Hidup.
Sebagai manusia, kita kadang
terlampau banyak mengeluh perihal hidup. Terlalu berat, terlalu enggan
berpihak, atau hal-hal yang terlalu lainnya. Kemudian, sudahkah mencoba
menemukan kiat-kiat untuk mengatasinya?
Saya bukan hendak menulis hal-hal
yang sok bijak, saya hanya sempat benar-benar ditampar oleh suatu keadaan. Keadaan
di mana sayamenempati tempat yang begitu kecil di antara sekumpulan orang
besar. Saya berbeda dari mereka, tapi saya sungguhlah menikmati tamparannya. Tamparan
yang menyadarkan saya bahwa sejatinya kita bisa hidup berpadanan dengan semua
hal yang dilimpahkan Tuhan kepada kita, asal kita mau mengubah suatu pola:
PIKIRAN.
Ada apa dengan pikiran kita?
Tak jarang, hidup membiarkan kita
bergandengan dengan keadaan yang tidak nyaman. Dan pada saat demikian, pilihan
kita hanyalah dua: menempatkan diri sebagai korban dari kenyataan atau
menganggap keadaan tidak nyaman tersebut adalah sebuah kesempatan yang
diberikan Tuhan dengan tujuan-tujuan yang pasti akan sangat luar biasa di
belakangnya.
Bicara soal kebanyakan, pasti
banyak dari kita yang lebih sering menempatkan diri sebagai korban. Ya, di mana
kita sebagai pihak yang tidak bersalah merasa tidak sepatutnya menerima keadaan
tidak nyaman seperti yang demikian adanya. Maka, keluhan bukanlah hal yang
jarang kita lontarkan.
Hello, Gaes, mari kita mulai mengubah p-o-l-a.
Sebetulnya, kita hanya butuh
lebih memahami empat hal untuk mengubah pola tersebut. Keempat hal itu adalah…
- Rendah hati
Dalam bahasa
Yunani, rendah hati disebut dengan Praios/Praiotes
yang termasuk pada golongan kata yang rendah. Pada masanya, orang-orang yang
dipandang ialah mereka yang angkuh. Hingga pada suatu ketika, seseorang datang
dengan tabiatnya yang berbeda. Seperti pada umumnya, perbedaan begitu sulit
untuk masuk ke sebuah lingkup yang sudah memiliki pakem tersendiri dalam
menjalani hidup, di sanalah peran kerendahan hati dalam keadaan yang sangat
tidak nyaman begitu dibutuhkan. Banyak orang yang mengartikan kerendahan hati
sebagai tindakan manusia-manusia yang selalu mengalah dan menerima bagaimanapun
kondisinya walau harus terinjak. Namun nyatanya, kerendahan hati di sini lebih
kepada bagaimana kita bisa dengan tepat bersikap dan menempatkan diri pada
posisi yang sesuai. Bukan sekadar mengalah pada keadaan, tapi pun bisa berlaku
tegas ketika dibutuhkan.
- Lemah lembut
Well, di bagian ini saya benar-benar
tertampar hingga menitikan airmata. Lemah lembut, bukan lemah gemulai, ialah
saat di mana kita bisa mengontrol dan menempatkan diri kita pada keadaan
emosional yang tepat. Kita patut belajar dari seekor anjing pelacak. Anjing yang
tadinya liar dilatih untuk bisa patuh kepada tuannya. Dilatih untuk membaui
bebauan yang menyangkut kasus yang ditangani oleh tuannya. Si anjing liar tadi
pun tahu, kapan ia harus menjadi seekor anjing yang patuh pada tuannya dan
kapan pula ia harus mengeluarkan keliarannya dalam membaui yang dicari. Ya,
saya merasa kalah. Kalah oleh anjing karena masih memiliki emosi yang
meluap-luap. Dan saya berjanji, saya akan belajar lebih giat. Bahkan dari
seekor anjing pelacak.
- Sabar
Dalam keadaan
jatuh sejatuh apa pun, motivator paling hebat akan panjang lebar yang intinya
lagi dan lagi hanyalah jatuh pada satu kata: s-a-b-a-r. Sabar adalah kunci. Kesabaran
kita dalam menghadapi keadaan tidak nyaman akan membawa kita pada keadaan yang
lebih baik dari sebelumnya. Jangan pernah beranggapan bahwa sabar hanyalah
sia-sia. Kesabaran akan masuk ke dalam alam bawah sadar kita untuk kemudian
meramu ketidaknyamanan menjadi jawab atas doa yang kita rapalkan.
- Kasih sayang
Kita tak akan asing
dengan yang satu ini. Ada berapa jenis kasih sayang yang kita kenal? Kasih sayang
terhadap saudara kandung, kasih sayang terhadap sesama makhluk hidup, kasih
sayang terhadap lawan jenis, dan yang paling agung tetaplah kasih sayang
terhadap Sang Pencipta. Seburuk apa pun keadaan tidak nyaman yang sedang kita
jalani, cinta kasih kita terhadap Tuhan yang akan selalu membantu kita agar
tetap berpikiran positif. Menerima kehendak-Nya dan selalu percaya bahwa
keadaan tidak nyaman tersebut ialah kesempatan yang diberikan Tuhan agar kita
bisa menjadi pribadi yang jauh lebih baik dari sebelumnya. Menerima dan percaya
bahwa setiap apa yang Tuhan berikan selalu tersemat berkat.
Sekali lagi: Menerima dan percaya bahwa setiap apa yang Tuhan berikan selalu
tersemat berkat.
Well, Gaes, tugas kita sebagai umat ialah terus berusaha
memantaskan diri untuk menemukan, menerima, dan menikmati berkat Tuhan yang
telah disembunyikan. Jangan lagi mengeluh, karena yang terbaik akan hinggap
pada manusia-manusi berakhlak baik. Jadi, mari kita sama-sama perbaiki diri
agar menjadi pribadi yang sanggup untuk memantaskan diri dalam segala kondisi!
Salam,
Pertiwi
35 komentar
Wih, tulisannya lagi bener banget nih. Mau nanya dong. Sabar itu seharusnya nggak ada batas kan, ya?
BalasHapusTerus, kalo orang bilang kesabaran gue mulai habis, piye toh?
Iya lagi bener, tumben ya?
HapusYa, artinya dia belum sabar dong. Sesederhana itu.
Pernah dengernya sabar itu ada tingkatannya.
HapusYa tapi tetep kalo pake batas namanya belum sabar.
Hapusiyaa setuju banget deh sama tiwi :)
BalasHapussetiap orang memang harus berubah, jangan cuma diam di satu posisi saja justru harus mencoba dan belajar suatu hal yang baru agar menjadi pribadi yg sanggup memantaskan diri dalam segala kondisi itu :D
Ya kalo stuck di satu tempat bisa kalah jauh sama yang jalan walau tersaruk-saruk. Let's move! :D
HapusIni dia tulisan untuk manusia. Bukan untuk mesin.
BalasHapusMemantaskan diri, ya.
Emang kapan gue nulis buat mesin? -_____-
HapusWah thanks. Manfaat banget ini buat peningkatan kepribadian. Point2 diatas emang sebaiknya ada di setiap diri agar bisa jadi lebih baik. Hhe
BalasHapusSama-sama. Semoga bermanfaat :)
Hapusaku suka dengan blog ini artikelnya sangat menarik untuk ku baca... bukan karena BW.. selama aku BW baru kali ini aku melihat blog yang bagus seperti milik kamu... blog ini akan tetap aku simpan,, untuk aku baca baca setiap hari
BalasHapussalam kenal.. aku Dian..
Blog aku Ngawidian.com
Waah terima kasih, Mbak Dian, atas apresiasinya. Salam kenal juga, tunggu kunjungan baliknya ya :)
HapusJadi semangat lagi ni saya
BalasHapusHarus dong, semangART! :)
Hapusaku baca tulisan ini sambil manggut-manggut. Hhehee
BalasHapusBener mbak, saya juga sering menganggap diri sendiri sebagai korban dr ketidaknyamanan. Ujung2nya jadi protes dan mengeluh. Yaa ampun :(
intinya kita harus terus semangat ya mbak untuk memperbaiki diri jd yg lebih baik :)
Iya, semangat!!! :D
HapusIntinya pandai bersyukur, sabar, dan tawakal ya Mbak Yuli?
BalasHapusSalam kenal ya :)
Betul, Mas. Salam kenal juga, ya :)
Hapussmua orang butuh kasih sayang
BalasHapusPendeteksi kegalauan menyala :/
HapusGue masih suka ga sabaran Wi, ga sabar pengen ke toilet #apasih..
BalasHapusgue masih suka ga sabar apa yg gue mau harus ada secepatnya. Pas udah dapat malah biasa aja, mungkin karena gaada efek gregetnya.
Gue juga belum lemah lembut, belum bisa menempatkan diri dengan sesuai :(
Belum terlambat buat belajar, Nak.
Hapusbaca ini sambil dengerin lagu afgan yah hahahaha
BalasHapusLalu?
HapusTerus?
Hapuspikiran itu magic banget..bener udah kayag magnet, pikiran negetaif otomatis organ tubuh dan lingkungan sekitar jadi negatif...thx for sharing
BalasHapusBetul. Kembali kasih, Mbak :)
Hapusyang tersulit dari semuanya itu SABAR -__-.. Sabar ngadepin anak , sabar ngadepin nasabah yang ga mau ikut aturan, Hufft.... Gimana caranya nyetok sabar ini supaya ga abis-abis ya :D
BalasHapusWaah kalau sabarnya habis itu belum sabar, Mbak hehehe semangat yaa :D
Hapuskudu dipraktekin satu satu ya Tiw...lumayan berat juga sih sifat sifat ntu buat menguasainya hehehhe
BalasHapusIya mesti istiqomah, Mbak. Tapi insyaAllah bisa kok. Semangat! :)
HapusManteb nh penjelasannya ^^ Tinggal di laksanakan dengan baik :D
BalasHapusSelamat pagi, semoga bermanfaat :)
HapusWew. Bagus bgt ya artikel kali ini. Sesuatu. Hahaha
BalasHapusGua sering bgt tuh nganggep diri sbg korban. Dan akhirnya malah stuck. Fyuh. Hrs berubah jd lebih baik.
Alhamdulillah ya lagi dapet pencerahan :3
HapusKesalahan orang-orang pandai ialah menganggap yang lain bodoh, dan kesalahan orang-orang bodoh ialah menganggap orang lain pandai. - Pramoedya Ananta Toer