Penghujung tahun 2012, saat di
mana sebuah predikat “jurnalis relawan” melekat pada nama Pertiwi Yuliana adalah saat yang sama di mana nama tersebut mulai
bergerilya mencari wadah yang tepat untuk mempublikasikan hasil laporannya agar
bisa tersebar luas di masyarakat. Singkat saja, dia menemukan sebuah kedai,
duduk dan memesan secangkir kopi panas di sana, lalu dirasakan lidahnya
menemukan sesuatu yang diinginkan.
***
Kembali pada segmen Surat Cinta
di rumah literasi ini. Kali ini, aku akan bercerita mengenai sebuah perjalanan
yang membawaku pada perkenalan dan hal-hal lain di dalamnya.
Mengemban amanat sebagai seorang
jurnalis relawan adalah kebahagiaan tersendiri pada masa itu. Melewati tiga tahap
seleksi yang luar biasa ketat menjadikanku bangga dan bahagia dalam waktu yang
bersamaan. Namun kembali lagi, ini bukan ajang main-main karena yang dihadapkan
padaku adalah sebuah kasus sengketa yang tak kunjung usai—bahkan sampai aku
berkunjung ke sana pada awal bulan lalu. Dan cara paling elegan untuk
menggertak pemerintah adalah dengan membuka mata masyarakat tentang keadaan
yang sesungguhnya, salah satunya lewat tulisan.
Tiwi nyelip di antara admin-admin WB |
Ialah Warung Blogger yang setia membantuku
menyebarluaskan segala yang kutulis. Awalnya sederhana, hanya sebagai wadah sharing. Tapi nyatanya, aku menemukan
banyak hal lain.
Awal tahun 2013, keintiman kami
dimulai. Aku dan kedai kopiku. Berkat seseorang, aku diperkenalkan dengan Om
Atun—admin grup WhatsApp WB saat itu—dan masuklah aku ke dalam bagian “Info #PojokWB”. Di sana, banyak sekali
kupelajari hal-hal baru mengenai blogging
dan penulisan tentunya. Tapi, dahulu aku bukan orang yang aktif di grup itu.
Yaya, karena banyak aturan dilarang out
of topic. Mungkin takut berisik, baterai terkuras habis, atau entahlah.
Gemas, ditariklah aku ke sebuah
grup bernama [MASIH] Ngoceh. Di sana
keintiman yang lebih lagi bisa kudapatkan. Keluarga baru. Keluar masuk orang
dalam grup itu. Berganti-ganti nama dari [MASIH] Ngoceh ke Geng Barney—entah
apalagi karena sempat left—dan
sekarang menjadi Blogger Bahagia
dengan anggota tetap. Gak usah nambah, nanti makin rusuh. :p
Tiwi sama Kak Arief, akhirnya ketemu anak Blogger Bahagia selain Nurri :p |
Selain memperkenalkanku dengan
banyak informasi baru dan keluarga baru, kedai kecil ini pun memperkenalkanku
pada pengalaman baru. Pengalaman menjadi seorang editor dengan deadline yang harus kupenuhi di setiap
bulannya. Memperkenalkanku dengan sebuah sistem yang baru untukku, alur yang begitu
terstruktur—yang biasanya kubenci—tapi begitu menyenangkan. Notif! Magz.
Konflik. Konflik. Sepertinya
bukan Pertiwi Yuliana jika tanpa konflik. Tapi kedai kecil ini selalu menyambut
baik dengan secangkir kopi favorit.
Info #PojokWB bertransformasi
menjadi #PojokWB dengan aturan yang
lebih luwes. Kumulai banyak berkicau di sana, kadang ikut berbagi tentang tata
bahasa dan hal-hal lain tentang kepenulisan di sana. Seru, asyik! Lebih banyak
ngobrol, lebih banyak dekat, lebih banyak juga ilmu yang didapat.
Kami bukan hanya kawan maya,
nyatanya kami benar-benar ada di dunia nyata. Sesekali kami menyempatkan diri
temu muka untuk mengeksiskan diri di dunia nyata. Bersama-sama, menjadi
segila-gilanya orang gila yang paling waras di ranah nyata. Membiarkan orang-orang
lain memandang jijik, marah, dengki, atau apa pun atas keberisikan kami. Kami masa
bodoh, ah… gak kenal ini! :p
Untuk #WargaWB sekalian, terima
kasih banyak sudah memberikan aku kesempatan masuk ke dalam bagian dari kalian.
Memberikan aku kesempatan mengenal banyak hal, melakukan banyak hal, dan
menyemogakan banyak hal. Jalanku, sedikit banyak terbuka karena persinggahan
sederhana di kedai kecil ini.
Di Detos, makan-makan dan karaokean. |
Kedai kecil kesayanganku sedang
mencoba untuk merangkak. Merangkak menuju sebuah kedewasaan yang semakin
matang. Angka empat dipeluknya erat, semoga semakin hangat. Tolong, jangan lagi
membebat. Keluwesan tetap membuatmu, kalian, kami, terlihat hebat. Percaya? Percaya,
doong. Sini Tiwi cium :*
Untuk orang-orang di dalam kedai:
Uni, Nurri, Om Ipan, Teh Dewi, Om Baha, Kak Bulan, dan yang sangat banyak
lainnya, aku mengucapkan banyak terima kasih. Berkat kalian, aku lebih kokoh
dari sebelumnya. Berkat kalian, aku lebih hidup dari sebelumnya. Berkat kalian,
aku lebih tangguh dari sebelumnya.
Uni kesayangan Tiwi, sesama penggiat fiksi. I love you :* |
Untuk Kak Lozz Akbar selaku
founder kedai ini, maaf atas perdebatan kita waktu itu, ya. Kopi pahitnya boleh
kutambahkan gula, kan? =)
Aku mau lebih banyak kopi lagi,
bisa kita menyesap kopi hitam bersama lebih sering lagi? (re: ayoklah kopdarnya
seringin lagi ahahaha!)
*seruput kopi*
Bersatu supaya WB tetap maju! |
Salam,
Pertiwi
4 komentar
Tata bahasanya bagus banget.. Kalo meriksa artikel galak gak??.. Klo guru B. Indonesia aku dlu galak bgt.. Astagfirullah.. Keceplosan..
BalasHapusKeluwesan tetap membuatmu, kalian, kami, terlihat hebat. Percaya? Percaya, doong. Sini Tiwi cium :*
BalasHapusNyodorin diri. :D
Awesome banget.
BalasHapusBaca tulisan anak sastra memamng jauh berbeda dengan tulisan lainnya. Hahhah
Terima kasih sudah menjadikan WB sebagai kopi ternikmat.
Terima ksih sudah menyelipkan namaku dalam surat yang mengharukan ini.
Semoga cerita kita tak hanya sampai di sini ☺
Gaya bahasanya enak banget dibaca Tiwi (y)
BalasHapusKesalahan orang-orang pandai ialah menganggap yang lain bodoh, dan kesalahan orang-orang bodoh ialah menganggap orang lain pandai. - Pramoedya Ananta Toer