Suatu
hari...
"Apa
itu?" tanya Beruang pada Ular.
"Entah,
lihat saja," jawab Ular dengan nada malas.
Tupai
akhirnya sampai di hadapan dua temannya--Beruang dan Ular--dengan napas yang
masih terengah-engah. Di kepalan tangan kanannya, dia menggenggam sesuatu yang
tampak begitu berkilau.
"Apa
itu?" tanya Ular yang mulai tertarik dengan apa yang ditemukan Tupai.
"Hosh!
Hosh! Ini permata yang cantik. Kutemukan di bawah sebuah akar pohon di
tengah hutan," jelasnya sembari memperlihatkan permata temuannya dengan
kedua tangan kepada teman-temannya.
Ular
mulai melata mendekati Tupai yang masih tampak lelah dengan peluh di sekitaran
wajahnya. "Hey, Tupai, lebih baik kaubasuh dulu wajahmu itu. Kautampak
lelah sekali. Biar kubantu menyimpan permata itu di tempat yang aman."
"Tidak.
Tidak. Aku harus menemukan siapa pemilik permata yang indah ini. Dia pasti
sedang mencarinya sekarang," jawab Tupai.
"Ah,
sudahlah. Dia pasti sudah tidak membutuhkannya. Kalau memang permata ini
penting bagi pemiliknya, mana mungkin dia membiarkan permata seindah ini ada di
tengah hutan?"
Tupai
mulai memikirkan perkataan Ular dan menimbang-nimbangnya. Kini, Beruang yang
tampak geram.
"Tupai,
jangan mudah terpengaruh oleh Ular. Kausudah mempunyai niat yang baik untuk
mencari pemilik permata itu, lanjutkanlah niat baikmu. Tupai, aku akan membantu
mencari orang itu."
"Beruang,
munafik sekali kau! Kutahu, kau menginginkan permata itu juga, bukan? Lihat,
begitu cantik dan menawan," Ular berkata sembari membelai permata di
tangan Tupai dengan ujung ekornya.
Tetiba,
seekor burung kecil datang membawa sebuah kabar. Hinggaplah dia di sebuah dahan
di atas kepala Tupai, Beruang, dan Ular.
"Di
tepi pantai Pulau Harapan, ditemukan kapal asing. Sepertinya, semalam ombak
besar membawa kapal itu sampai ke sini. Kulihat, banyak barang-barang manusia
di sana. Tetapi, tak kutemukan manusianya. Dia pasti ada di suatu tempat di
pulau ini."
"Mungkin
dia pemilik permata yang kautemukan, Tupai," kata Beruang.
"Permata
apa?" tanya Burung.
Tupai
kembali membuka tangkup telapak tangannya. Tampak kilau merah muda yang semakin
cantik terkena pantulan sinar matahari dari atas sana. Semua kembali tertegun
dengan pemandangan yang muncul dari telapak tangan Tupai.
"Lekas
cari dia!" Tupai tersadar dari kekagumannya.
"Kau
akan menyesal, Tupai. Permata itu bisa kaumiliki," Ular masih berusaha
mendesak agar permata itu tak kembali pada pemiliknya.
Tupai
bimbang. Dia memang sangat menyukai permata merah muda itu sejak pertama
menemukannya di tengah hutan. Langkahnya kembali terhenti. Ditatapnya mata Ular
yang begitu tajam dan begitu meyakinkannya untuk tidak memulai pencarian
pemilik permata. Ular merasa menang.
"Tupai,
mari kita basuh kembali permata itu agar tampak lebih memukau," ajak Ular.
Setelah
kembali menimbang, Tupai pun mengikuti Ular yang sudah melata lebih dulu di
depannya. Beruang dan Burung ditinggalkannya begitu saja.
"Bagaimana,
Beruang?"
"Tupai
payah! Plinplan sekali dia. Burung, maukah bantu aku mencari manusia dari kapal
itu? Siapa tahu dia pemilik permata tadi."
"Baiklah,
Beruang. Aku akan lebih dulu terbang mengelilingi hutan, akan kukabari jika
menemukan sesuatu."
Burung
pun terbang lebih dulu menyusuri seluk-beluk hutan. Beruang mengikutinya dengan
langkah perlahan sembari melihat-lihat adakah pertanda di dalam hutan. Matahari
mulai memerah, senja akan tiba. Namun, pencarian mereka belum menghasilkan
apa-apa.
Di
sisi lain, Tupai yang sedang tertidur memeluk permata merah muda tadi. Di
sebelahnya, Ular mulai mendesis tak sabar ingin menguasai permata itu sendiri.
Aku
harus segera mengambilnya sebelum Tupai terbangun.
Ular
mulai menggerakkan ekornya untuk meregangkan pelukan Tupai pada permata
temuannya. Tupai yang tampak sangat lelah begitu pulas tidurnya hingga tak
menyadari bahwa permata itu telah berada dalam gigitan Ular. Untuk kedua
kalinya, Ular merasa menang.
Saat
Ular mulai pergi meninggalkan Tupai dengan membawa permata, Beruang datang.
"Benar
dugaanku. Ambisimu hanya untuk memiliki permata itu sendiri."
Ular
tidak memedulikannya. Mulutnya yang penuh dengan permata tak bisa menjawab
Beruang. Ular melanjutkan perjalanannya dan berusaha meninggalkan Beruang.
Namun sayang, beruang dengan sigap telah mengangkat tubuh Ular dan merebut
permata itu dari gigitannya. Sebelum Ular berusaha melilit tubuh Beruang,
Beruang sudah lebih dulu melempar tubuh Ular ke atas pohon. Beruang menyusul
Burung yang masih dalam pencarian di dalam hutan.
***
"Beruang,
itu dia," bisik Burung yang bertengger di bahu Beruang.
Mereka
telah menemukannya. Manusia yang cantik tergeletak lemah di dalam hutan. Di
kepalanya, ada sebuah mahkota yang kehilangan permatanya. Tidak salah lagi,
permata yang ditemukan Tupai pasti miliknya.
"Kita
harus kembalikan ini," kata Beruang sembari menunjuk permata di
genggamannya.
"Iya,
benar. Kasihan dia."
Beruang
dan Burung mendekati manusia itu. Tak lupa, dibawakannya juga buah-buahan dan
air untuk minum. Beruang menaruhnya di samping manusia itu dan memandangnya
sejenak.
"Cantik."
"Pasti
putri raja dari pulau seberang," tanggap Burung.
Beruang
hanya tersenyum, kemudian memasangkan permata itu ke mahkota di kepala manusia
yang cantik itu. Tugasnya selesai, mereka mengendap pergi dan memantau manusia
itu dari balik pohon.
Permata
di mahkotanya bercahaya, manusia itu terbangun dari tidurnya.
TAMAT.
15 komentar
kirain bakal ada batu akik nya.. :p
BalasHapusEnggak hahaha
HapusKenapa permata? Kenapa nggak batu akik. Bacan, mungkin? Lalu bagaimana dengan tupai?
BalasHapusOke gue tebak, setelah bangun tupai bingung dan mengira permatanya jatuh ke sungai. Tupai menceburkan diri ke sungai dan didasar sungai dia menemukan kehidupan. Yaa, ada bikini bottom...
Halah..
Karena batu akik sudah terlalu mainstream :p
HapusNice try, Bro!
Wah bersambung cocok banget ini ceritanya buat adik aku yang masih SD, ini tentang cinderela itu kan, pasti kisah selanjutnya beruang jadi pangeran yang di kutuk sama Ratu jahat. itu permatanya batu akik bukan sih Tiw?
BalasHapusAuk akh.
HapusManusia itu gak melanjutkan tidurnya kak???
BalasHapusNdak, dia bangun dan pulang ke kerajaannya :')
HapusPengen deh melihara burung dan beruang yang kayak gitu :D
BalasHapusGue juga pengin melihara, beli di mana, ya? Baik banget burung sama beruangnya. Kalo kamu ulernya kan, Fik?
HapusWoy, njir! Wakakakak
HapusBatu ruby gitu ya, Wiiii :3
BalasHapusUda lama ngga baca fabel gini. Dulu seringnya di majalah Ino. :D
Ino sama Bobo itu favorit! :D
HapusTiwiii typo di paragraf 14. "Ular berkata sembari membelai pertama di tangan tupai..."
BalasHapusAh kasian si Tupai, dia asik tidur sementara di sekelilingnya beruang sama ular lagi berantem rebutin permata -.-
pasti bangun bangun si tupai udah linglung kaya org abis di hipotis uyakuya. "Permataku mana permataku?!"
Maap, udah diedit, ya hahahaha
HapusDi manaaaa? Di mana? Di mana? *kemudian muncul Ayu Tingting*
Kesalahan orang-orang pandai ialah menganggap yang lain bodoh, dan kesalahan orang-orang bodoh ialah menganggap orang lain pandai. - Pramoedya Ananta Toer