“Live your life with passion.”
Tahun 2011 lalu, beberapa siswi
SMA yang masih berseragam putih-abu turun dari angkutan berwarna oranye-biru di
depan sebuah toko buku terbesar di kawasan Asia Tenggara. Para maniak
jajan-buku-habis-ulangan-fisika-biar-bahagia ini sudah tau benar tujuan
masing-masing. Ada yang singgah di rak komik, ada yang memfokuskan tujuan pada
rak novel teenlit, dan ada yang
sebentar-sebentar membuka buku di rak sastra lalu pindah ke rak pengembangan
diri.
Seperti biasa, mereka nikmat dengan
kegiatan masing-masing. Alat komunikasi hanya akan dikeluarkan ketika mereka
menyadari senja sudah menjemput untuk kembali ke peraduan. Ya, hanya untuk
mencari tahu keberadaan yang lainnya, lalu pulang bersama. Sesederhana itu
bahagia yang mereka dapatkan. Menenteng kantong plastik berwarna putih yang
berisi buku-buku baru yang siap dilahap.
Satu dari mereka sudah mulai
jatuh cinta. Ya, pada satu kalimat yang ditemukannya di surganya sebelum senja.
___
Setelah lepas dari masa modern
yang kental dengan westernisasi, kita
telah masuk pada era baru post-modernisme. Di sinilah masa di mana banyak
pertanyaan menjelajahi pikiran kita. Itulah nantinya yang akan membedakan kita
dengan orang-orang di masa lalu. Yang hanya “menerima” tanpa mempertanyakan.
“Kenapa lo pilih jurusan
Biologi?”
“Karena gak suka matematika.”
Di lain kesempatan.
“Kenapa milih jurusan Fisika?”
“Yang peminatnya dikit aja.”
Kesempatan lainnya.
“Kenapa Manajemen Pendidikan?”
“Soalnya kakak gue dulu lulusan
situ, gue ngikut aja.”
Lagi.
“Kenapa pilih Pendidikan Luar
Biasa?”
“Disuruh orangtua gue, padahal
gue maunya…”
Well, siapa lagi yang akan menghidup-hidupi hidupmu kalau bukan
kamu sendiri? Oke, yang udah dari zaman baheula
suka mampir ke blog ini pasti gak akan asing dengan pertanyaan tersebut. Iya,
itu adalah kutipan dari sebuah buku yang judulnya sudah membuka tulisan ini,
ditulis oleh Billif Abduh. Sampai saat ini, masih terlalu banyak orang yang gue
temui dan menjawab serupa di atas saat gue menanyakan hal yang sama.
Kenapa?
Kenapa bukan jawab, “Karena passion gue di sini”?
Beberapa waktu lalu, gue sempat
bawa ijazah SMA ke kampus. Beberapa teman melihat nilai-nilai gue, terutama
nilai UN yang paling disoroti. Dan voalaaaa,
mereka terkejut!
“Gila, Tiw, pelajaran IPA lo 9
semua, bahasa lo cuma 7, kenapa lo masuk sastra Indonesia?”
Lagi dan lagi. Sangat gak asing
dengan pertanyaan demikian. “Emang gue pengin masuk sastra Indonesia, ada yang
salah?”
Diam.
Empat tahun bukan waktu yang
sedikit. Ya, dan gue gak akan mau kejebak sama hal yang lebih pelik dari nyari
duit sendiri. Maka itu, saat gue udah tau passion
gue di mana, gue akan lari sekencang yang gue bisa buat sampai. Capek? Pasti
pernah. Namanya juga lari, tapi bukan berarti berhenti. Karena sekali berhenti,
posisi gue bisa dibalap sama yang lain. Gak mau.
Gimana, sih, cara tau passion
kita ada di mana?
Ini pertanyaan yang sangat umum.
Dan kalau buat gue pribadi, jawabannya cuma: jangan batasi diri, coba segala
hal. Jangan takut gagal, gak ada yang buruk dari mencoba hal
yang—mungkin—sangat baru sekali pun. Untuk bisa raih passion dan berada di garda depan, jelas kita gak boleh lelah
melangkah. Ya, karena sudah sangat jelas, berhenti itu gak akan membawa kita ke
mana-mana. Gak mau gerak? Ya, jangan ngeluh kalo kalian masih ada di tempat
yang sama.
Baca juga: Jangan Banyak Alasan!
- Berani bermimpi
Siapa yang
setuju kalau mimpi itu penting? Zaman SMP-SMA, gue sering banget bilang, “Orang
hidup gak punya mimpi, mah, mati aja.” Okey, ini efek baca Laskar Pelangi, hahaha! Tapi buat gue, mimpi memang penting. Karena
buat gue pribadi, mimpi-mimpi gue yang secara langsung maupun gak langsung
nuntun gue buat terus jalan, terus maju, setapak demi setapak. Walaupun belum
bisa dikatakan berada di posisi berhasil, setidaknya, dengan adanya mimpi bisa
membuat gue—dan tentunya kita semua—menjadi jauh lebih semangat untuk
menggapainya.
- Mulai melangkah
Yap, seperti
yang udah gue singgung terlebih dahulu, kita gak akan sampai pada titik mana
pun kalau kita gak mau mencoba dan melangkah. Contoh kasusnya, Tono dan Tini
sama-sama punya mimpi untuk menjadi pengusaha sukses. Tono sangat asyik
membayangkan apa yang akan didapatkannya nanti ketika dewasa atas kesuksesannya
menjadi pengusaha. Sementara Tini sudah mulai berjualan pulsa untuk memenuhi
hasrat remaja kekinian dan membuka peluang untuk dirinya sendiri. Siapa yang
akan lebih dulu mencapai apa yang dimimpikan? Jelas, dia yang lebih dulu mulai
melangkah. Gak apa hanya maju satu mili dari tempat semula, setidaknya kita
sudah maju, kan?
- Mencoba lebih banyak
Ini bagian yang
paling gue suka. Mencoba. Bereksperimen. Berkarya. Well, kita gak akan pernah tau gue-bisa-apa-aja-sebenernya kalau
kita gak mau mencoba untuk melakukan hal-hal lain dari yang biasa kita lakukan.
Duh, sayang lho kalau passion
dibiarkan mengendap tanpa diasah gitu aja. Padahal, itu anugerah Tuhan yang
mestinya kita temukan, asah, dan gunakan. Ya, kan? Menuai tanpa batas, lakukan
semua yang bisa kita lakukan untuk mendapatkan diri kita yang sebenarnya. Lampaui
mereka yang hanya diam dan berpangku tangan.
- Hadapi rintangan
Jalan Tuhan
memang gak melulu mulus. Kalau kita menemui kerikil, lubang, atau hantaman apa
pun di jalan, jangan mengeluh, jangan menyerah. Percaya gak, sih, dengan adanya
tantangan begitu berarti Tuhan percaya kalau kita adalah hamba yang kuat? Nah,
Tuhan kan gak pernah salah, maka jadilah hamba yang kuat. Posisi nikmat yang
kita dapat nantinya setelah lulus uji rintangan dari Tuhan pasti rasanya akan
lebih dan lebih melegakan. Buktikan, yuk!
- Jangan takut dengan jalan buntu
Seringkali kita
berpikir bahwa kita salah memilih, atau tanpa sengaja masuk pada situasi yang
bukan-passion-gue-banget. Seringkali pula
kita merasa bahwa kita gak akan sampai di mana pun karena itu bukan jalan yang
benar, jalan buntu. Sederhananya, seperti kasus merasa salah jurusan. Banyak,
kan, yang gini? Beberapa teman gue malas masuk kuliah karena ini. Padahal, yang
milih jurusan siapa? Kok ngerasa salah? Ehehe. Ketika kita udah milih, gue rasa
di dalamnya ada ketertarikan tersendiri, dan mungkin tanpa disadari ada passion lain yang mesti digali. Jadi,
jangan takut. Nyebur, ya, berenang sekalian. Jangan mau ternggelam.
Fenomena “gue belum tau passion gue di mana” dan “gue salah
jurusan” bukan lagi menjadi perihal yang asing. Seperti yang gue bilang, kita
sudah lepas dari masa modern dan masuk ke era post-modern, masa iya dari zaman
ke zaman mau tetap nerima gitu aja tanpa mempertanyakan dulu ke dalam diri
kita? Gue selalu percaya, gak ada yang mustahil di dunia ini selama manusia mau
berusaha dan berdoa. Semua manusia pasti berhasil dengan segala yang diimpikannya,
tapi tingkat keberhasilannya itu yang mungkin berbeda. Ya, pastinya sesuai
dengan usaha yang telah dijalankan sebelumnya.
Suatu hal yang kita anggap salah,
akan tetap jadi salah. Kalau kita bisa membuat yang salah jadi benar, kenapa kita
harus tetap membiarkan hal itu tetap salah?
Salam,
Pertiwi
64 komentar
Aku masuk teknik sipil karena emang kemauanku sih... emm... opsi kedua setelah gagal di Geodesi tentunya. Tapi sejauh ini aku nikmati aja. Nggak ada paksaan dalam kuliah, nggak ada ikut-ikutan atau apa. Ya, gini deh :'
BalasHapusBagus, Feb, bagus! Manusia diciptakan untuk menang dari keadaan. Jadi, usahakan selalu positif supaya bisa selalu menang ehehehe
Hapuswah kang Febri gagal masuk Geodesi ya? kebetulan jelek-jelek gini saya alumni Geodesi Itenas - bandung loch....hehehe...#blagu
Hapusdi Sipil juga okeh kok
Bawah komen ini juga anak sipil, nih wkwkwk
HapusMenggebu-abu sekali nulisnya. Kurang aja nyontohin Tini dan Tono, kurang Tene atau Tana eh Tene aja sih tambahin. Hehe. Pas bgt nih tulisannya buat orang yg lagi stuck ngerasa gak punya mimpi atau mimpinya direbut. Apa melawan adalah jalan satu2nya tuk rebut mimpi kita? Aku rasa tidak. Strategi berlari kencang kurang tepat, asyik mah 'berlari bersama' sungguh mengenakan. Sukses bareng. Asyik asyik. Hehe... Semangat Tiw, terus menginspirasi terus berlari dan jangan lupa lompat.
BalasHapusWait, wait, mimpi kok direbut? Ehehehe kayaknya semua orang berhak memiliki mimpinya sendiri. Dan kemungkinan dari samanya mimpi itu bukan hal yang mustahil. Hanya saja, setiap orang punya jalan dan cara yang berbeda dalam pencapaiannya. Nah, daripada ribet ngerasa mimpinya direbut, ada baiknya tanya ke diri kita sendiri dulu, "Gue udah jalan sampe mana? Kok dia lebih cepet sampe?" Hehehe.
HapusAamiin. SemangART terus juga, Kak! :)
Jangan membatasi diri. 👍👍👍👍
BalasHapusBetul~
HapusIni gue beberaoa kali mampir ke blog ini. Suka sama bahasanya. Selalu ada ilmu tiap main kesini. Enak punya teman kayak gini, enak diajak curhat.
BalasHapusNgomongin passion, gue setuju untuk mencoba lebih banyak. Ini juga bagian favorit gue. Kalo jurusan kuliah, karena jurusannya rekomen dari Om, bukan passion gue. Sekarang gue nyesal. Malah di dua semester awal gue selalu kena SP, gegara malas. Tapi sekarang udah menikmati. Mau gak mau emang harus dinikmati sih.
Semoga bisa lebih sering mampir ya, Mas Üben hehehe kalau mau curhat juga boleh kontak email.
HapusNah, itu dia makanya aku selalu pro "milih sendiri aja biar kalo salah gak nyalahin orang lain". Semoga sukses, ya! Semangat!
Aaaaakh tulisan ini membuat aku bangkit lagi untuk mewujudkan mimpi-mimpi yang pernah aku bayangkan dulu. Bener banget kalau tidak melangkah dan berbuat mimpi yang kita inginkan nggak akan terwujud begitupun sebaliknya kalau kita rajin berusaha, ikhtiar dan berdo'a insha Alloh hasil tidak akan mengkhianati proses. Thanks yaa pertiwi :)
BalasHapusIhihihi semangat terus ya, Wid. Semoga apa yang kamu mimpikan bisa segera diwujudkan. Aamiin. Sama-sama, semoga bermanfaat. :)
HapusKetika kita udah milih, gue rasa di dalamnya ada ketertarikan tersendiri, dan mungkin tanpa disadari ada passion lain yang mesti digali.
BalasHapusYups awalnya milih karena suka dan kemampuanku gak begitu, jadi dimana passion ku ya?
(oh) mungkin karena memang kurang digali.
Terjawabkan rasanya. Timaaci katiwii.
Jangan mudah lelah menggali ya, Maica. Semoga sukses jadi penata riasan yang ketje :*
HapusBeberapa waktu lalu aku pernah mampir ke blog ini dan sempat membaca beberapa postingan. Tulisan-tulisannya bagus dan selalu menginspirasi, Mbak :')
BalasHapusCeritanya hampir mirip sama ceritaku juga sih, sering ditanya "kenapa masuk Sastra, kenapa gak masuk blahblah aja?" Jawabannya ya karena sastra itu sudah menjadi passion, aku milih sastra karena memang kemauanku sendiri. Heheu *curhat dikit*
Setuju banget sama setiap poin yang menyangkut dengan cara mengetahui passion. Harus berani bermimpi dan berani mencoba hal-hal baru, walaupun ada banyak rintangan tapi pasti selalu ada jalan. Semangat !! Ahay~
Waaaa kamu sastra juga? Waaaaaaa! Sastra itu menyenangkan, mempelajari kehidupan. Mereka yang gak tau mah cuma bisa nanya, "Kenapa masuk sastra?" doang hahaha.
HapusSemoga makin sering mampir, ya. Semoga bisa terus dapat sesuatu dari yang ditulis di sini. Aamiin. Makasih loh apresiasinya bikin aku semangat hehehe. Kamu juga semangat terus, ya! :D
Setelah lulus SMA, laki-laki itu memutuskan masuk ke Perguruan Tinggi. di Unseod Purwokerto, dia ngambil jurusan hukum. Di UGM, dia ngambil jurusan Ekonomi.
BalasHapusNamun, tidak ada satupun jurusan yang dipilihnya kelar hingga bergelar sarjana.
Malah, hal remeh-temeh seperti Ronggeng Dukuh Paruk lah yang membuatnya menjadi Maestro Sastra.
Dialah....Ahmad Tohari.
Secara saya, Passion memang tidak begitu saja dapat kita temukan pada diri kita.
Sebaliknya, mesti harus mengalami proses dalam menemukannya.
Dan, Ahmad Tohari, menunjukan kepada saya bahwa dia hidup dengan "Live your life with passion...
Harus bilang...you're writing style make ma go insane...
Thanks Mbak Tiwi...
Salam
Waaaaah! Kang Sukman pembaca Ahmad Tohari juga? Aku suka beliau. Tulisannya identik dengan pedesaan. Apalagi RDP, sangat suka dengan caranya menceritakan tokoh perempuan di sana. Keren!
HapusTerima kasih banyak, lho, Kang Sukman. Semoga saya bisa menulis lebih baik lagi. Aamiin. :)
Cerita Tiwi yang lebih memilih sastra hampir mirip kayak ceritaku cuma beda maksud ajaaah. Kalau Tiwi pilih sastra karena emang passion kalau ka gia pilih fisika karena mau keluar dari zona nyaman.
BalasHapusTiwi keren deh mau terus mengejar passion. Lanjutkan Nak!
Kujuga pernah bahas soal comfort zone di salah satu Link baca juga yang aku taruh di artikel ini. Ya, setiap orang memiliki pertimbangan atas apa yang dia pilih. Dan semestinya, gak harus ada penyesalan.
HapusYha dong pasti selalu melanjutkan usaha meraih semua mimpi. Syemangaaaattttt!
terimakasih sharingnya
BalasHapusKembali kasih.
HapusCakep bneer dah tulisannya..
BalasHapusGak ada batasan buat nyoba.. Gak Takut gagal. Itu yg harus dipegang.. Bukan megang yg lain.
Jangan. Jangan pegang yang lain. :/
HapusAku suka sama tulisannya.solutif. selalu bisa nemuin jalan disaat beberapa merasa udah buntu didepan. Tiwi kerennnn
BalasHapusAak terima kasih, Dalida!
Hapusmembaca tulisanmu, aku jadi ngerasa ada mimpi yang harus diwujudkan.
BalasHapusternyata ngeblog itu masih seru, nulis itu juga masih seru.
terimakasih, mbak Yul..
Hayuk ngeblog lagi, MasBek hehehe sama-sama, ya :)
HapusHai Pertiwi.. tulisanmu bagus banget. Duh.. ngomong2 soal passion, pada point "mencoba banyak hal"
BalasHapusMaksudnya mencoba hal yang baru juga kan. Nah, kalo mencoba hal yang baru, bukannya nanti akan di kasih label "cepat bosan" oleh orang lain. Terutama orang terdekat kita. Inilah yang membuat diriku malas mencoba banyak hal.hmm..
Padahal seru sih coba2 hal yang baru.
aloha-bebe.com
Kalau konteksnya masih dalam masa pencarian, aku pikir wajar aja. Pun untuk semisal orang yang sudah mantap menemukan passion-nya. Ya, sekadar untuk variasi dalam hidup. Kalau aku, gak begitu mementingkan omongan orang, sih. Karena yang menghidup-hidupi hidupku kan aku, jadi semestinya aku yang paling tau hehehe semangat ya, MbakBel! :)
HapusSaya sendiri malah kebingungan cari passion hidup,,, kadang kala udah yakin tapi kadang - kadang terutama kalau udah lama suka malah bosan dengan apa yang sudah dijalani,, dan Saya berfikit mungkin ini bukan passion hidup Saya, padahal dari awal Saya yakin ini passion hidup Saya,,, kalau sekarangmah udah gak nyari2 passion lagi,, toh kalau itu memang bisa memberikan penghasilan buat kita yah jalani aja,,jadi sudah bukan passion tapi emang udah jadi kebutuhan, jadi itung2 mengembangkan bakat "bakat ku butuh" :D,,,
BalasHapusKalau masalah mencoba,, Saya sendiri udah sering mencoba banyak hal, dan gak ada satu halpun yang Saya anggap sebagai passion,, soalnya cepet bosan.... :D
Itu mungkin belum ketemu aja sama passion-nya, Mas. Kalau udah passion, gak akan bosan pasti. Hehehe. Semangat, ya! :)
HapusMungkin kalau dilihat dari latar pendidikan dan pekerjaanku sekarang, ini bukan passionku, mungkin dulu aku pilih kuliah di sana karena pingin nyari aman. Hehehe.. Cuman aku pun g nyesel. Lebih tepatnya nyobain semua aja. Buatku hebat tuh orang2 yg mendedikasikan hidupnya sesuai dengan passion. Kalau aku yah seperti tadi, cari amannya dulu, muehehehe..
BalasHapusYa setiap orang punya pilihannya masing-masing. Selama gak menyesali itu, masih sah aja hehehe.
HapusSaya curiga emang di dunia ini yang nggak punya passion adalah kebanyakan ya, emang rada susah juga nemuin passion itu, intinya harus dari diri sendiri dulu tapi lingkungan juga cukup punya pengaruh... Dan setelah menemukan passion itu, SETUJU, kudu berani bermimpi, hadapi rintangan, kalau nemu jalan buntu mending loncat aja.. hehe :)
BalasHapusBukan gak punya, cuma belum nemu aja hehehe semangat terus, ya! :)
Hapusmemang yang namanya pasion udah gak bisa ditawar lagi, jadinya trus maju pantang mundur demi menuai apa yang disebut pasion tadi tanpa limit tertentu.Pokoknya selalu berani mencoba terus dan pantang menyerah :)
BalasHapusIya, Mbak. Jangan gampang nyerah aja :)
Hapusngerasa ketampar baca ini Mbak.. -__-.. dulupun aku masuk ke IPA pas SMU, krn dipaksa papa.. padahal pas tes penentuan, aku udh mati2an sengaja bikin jelek IPA, dan bgsin IPS.. nilainya jelas IPS 9 semua, dan IPA 6 semua.. aku sengaja bgitu.. tapi pas papa tau aku dimasukin ke IPS, dia lgs dtg ke kepsek dan minta aku dipindahin.. ga tau papa ngomong apa ama tuh kepsek, sampe2 akhirnya aku beneran dipindahin -__-.
BalasHapushikmah yg aku ambil sih, anakku nnti ga bakal aku paksa utk ambil jurusan.. apapun yg dia mau asal sesuai ama passionnya, silahkan dijalani.. aku sbgi ortu ya hanya mendukung.. tau bgt rasanya kalo kita ngejalanin sesuatu tanpa passion
Itu dia makanya aku termasuk orang yang berani nentang orangtua kalo soal pilihan hidup, soalnya gak mau salah dan gak pengin kalau gagal nyalahin orang lain. :)
HapusSekarang tiwi tulisannya berat ya. Aku sebabgai bukan anak sastra jadi takut nih. Huehehehe. \:p/
BalasHapusSini main-main lagi tiw!
Bahasamu di saiditsad lebih berat dari ini kayaknya, Di. Kujadi merasa anak sastra gagal :(
HapusAdi blognya gak bisa dikomen :/
Gue sendiri bisa dibilang salah jurusan sih sekarang. Sejujurnya, passion gue sejak dulu dan sampai saat ini ya menulis. Sempet bingung juga dulu gue mau masuk SMA/SMK. Rencananya gue mau masuk SMA terus ngambil ilmu budaya bahasa. Tapi malah dijurusin ke SMK ngambil jurusan komputer. Gara-gara nyokap sering ngeliat gue sering main komputer (PADAHAL GUE CUMA MAIN GAME SAMA NULIS CERPEN DOANG!). But, ya akhirnya gue mengikuti kemauan orang tua sih masuk jurusan komputer. Anyway, ada manfaatnya sih gue masuk jurusan kayak gini. Gue jadi tau cara buat aplikasi/game. Tapi ya tetep aja gue masih nulis. Intinya, sampai saat ini gue masih tetep kukuh di passion gue : nulis. Mungkin kalau gue udah lulus kayaknya bakal masuk kuliah cepet-cepet ambil sastra kali ya. Huahahaha.
BalasHapusBy the way, thank you! Tulisannya menginspirasi gue banget! Sumpah!
Itu lo bisa nemu kesenangan di sana, berarti mungkin ada passion lo yang keselip di sana juga. Semangat, ya! Yang fokus. Kuliah masuk sastra bolehlah. Teman gue juga ada yang dari SMK kok. Mantan tukang las pas SMK malah. Entahlah itu jurusan apa. :p
HapusNgomongin soal passion, terkadang perlu perenungan jauh lebih dalam. Misal "aku kalo besar mau jadi apa?" lha pertanyaan itulah yang kadang susah dijawab...
BalasHapussaya lulusan Jurusan Ilmu Politik UNSOED, dan orang-orang pun banyak yang menyarankan saya untuk masuk ke dunia politik, khususnya masuk jadi anggota parpol. Tapi enggan sekali saya masuk ke dunia politik, yang ada malah lebih condong ke dunia sastra dan olahraga. Habisnya mau gimana ya, saya suka olahraga, suka baca buku, suka menulis (masih latihan), suka baca sastra apalagi tentang aforisma, saya suka. mungkin terdengar janggal, tapi mau gimana lagi? saya nyaman dan tidak jadi beban. Saya merasa melakukan semua itu seperti bermain. Btw dulu saya kuliah di ilmu politik pun gegara beasiswa bidik misi dapetnya di jurusan itu, bukan karena saya minat masuk ilmu politik haha
Jadi menurut saya, passion itu merupakan suatu hal yang mana ketika kita melakukannya itu tidak jadi beban, justru terasa begitu menyenangkan. Atau jika itu termasuk pekerjaan, maka pekerjaan itu terasa seperti sedang bermain, bermain yang dibayar. Tak jadi beban, dan begitu menyenangkan :)))
salam kenal ..
sastraananta.blogspot.com :)
Bidikmisi bukannya hasil pilihan kita juga ya, Om? Aku juga sempat Bidikmisi waktu tahun 2012 hehehe
HapusIya, betul. Hobi yang dibayar itu menyenangkan sekali. :)
Kalo gue mulai sekarang-sekarang ini berani nyoba ke hal-hal lain, misal bikin-bikin video atau stand up. Emang bener, penting banget buat nyoba. Gagal gak masalah, selagi ada waktu buat mempelajarinya kembali. Hahaha, mumpung masih muda, masa-masanya mencoba :))
BalasHapusPuas-puasin coba banyak hal selagi muda, Rob. Nanti tua tinggal nikmati hasil, itu pun kalau sempat jadi tua hehehe
HapusHmm... nice wi. No coment ah. ;)
BalasHapusNo comment tapi komen ya, Gung? Nice try hahaha
HapusTjieee Pak Guru mau ngeblog lagi, nih? Azeeq~
setuju sama kalimat sering mencoba lebih banyak dalam berekspetrimen, dan jangan takut dengan jalan buntu.
BalasHapusYap! :)
Hapuslagi-lagi postingan yang inspirasional, bahahaha. pasti awalnya nostalgia banget tuh yak di bagian openingnya. jaman dulu teenlit emang lagi ngehits btw. kadang memang susah buat orang2 yang belum tau passion mereka dimana. kalau gue sih setuju banget salah satu kuncinya adalah "berani bermimpi", dan selanjutnya.. adalah bagaimana kita mempertanggungjawabkan kebranian kita dalam bermimpi itu. super sekali.
BalasHapusSemoga terinspirasi ya, hahaha. :p
Hapusberani bermimpi dan mewujudkannya :D
BalasHapusHarus berani! :)
HapusOwww gitu. Jadi Pertiwi anak Sastra toh? Kelihatan kok, dari cara nulisnya. Beda banget sama yang emang cuman suka aja. Sama yang Suka dan Belajar.
BalasHapusYang paling bener menentukan Passion Menurut Pangeran adalah Jangan Membatasi Diri. Yoi, kalo udah belajar untuk membatasi apa yang menjadi rasa ingin tau. Percaya aja, hidupnya gak bakalan nyaman. Pasti di waktu tertentu kebayang2. "Kok kemaren gue gak ngambil itu ya.. Kok gue gak ikut itu aja, ya.. Udah template banget hidup ini kalo pola pikir gak segera diubah.
Tamatan IPA (sama dengan Pangeran) yang mengispirasi banyak blogger dengan masuk ke dunia Sastra. Selamat...
Duh Pangeran, terima kasih, ya. Terus semangat! :)
HapusSalut sama anak muda yangsudah mantap memilih passion-nya. Pasti selalu semangat dalam kuliah karena sejak awal sudahpunya keyakinan :)
BalasHapusIya, Mbak, harus semangat! :D
Hapusyang terpenting dari itu semua, jangan pernah takut gagal. karena setiap orang pasti pernah dan akan mengalami kegagalan dalam hidupnya
BalasHapusBetul sekali, kita harus terus bangkit!
HapusAku punya banyak kecenderungan nih, tapi aku menikmati banget proses nulis, bikin suatu barang (macam DIY di YouTube) dan design. Masih mau menggali karena belum 'puas' di titik ini.
BalasHapusBagus! Lanjutkan semangat yang gak pernah puas itu!
HapusKesalahan orang-orang pandai ialah menganggap yang lain bodoh, dan kesalahan orang-orang bodoh ialah menganggap orang lain pandai. - Pramoedya Ananta Toer