Semester yang rumit untuk
mahasiswa woles sepertiku akhirnya hamper selesai. Megap-megap sudah kami
berusaha melewati makalah demi makalah yang menjadi tugas akhir dan soal-soal
UAS yang rumit. Anyway, UAS belum juga selesai. Satu hari berwarna merah di
kalender serasa mukjizat. Indah! Maka itu, jangan pernah lewatkan sedikit pun
dengan sia-sia. Dan inilah cara
sederhana menikmati libur yang singkat ala Pertiwi Yuliana.
Ada satu hari yang nikmat
digandeng untuk bermalasan. Tapi, ada satu ajakan yang sulit untuk ditiadakan. Maka
di sanalah aku, di bawah sebuah kursi kayu dengan payung yang meneduhkan dari
matari siang itu.
Ada seorang bapak di hadapanku. Dengan
tubuhnya yang gemuk, kulitnya yang hitam, dan batu akik yang menghiasi leher
serta jemari tangannya. Nyentrik. Selebihnya, bapak ini tampak begitu biasa
dengan tampilannya yang dibaut kaos hitam dan celana jeans-nya. Tapi tunggu, tunggu sampai kamu berbincang dengannya.
Okey, aku berada di sebuah tempat wisata, di tengah sebuah keluarga
yang baru kukenal saat itu juga. Mereka ceria, lain dari keluarga yang kukenal
sebelumnya. Uhm, baiklah, ini yang
namanya bahagia? Enak juga, ya!
Seperti yang ada kebanyakan,
bapak ini sempat membuatku canggung bukan buatan. Tapi perlahan, suasana mulai
melebur dengan celotehan-celotehan asal. Bermula dari hal yang asal, memang,
kemudian diikuti dengan kekaguman yang sampai kini masih lekat di ingatan.
Kuedarkan pandangan, hampir semua
yang ada di tempat itu mengenal dan menghormatinya. Bagaimana cara terbaik
untuk mendeskripsikannya, ya? Hm, yang jelas, bapak ini memang mengagumkan. Terlebih
saat beliau memberiku kunci-kunci untuk sukses di depan. Wah! Aku simpan, aku
simpan! Bahkan sudah hilang pula maluku untuk mengatakan, “Bentar, Om, aku
catet dulu,” saat celotehnya masih mengudara dan itu sukses membuat beliau
tersenyum karenanya.
Dengan mantap bapak ini menatap
mataku dan mentransfer energi dari semua ucapannya. Ini menyenangkan. Aku membara
saat itu juga. Mana pas banget lagi pakai kaos dan jilbab merah, ahahaha! Dengan
seksama kusimak, sesekali kucatat supaya tak lepas ilmu berharganya.
Bapak yang mengaku tidak
mempunyai titel apa pun yang mengiringi namanya ini nyatanya membawaku pada
kuliah singkat berbobot 4 sks. Luar biasa! Ruar binasa! Beliau bilang, belajar
ini-itu secara otodidak. Kutanya tipsnya, beliau tak menjawab. Ah, aku gagal
curi ilmunya. Bayangkan, beliau bisa hafal seluruh nama tanaman yang ada di
tempat itu. Dan beberapa sempat pula dijelaskannya satu-satu padaku. Mulai dari
namanya hingga ada berapa jenis dia di dunia. Kurasa bapak ini menelan
ensiklopedia tumbuhan. *eh
Beliau bilang, di dalam tubuh
manusia selalu ada tujuh kejahatan—entah dengan atau tanpa disadari oleh
manusianya. Dan tugas kita adalah melawan tujuh kejahatan itu dengan tujuh
kebaikan yang harus kita tanamkan. Aku banyak belajar menjadi pribadi yang tangguh
dan cerdas dari obrolan saat itu.
Kunci untuk menjadi seorang leader itu 3A, katanya: asah, asuh,
asih.
ASAH
Ini perihal skill, kemampuan, kebisaan, atau apalah namanya. Ini modal utama
untuk menjadi seorang leader. Kalau gak
bisa apa-apa, gimana bisa dipercaya untuk menjadi seorang leader bagi orang banyak, yakan?
ASUH
Kalau sudah punya skill yang bagus, kita juga harus bisa
mengasuh siapa-siapa saja yang ada di bawah kita. Agar apa? Ya, percuma kalau
bisa sendirian tapi yang lainnya enggak, toh? Dalam sebuah tim, jangan mau
pintar atau bisa sendiri aja. Gabuyeee~~~
ASIH
Ini senjatanya, mengasihi seluruh
yang ada. Jangan takut kehabisan kasih sayanglah pokoknya. Sesame makhluk
Tuhan, kan, diwajibkan untuk saling menyayangi. Nah, ini juga berpengaruh pada
kinerja nantinya. Dengan kasih sayang, kita bisa membuat tim nyaman. Dan kenyamanan
itu pula yang akan berdampak pada hasil nantinya.
Tuh, itu baru sedikit, lho. Baru sedikit.
Masih banyak tips-tips lainnya yang akan tetap aku pegang dan aku jalankan.
Perkenalkan, bapak ini adalah
bapak yang pada saat pertama melihatku langsung mengatakan, “Ini, nih, calon
mantu gue?”
Terima kasih, Om. Terima kasih
sudah membuat satu hari berwarna merah itu menjadi sesuatu yang berharga. Tiwi
bahagia! Dan inilah cara sederhana
menikmati libur yang singkat ala Pertiwi Yuliana.
Salam,
Pertiwi Yuliana
*NB: Udah gak sama anaknya, tapi
tetap kagum sama bapaknya.
14 komentar
Mau pamer putus caranya keren juga. Hahaha. NB yang apalah itu. XD
BalasHapusHati-hati pake merah-merah, diseruduk banteng!
Merah-merah biar banyak cinta yang mendekat :/
Hapusbagus bagus..tulisannya kebaca banget enggak mirip tulisan tangan, nggak ada huruf sambungnya juga trus presisi antar imbuhan dengan katanya pas..
BalasHapusKak Arief tolong dikontrol....
HapusJadi ini tulisan tentang liburan bersama bareng orang tua pacar ? hahaha bagus bagus, sambil menyelam minum air, sambil liburan sekalian nyari ilmu dari calon mertua :D
BalasHapus(((mantan))) calon mertua~~~
HapusWah si om gahul ya pake gue gue. :))
BalasHapusAlhamdulillah, ya~~~
HapusUdah gak sama anaknya?? Sayang banget si calon mantu ih...
BalasHapusAlhamdulillah enggak~~~
HapusWah wah . Bapaknya keren. Y udh sama Bapaknya aja. Haha
BalasHapusKenapa nggak sama Aziz aja? *kabur*
HapusJadi, kamu gitu?
BalasHapusDeketin bapaknya aja, Tiw, siapa tau berkah :)
BalasHapusKesalahan orang-orang pandai ialah menganggap yang lain bodoh, dan kesalahan orang-orang bodoh ialah menganggap orang lain pandai. - Pramoedya Ananta Toer