuan juga butuh berkarya usai menikah, entah bekerja dari rumah ataupun di luar rumah.
BalasHapusApapun pekerjaannya tentunya selama tak meninggalkan tugas utama sebagai istri dan ibu, rasanya tak masalah untuk terus berkarya.
Barang perempuan kdg lbh mahal drpd lelaki. Kerjanya perempuan setelah nikah jg hrsnya beda dg yg single. Dibicarakan dg suami dl lah
BalasHapusUtk K-Linknya, setelah jd istri perempuan jg butuh sosialisasi lain. Mgkn ini jd solusi
Kehabisan kuota internet adalah wabah yang paling dihindari di era modern. Kebanyakan orang bakalan sering ngecek kuota internetnya daripada ngecek saldo di atm.
BalasHapusKalo aku sudah nikah nanti, kayaknya bakalan ngasih kesempatan buat istri untuk memilih bekerja atau sebagai ibu rumah tangga. Menurutku, hal yang dikomunikasikan secara efektif akan jauh lebih bagus untuk pernikahan.
kalau ngebahas tentang perempuan dan laki-laki memang tak akan ada habisnya ya. empat jempol deh buat laki-laki yang mau menurunkan egonya.
BalasHapusladies beauty club ini udah ada di semua kota di Indonesia kah mbak?!
Aku diminta suami untuk di rumah, tetapi beliau menyediakan fasilitas biar istrinya nggak bosan dan stress, semisal wifi 24 jam. Hahahaha
BalasHapusBtw, LBC dah ada dimana aja?
iya, bedak sama gincu mahal. lagian tu bibir cuma satu, kenapa gincunya lebih dari satu sih?
BalasHapusemmm LBC yaa,,, belum pernah nyobain perawatan di LBC, pankapan ah nyobain, hahhaa
btw, kapan nikah Wi?
Baru tahu di KLink ada Ladies Bauty clubnya. eh gagal fokus sama fotonya ternyara ga buat ladies aja ya acaranya.
BalasHapusPerempuan bekerja setelah menikah? Hmmm menurut saya kesetaraan gender itu esensinya bukan soal apakah perempuan bekerja atau tidak apalagi setelah menikah> Keseteraan itu ya tentang cara pandang bahwa perempaund an laki-laki punya hak sama dalam segala hal. soal keputusan apakah siapa yang bekerja both or salah satu ya tergantung mereka, para pribadi dewasa dan setara yang putuskan. Cayo...
Pernah ngerasain produk2 K-Link karena kebetulan kakak dulu juga jadi agen K-Link. Cuman stlah out, jadi ga tau peredarannya lagi sekarang.
BalasHapusAku baru tau kalo K-Link skarang punya cabang terbaru utamanya buat perempuan. Lbc yak? 😍😍😍 apakah hal itu sistemnya masih menggunakan Multi level marketing juga, mbak? Ato hanya sekedar salon spt pada umumnya?
.
Ntw, trpikirkan kalo udah nikah nanti, pengen stay at home, cuman punya kesibukan yang ga jauh-jauh sama keluarga. Intinya masih pngen bekrrja lah. 😂😵
Ya gitu, supaya ga nemen2 buat pengeluaran kebutuhan pribadi cem make up endebreh2 itu dah. Hheee
Kalau aku sih membebaskan pasangan mau ngapain aja selama itu bertanggungjawab dan menjada nama baik keluarga. aman ajaaaaa
BalasHapusNice info nih
BalasHapusKesalahan orang-orang pandai ialah menganggap yang lain bodoh, dan kesalahan orang-orang bodoh ialah menganggap orang lain pandai. - Pramoedya Ananta Toer