Seringkali
aku merindu ruang untuk diriku sendiri. Seringkali aku mendamba hening yang
begitu sulit untuk kucapai selama ini. Seringkali banyak bising yang kian
singgah, lagi dan lagi. Kemudian, aku hanya dapat menyelami dalam diriku yang
tak mampu menggapai apa yang kumau. Ya, dalam debur suara-suara yang terus
menyalak, tentu saja.
Namun
ternyata, agaknya rindu akan bising itu mulai datang juga sekarang. Saat di
mana hening mulai merambati tiap hasta yang kupijak, mereka yang biasanya
meramaikan duniaku pun turut beranjak. Kalau Spongebob Squarepants punya hari
kebalikan, duniaku pun tetiba mengalami kebalikan. Sulit juga menafikan
kenyataan. Ya, seperti kata Sarah Alana Gibson, “Roda itu berputar, Ga.”
Sekarang,
aku seringkali sendiri. Ya, walaupun adanya mereka tetap tidak mengubah
pribadiku yang lebih banyak diam, tapi keriuhannya membuat gulana meletup-letup
di dada. Jika ada di antara kalian yang membaca ini, ketahuilah bahwa aku tidak
secuek yang tampak selama ini. Kepada kalian, yang seringkali kusebut sebagai
pilar-pilar dalam tulisan-tulisanku yang lalu, aku rindu.
Momen
kebersamaan terakhir yang kuingat paling berarti di antara aku dan mereka
adalah ketika kami harus menempuh sebuah perjalanan selama sembilan hari penuh.
Modusnya, sih, perjalanan ini untuk memenuhi sebuah kewajiban penelitian untuk
melengkapi predikat kami sebagai mahasiswa. Penelitian, katanya. Padahal, sih,
liburan berkedok penelitian. Yha.
Salah
satu tujuan kami saat “liburan berkedok penelitian” itu adalah Bali. Harus
kuakui bahwa momen tersebut telah berhasil membawaku keluar dari pulau Jawa untuk
pertama kalinya. Pertama kali, untuk wilayah Indonesia. Senang? Jelas. Walaupun
lelahnya juga tak dapat dipungkiri dari kenyataan.
Siapa
yang tak tahu pulau Bali?
Bahkan,
wisatawan asing seringkali lebih kenal Bali daripada Indonesia. Padahal, Bali
merupakan bagian kecil dari Indonesia. Lucu juga, ya. Dengan segala keunikan
dan kecantikannya, tak heran jika liburan
ke Bali seringkali menjadi opsi
untuk mereka yang ingin menghilangkan penat.
Kuingat
betul, pertama kali sampai Bali sekitar pukul 3.30 pagi. Bus berhenti, seorang
teman nyeletuk, “Gerah, pengin keluar deh gue.” Kemudian aku, yang mendengar
kalimat temanku tersebut, langsung bilang, “Yuk, Ti,” sembari berdiri dari
kursiku.
Kami
berada di Desa Budaya Kertalangu saat itu. Dua perempuan dengan muka bantal
menyusuri tempat asing saat matahari bahkan masih lelap dalam tidurnya,
ngeri-ngeri sedap! Banyak patung di sana. Ya, dan hal itu sukses membuatku
sedikit bergidik. Apalagi ditambah cuaca yang dinginnya mencabik-cabik. Brr~
Di
tengah penyusuran kami, kami bertemu dengan beberapa orang yang adalah
supir-supir bus yang kami tumpangi. Mereka sedang bercengkrama ditemani segelas
kopi di muka masing-masing. Sempat pula mereka menawarkan kami untuk
menghangatkan diri dengan kopi, tapi kami menolak. Ya, padahal mah kumau.
Yakali nolak kopi.
Kami
bilang, kami mencari toilet. Tapi sebetulnya, kami mencari tempat duduk-duduk
yang lebih sejuk dibanding di dalam bus yang panas. Muahaha!
Setelah
ditunjukkan arah toilet, kami turut patuh oleh telunjuk bapak-bapak tadi. Dan
voala! Kami menemukan saung yang bisa digunakan untuk melanjutkan bobo-bobo tjantique yang tertunda. Untuk formalitas, Uti
ke toilet dulu sebentar. Lalu balik ke saung. Tidur-tiduran menatap langit yang
masih gelap sambil sedikit ngobrol-ngobrol.
Oh
iya, perkenalkan: namanya Putri Azka Gandasari. Sekarang sedang menekuni
kesehariannya sebagai seorang beauty
blogger yang ingin serius.
Walaupun, ya, kami mesti lebih dulu sama-sama serius ke kewajiban besar kami di
perkuliahan tingkat akhir ini. Apa, tuh, namanya? Yaudahlah, gak usah disebut.
Begini,
sejujurnya kuseringkali merasa kesulitan saat harus berkomunikasi dengan
perempuan. Apalagi dengan mereka yang, ya… begitulah. Maka itu kulebih sering
diam dan menyimak. Tidak melulu berlaku demikian, sih, tapi dalam lingkup
kampus kuhanya bisa sedikit bicara lebih banyak dengan Uti. Karena menurutku,
Uti merupakan salah satu perempuanc yang cukup logis dan tidak melulu bawa
perasaan. Asyik!
Sembari leyeh-leyeh, kami
sempat membicarakan soal blog sampai aku—sepertinya—lelap sejenak. Salah satu
bapak yang sebelumnya berpapasan dengan kami tetiba menghampiri, menawarkan untuk
mengambilkan bantal dan selimut dari dalam bus karena udaranya memang cukup
dingin dan menusuk. Kami, lagi-lagi, menolak tawarannya. Ya, kebiasaan
basa-basi ternyata sungguh melekat di mana-mana hahaha. Namun kali itu, sang
bapak tidak menyerah. Beliau segera meminta kawannya untuk mengambilkan bantal
dan selimut untuk kami.
Terima kasih, Pak.
Seingatku, setelahnya kutuntaskan lelapku sampai
terangnya langit pagi di Bali menyapa di tengah riuh anak-anak yang mulai
keluar dari dalam bus untuk mencari tempat mandi. Kok gak langsung ke hotel, sih, Tiw? Gak sempat booking hotel online, ya? Ahaha, hemat budget dululah. Kan ceritanya mau penelitian, bukan jalan-jalan. Ceritanya, sih.
Kami baru tiba di hotel malam hari setelah menonton
pertunjukan tari kecak khas Bali. Gak booking hotel online, sih, makanya sempat
ada kejadian yang tidak mengenakkan karena ternyata kamarnya kurang.
Yasudahlah. Oh iya, walaupun personel penari kecak yang kutonton tidak seramai
yang biasa kulihat di televisi, melihat pertunjukan tari kecak secara lagsung
ini membuatku menarik garis beberapa senti lebih lebar di bibirku. Inilah
Indonesia. Dengan ragam budaya yang mengagumkannya.
29 komentar
Paraaah... anak jaman sekarang tukang boong. \:p/
BalasHapusManaaa liat dong blognya Utiiii?
Mereka sedang bercengkrama ditemani segelas kopi di muka masing-masing
BalasHapusItu gimana caranya gelas bisa ada di muka?
Walah, absuditas basa-basinya dibawa ke mana-mana. Kamus Besar Bahasa Indonesia harus segera merilis kamus edisi basa-basi, nih. Atau paling tidak ya ada panduan yang jelas akan hal ini. Seperti 'tidak usah' berarti 'kalau gak ngrepotin ya gak apa-apa' gitu. Wah, penting ini. Biar dunia perkomunikasian bisa tetap kondusif, sejahtera, dan berdikari.
BalasHapuswah aku seneng banget sama bali. Apalagi banyak kelg disana. Terakhir aku ke bali sendiri menghadiri pernikahn kelg sembari liburan menyusur jengkal pulau dewata sendiri, nyetir sendiri pulak. Sedih tapi bahagia
BalasHapusEmberan! Pulau Bali memang gak ada matinya ya, selalu ada yg baru di sana. Sayangnya aku belum pernah ke sana T_T Tapi, untuk tari kecak aku udah pernah liat di anjungan Bali di TMII loh wkwkwkwk
BalasHapusMbak Putri itu tmn sekampus mbak Tiwi?
BalasHapusBtw desa budaya Kertalangu itu tepatnya di daerah Bali manakah?
Penelitian apa saja yg dilakukan di sana?
Desanya masih kental banget adat tradisionalnya gtu kah? hehee aku jd penasaran sama desa itu mbk :D
wa aku belum pernah ke bali tapi sepertinya asik ya pergi kayak gitu berkedok penelitian aaa. Jadi pengen :")
BalasHapusMemang harus memanfaatkan waktu yang ada, termasuk liburan yang berkedok penelitian. Kalau aku pernahnya liburan yang seharusnya seminar.
BalasHapusAkuuu pengen ke Bali lagi yaaa. Dulu pas booking hotel via email, gratis krn hadiah wkwkw. Mgkn next time mau backpakeran aja
BalasHapusPenelitian tapi nyambi, hwhehe
BalasHapusBali memang jd tempat favorit byk org. Saya ingin ke Bali lagi tp pas nyepi. Mau lihat upacaranya spt apa
Liburan sambil penelitian atau penelitian sambil liburan? Inilah enaknya bagi mereka yg berstatus mahasiswa atau pekerja dg tugas lapangan. Ada kesempatan jalan2nya meski sambil nugas. Mupeng.
BalasHapusLah Enak penilitian di Bali. Itu mah udah pure liburan Kali ya Kalo udah ke bali. bukan penilitian lagi hahahah
BalasHapusPertama kali aku keluar pulau jawa adalah ke manado tempat yg gk disangka2 banget,pdhal bali dan lombok lebih dulu mampir di wish List ku.
BalasHapusAhh dlu zaman aku kuliah disambi kerja wi,jdi gk smpet nulis2 blog,km beruntung cantik bisa jalanin hobby sambil kuliah.
Gak booking online sih.. sekarang sebenarnya mau tour apapun enak kita juga udh reservasi sendiri. Jadi harga lebih murah juga mba..
BalasHapusDuh aku kangen ama Bali...
aku kapan melakukan hal sama yaaaa.... bisa liburan berkedok penelitian begini. heheheh yang penting kerja beres dan happy. boleh di uji coba nih. seru sepertinya
BalasHapusmau juga dong liburan ke bali tapi gak pake kedok tugas atau penelitian dulu biar bebas mainnya hehe.. eh itu tidur di saungnya nyenyak kan mba, gak digigitin nyamuk kan? :D
BalasHapusTiwi jurusan apa kuliahnya...
BalasHapusenaknya penelitiaannya rasa liburan..
aku dunk.. menginapnya selalu di laboratorium... hadeuuh belum ngebosenin krn dulu blm ada webtoon, blm ada facebook, blm ada youtube..
yg ada hantu lab doang.. sesekali muncul buat nemenin
Edyaaannn, ini sponsored post kan? Kalau gak ada linknya, aku pun ga akan ngeh.
BalasHapusEmm, tapi, tampaknya ada 'miss' ada bebberapa kata-kata tidak baku yang tidak dibuat miring, Wi.
Entah ku harus berkata apa Tiw.. Ku cerna setiap kalimat diatas tetep masih ga ngeh..eh ternyata Wkwkwk...
BalasHapusDaaan kamu itu bhok ya sekali-kali ajakin makmak lugu ini vacation gitu. Tapi yang free ongkirnya yah..muuaach
Kayanya ini cerita murni jalan-jalan...hehhe...
BalasHapuskarena penelitiannya gak di ceritain sama sekali.
Tiwi jurusan apakah?
Penelitian untuk nulis skripsi?
Sukses yaa, Wi...buat kuliahnya.
Wah wah nakal nih wah Wkwkw
BalasHapusEnak itu liburan keliling Indonesia sambil belajar budaya dan kearifan lokal enggak cuma halan2 aja heuheu
Enak ya penelitian sekaligus berwisata apalagi dibali. Walaupun, belum pernah ke bali lihat di tv tv pemandangannya sangat indah disana.
BalasHapusWah ke Bali ya.. Untung aja nggak ketemu sama aku #eh
BalasHapusAku belum pernah ke Bali. Pokoknya nanti harus pernah! Huhu.
BalasHapusJauh banget kak Tiw penelitiannyaa. Emang tentang apa? ._.
Semangat semangaat untuk pejuang skripsiiii! YOSH!
Perempuanc? Typo dikit ya Tiw? Hehe...
BalasHapusPaling jauh aku ke Banyuwangi, padahal tinggal dikit lagi sampai Bali. Belum pernah kebalik, ke Bali maksudnya. Haha.
Syukurlah gak ada fotonya yang makin bikin tergiur ke Bali. Padahal udah cukup mupeng baca deskripsinya. Yaelah, basa-basi amat segala gak mau ditawarin. Sendirinya mah juga. Sok-sok nolak kebaikan orang. XD
BalasHapusasyik juga ya bepergian sambil meneliti sesuatu
BalasHapusKe Bali berkedok penelitian,
BalasHapusHm... kayaknya bisa ditiru nih. Hahaha...
kak btw kamu ngeblog dari kapan kak? ada tips khusus?
BalasHapusKesalahan orang-orang pandai ialah menganggap yang lain bodoh, dan kesalahan orang-orang bodoh ialah menganggap orang lain pandai. - Pramoedya Ananta Toer