Sebagai mahasiswa semester akhir,
merupakan sesuatu yang lumrah dan amat tampak wajar jikalau perihal kuliah
menjadi hal yang utama. Banyak dari mereka yang tak segan menjadi pribadi yang
tak acuh dan banyak mengabaikan hal-hal lain yang pun sebetulnya penting untuk
dirinya. Mandi, makan, hal-hal yang termasuk dalam daily habbit pun seolah lenyap dari mata. Seringkali. Bukan
semuanya, ya.
Bukan hanya untuk pribadi,
bahkan, yang gue alami adalah dalam sekelompok orang. Yap, sekelompok orang ini
adalah empat belas pilar membanggakan yang seringkali terlupakan. Biarpun
sering tampak sebagai manusia-manusia yang abai akan apa yang mestinya menjadi
hak dan diterimanya di dalam bangku perkuliahan, tapi nyatanya mereka dapat
benar-benar duduk diam dan berkutat dengan analisa bidang sastra yang
diminatinya.
Di kampus, jam istirahat seringkali
menjadi sesuatu yang semu. Antara ada dan tiada. Seperti sebuah konspirasi alam
semesta, dosen-dosen pun turut mengamini perihal yang satu ini dengan mengganti
jadwal kuliah ke jam istirahat. Ada saja alasannya. Ini berakibat pada beberapa
hal selain kurangnya istirahat bagi kami, tentunya.
Kelaparan.
Waktu istirahat kami yang pada
akhirnya jatuh terlampau sore itu menuntut kami untuk lebih pandai lagi menahan
lapar, keluhan, dan lebih banyaknya uang yang mesti kami keluarkan. Sebab, pada
jeda singkat di jam makan siang yang akan dipakai untuk perkuliahan itu, kami
biasanya akan menyempatkan diri untuk membeli kuliner breaktime untuk
mengganjal perut. Ya, agar dapat tetap fokus menerima materi-materi yang akan
disampaikan, tentu saja. Selepas perkuliahan, kami baru dapat menikmati makanan
berat. Oke, inilah sisi gelap mahasiswa yang sedang mengejar judul skripsi.
Bukan hal yang mudah, memang. Mungkin,
perihal makan seringkali terlupakan ketika fokus yang kita miliki sepenuhnya
tertuju pada satu hal krusial. Yang jelas, bukan dengan paksaan ataupun di
bawah keharusan suatu pihak yang bukan diri kita sendiri, kan? Namun dengan
jumlah power yang kalah besar,
tentunya dalam keadaan tersebut kita seringkali lebih memilih untuk patuh pada
keadaan. Ya, namanya juga hidup, gak melulu berjalan semau kita.
Ngomong-ngomong perihal breaktime, kamu sudah kenal dengan
Breaktime.co.id? Itu, lho, portal lifestyle yang menyediakan berbagai
informasi tentang film, fashion,
travel, kesehatan, kuliner, dan lain-lain. Sebagai kawula muda yang ingin
memantapkan diri sebagai pribadi yang kekinian, agaknya boleh juga mencoba-coba
intip untuk menjadi panduan gaya hidup dari sana. Supaya makin hitz!
Bisa jadi salah satu referensi
juga untuk memilih kuliner breaktime yang sehat, cukup
mengganjal perut, dan terjangkau tentunya untuk mengatasi masalah yang sudah
dijabarkan sebelumnya. Karena biasanya, banyak juga kan dijajakan makanan
pengganjal perut yang kurang menyehatkan. Tapi, ya, sebagai muda-mudi yang
dibutuhkan bangsa nantinya (tsaah),
bukan hanya nutrisi otak yang dijaga. Sebab itu, kesehatan dari makanan yang
kita pilih juga menjadi hal yang penting untuk tetap diperhatikan walaupun
dengan terbatasnya waktu istirahat.
Jadi, seminimal apa pun
kesempatan yang kita miliki untuk hal apa pun—termasuk dalam hal memilih
makanan—kita mesti menggunakannya dengan sebaik yang kita bisa. Harus tetap
cerdas, apalagi dengan perkembangan teknologi yang kian pesat ini, semakin
banyak yang dapat kita manfaatkan sebagai panduan. Kalau asal pintar tapi
kesehatan diabaikan, percuma dong, ya? Buat kamu yang lagi urus skripsi juga,
semangat ya! Dulu-duluan wisudalah kita~
Salam sayang,
Pertiwi Yuliana
1 komentar
Aku pikir ini tulisan akan membahas tentang skripsi dan sekitarnya, eh nyatanya bahas makanan. Duh jadi laper
BalasHapusKesalahan orang-orang pandai ialah menganggap yang lain bodoh, dan kesalahan orang-orang bodoh ialah menganggap orang lain pandai. - Pramoedya Ananta Toer