Perkenalan seringkali membawa
anugerah berupa kebahagiaan. Pun dengan perkenalanku dengan seseorang. Seseorang
yang pada akhir 2012 lalu pernah membawa aku pada perkenalan akan dunia baru. Dunia
pendidikan. Namun tunggu dulu, dunia pendidikan yang dikenalkannya bukanlah
dunia pendidikan yang biasa kita kenal. Bukan dunia pendidikan yang berada di
bawah kurikulum milik pemerintah.
Mereka menyebutnya sebagai
sekolah alternatif.
Kurang lebih delapan bulan
kubergabung dengan mereka, menikmati pelajaran yang tidak aku dapatkan di
sekolah. Hingga akhirnya aku harus mundur dari keikutsertaanku demi studiku
sendiri. Sekitar awal tahun 2015 lalu, orang tersebut kembali menghubungiku
lagi. Beliau mengatakan bahwa ada beberapa orang adik yang akan melanjutkan
kuliah dengan dana dari seorang donatur yang begitu dermawan. Wah, jelas saja
aku sangat excited saat itu, sebab
salah satu di antara adik itu ingin melanjutkan studinya di tempatku belajar
juga.
Namun beberapa bulan kemudian,
saat pengumuman jalur undangan diterima, kabar yang kurang baik kudapatkan.
“Gak keterima, Wi. Mau nyoba lagi
tahun depan, tapi Atika udah nyerah. Mau kerja dulu katanya baru kuliah, kayak
kamu. Ini kakak-kakak yang lain mau bantu Anisa belajar lagi buat ikut tes
tahun depan.”
Ikut sedih, sih, jelas. Sebab,
adik-adik di sana sangat kuhapal binar matanya. Mereka begitu ingin terus dan
tetap belajar. Namun, ya, kondisi ekonomi keluarga mereka yang kebanyakan
adalah petani agaknya belum cukup memberi fasilitas pendidikan yang baik untuk
masa depan mereka.
Setahun kemudian—atau tepatnya
beberapa minggu yang lalu—aku kembali bertanya pada beliau perihal satu adik
yang tadinya ingin tetap melanjutkan perjuangan pendidikannya. Dan kabar yang
kudapat adalah…
“Iya, jadi Anisa pun memutuskan
untuk tidak melanjutkan proses beasiswanya. Dia bilang, dia gak berani ambil
risiko kalau di Jakarta. Orangtuanya juga khawatir, akhirnya Anisa mundur. Dia memutuskan
untuk bekerja di Rangkas Bitung bersama omnya. Katanya, uang gajinya buat
bantu-bantu orangtua.”
Makin-makinlah sedihnya. Sebab,
Anisa ini dulunya cukup dekat denganku. Anak yang sangat rajin dan selalu
menyambutku dengan senyumnya dan sapaan riang, “Kak Tiwi!” Dia punya passion yang tinggi pada bidang yang pun
kugeluti. Makin mirisnya lagi, banyak sekali anak-anak penenus bangsa yang
memiliki banyak kelebihan tetapi harus bungkam, karena ekonomi.
Ialah masalah yang tak kunjung
usai, tak juga selesai. Namun, bukan sesuatu yang tepat pula jika kita—orang
yang mengetahui atau menyaksikan hal tersebut secara langsung—untuk menuding
dan menyalahkan pihak-pihak tertentu. Apa gunanya?
Aku pun bukan berasal dari
keluarga yang berlebih harta. Maka agaknya, aku paham benar bagaimana perasaan
adik-adik kecilku itu. Iya, aku masih menjadi perempuan beruntung yang dapat
mengenyam pendidikan tinggi hingga di tingkat ini. Aku sangat bersyukur, walau
lika-likunya kadang seringkali membuatku ingin berhenti.
Yang pasti, aku ingin berusaha
lebih giat untuk memperbaiki hidupku untuk kini dan nanti. Sebab aku tak ingin
anak-anakku nanti harus jatuh bangun untuk mendapatkan haknya sebagai manusia
yang terdidik.
Asuransi pendidikan.
Asuransi pendidikan memberikan fungsi proteksi yang
memungkinkan dana pendidikan tetap tersedia untuk anak, meskipun orangtua telah
meninggal, sakit kritis, atau mengalami cacat yang menyebabkan orangtua tidak
bisa bekerja lagi. Bagi banyak orangtua yang telah paham
bagaimana pentingnya pendidikan bagi buah hati, agaknya frasa tersebut bukan
lagi menjadi sesuatu yang asing. Banyak sudah yang mengambil jalan ini untuk
memupuk bagian kecil dari impian besar anaknya di depan nanti. Banyak pula
penyedia jasa asuransi yang tersedia di negeri ini, salah satunya adalah www.pasarpolis.com.
Dengan tahapan dan jaminan
asuransi dari www.pasarpolis.com yang
mudah dan cepat, agaknya bayang-bayang perihal lama dan rumitnya apply asuransi
untuk jaminan keluarga kita nantinya telah dapat ditepiskan. Kelengkapan dari
pilihan asuransi yang tersedia pun menjadi nilai lebih yang dapat
dipertimbangkan sebagai pilihan. Untuk keluarga, tentu selalu ingin yang
terbaik bukan?
Jadi, sudahkah kita merancang dengan matang perihal masa depan keluarga?
Salam sayang,
Pertiwi Yuliana
5 komentar
artikelnya beh buat anak cucu keren tpi :)
BalasHapusMakasih, Mas hehehe
HapusPendidikan ternyata sama pentingnya, banyak yg menunda-nunda, banyak juga yg berhenti karna masalah ekonomi.
BalasHapusPake asuransi? Boleh juga. Penting.
pendidikan makin kesini makin mahal, udah kerja aja dah biar langsung dapet duit hehehe. BTw, asuransi pendidikan cocok banget buat pasangan yang baru menikah, biar anaknya nanti gak repot lagi pas mau ngelanjutin ke pendidikan selanjutnya. :D #benergaksihgue hehe
BalasHapusJaminan masa depan ada di tangan ku :D
BalasHapusKesalahan orang-orang pandai ialah menganggap yang lain bodoh, dan kesalahan orang-orang bodoh ialah menganggap orang lain pandai. - Pramoedya Ananta Toer