“Mas,
kayak biasa, ya!” katamu sembari duduk di tempat favoritmu.
Lagi
dan lagi, kamu memanggilku. Hanya aku. Mengabaikan keberadaan teman-temanku
yang seakan entah di matamu.
Setelah lama kamu tak tampak di situ, akhirnya tatap kita akan kembali pada temu. Aku
bersiap. Harus selalu istimewa untuk wanitaku. Di balik meja bar itu kulihat
kamu. Masih dengan posisi yang sama seperti yang terdahulu: di dekat jendela,
menatap senja yang menyeruak malu-malu.
Hitam
mulai datang. Beriringan. Menutup jingga kesukaanmu dengan kelam. Ah, ya. Kamu
mulai kedinginan. Kamu mengusap sendiri dua lenganmu. Seandainya bisa, sekali
saja kuingin daratkan peluk. Untukmu. Pujaanku.
Tapi kutau, seperti kesukaanmu: kamu tangguh. Selalu ringan dalam menikmati hidup, semuanya bisa kamu bereskan hanya dengan kamu. Kemandirianmu. Kecerdasanmu. Bagaimana tak luluh hatiku?
“Silakan,
Nona.”
Hai,
kamu. Aku sampai di mejamu. Ah, akhirnya! Senyummu tampak lagi di hadapanku.
“Terima
kasih.”
Kamu
menyentuhku, membisikkan doa-doa dengan lirih sebelum bibirmu menyentuhku.
Wanitaku,
semoga hangatku meredakan gigilmu. Agar kamu takkan berpaling dari aku. Selamat
menyantap aku: Cappuccino-mu.
***
Sebagai penikmat kopi, gue suka sekali sama tema #memfiksikan kali ini. KOPI. Terima kasih, Rima! Huahaha! Kali ini buat FF aja, di kampus lagi ribet-ribetnya. Pffth. Yang mau ikutan, ayuk doong! Ditunggu, lho! Kalo mau dikritik lebih dalem bisa Line atau WhatsApp. :)
Salam fiksi,
Pertiwi
41 komentar
Ah, gak mau komen lebih dalem. Line gue aja gak pernah dibales. -_-
BalasHapusDi Line lagi banyak teror mantan, makanya pas mau buka agak-agak gimana gitu hahaha
HapusUdah dibales, ya.
Buset -_-
HapusSeriusan gue, Gung hahaha
HapusBacanya sambil nelen ludah gini.. bayangin nyeruput cappuccino.
BalasHapusYuk, ngopi! :D
HapusAku lebih menyukai cappucino rasa pilu, namun ceritanya sama :)
BalasHapusCieee uhuy! :p
HapusKurang. Bukan kurang panjang. Tapi ya, nggak tau kenapa. Nulisnya kayak bukan 100% Tiwi yang biasa bikin tulisan kece. :))
BalasHapusI think so, Yog. Pffth.
HapusAku, rasanya cappucino itu gimana sih?
BalasHapusManis dan pahit dalam hangat yang menjaga hati agar tetap stabil. :p
HapusSama-sama, Kak Tiwi~ :3
BalasHapusFF-nya bagus.. :) Aku pernah nyoba, tapi malah berakhir jadi cerpen. Kan sedih. Hahaha. Pengen belajar juga bikin FF.
Makasih hehe ayuk belajar :D
HapusOh... ini kopinya yang ngomong. Itu kalo cappucino-nya dalam bentuk es, pasti kalimat terakhirnya gini:
BalasHapus"Eh, tapi aku kan dingin. Dasar pelayan somplak! Endingnya jadi salah kan."
Imajinasimu tinggi, Nak. Tapi dikau sungguh ngeselin! :/
Hapusmenyantap cappucino? kok berasa makanan ya. tapi, mungkin pemahaman gua yang salah.
BalasHapusenak banget ya itu gelas pake dicium bibirnya. jadi pengen
Cek KBBI, deh. Menyantap bisa berarti memakan dan meminum hehehe
HapusJadi gelas, gih. Diem aja dapet ciuman, yekan? Wahahaha
Wah endingnya cappucino. Aku nggak bisa nebak awal-awalnya. -__-
BalasHapusKeren nih temanya kopi. Topik banyak peminat \:D/
Iya hehe alhamdulillah kalo gak ketebak:p
HapusBoleh aku jadi gelasmu?
BalasHapus#Alahapansihta
Sini, dong, Ta. Sini~~~
Hapusakau akan menjadi cappucino mu, asalkan engkau mau ku kenalkan dengan barista ku. if you know what i mean :)
BalasHapus*mikir keras*
HapusSegelas kopinya bisa ngomong, mau juga dong jadi kopimu, biar bisa menghangatkanmu saat kedinginan, menemanimu begadang saat belajar. tsaah
BalasHapuscc: Izmi Waldani
HapusTiwi jujur aku bingung di kalimat kedua itu maksudnya apa ya? Yang, "Lagi-lagi kau hanya dst", Aku bingung di situ.
BalasHapusEh aku numpang tanya dong sekalian. Gimana sih cara nulis di dan ke pada angka? Dulu dosen aku bilang kalau angkanya adalah kelompok, tulisannya disambung tapi kalau urutan dipisahkan. Contohnya gini:
- Kedua perempuan yang sedang duduk itu cantik sekali.
- Perempuan yang duduk di bangku ke dua itu lebih cantik.
Tapi ada yang bilang dua-duanya tetap disambung. Mohon pencerahanmu :D
*abis baca lagi*
HapusGak ada yang kalimat begitu, Dit. Yang kamu bingungin yang mana, ya? PM aku aja, siniiiiih~~~
Dua-duanya disambung. Pokoknya, "di-ke-dari" hanya dipisah dengan kata yang mengikutinya dan berperan sebagai kata depan jika kata yang mengikutinya adalah keterangan berupa tempat atau waktu. Selebihnya penulisan tersebut digabung.
Yang ini loh yang aku maksud, "Lagi dan lagi, kamu memanggilku. Hanya aku. Mengabaikan keberadaan teman-temanku yang seakan entah di matamu."
HapusAku sempat bingung di situ maksudnya apa hehe.
Manurutmu apa, hayooo? :p
HapusKetika saya tidak bisa mengartikan maksud penulis, di situ kadang saya merasa sedih.
HapusRasa cinta akan semakin romatis jika kita mengaitkan benda dan minuman kesukaan dalam romansa yng indah.
BalasHapusIya, Kak :)
HapusTiw~
BalasHapusOy :3
HapusMbayangin jadi cappuccinonya.. Wkwkwk.. :P
BalasHapus*ketjup*
HapusPerlu belajar banyak dari "cerita-ceritamu"... Sukaaa... Ini bukan tulisan yang biasa aku tulis di blog..Oke ralat, ga pernah sih nulis fiksi begini :D. Coba ah ntar :) Beneran ih, awalnya ga kepikiran kalo "aku" di sini itu, ternyata si cappucino :)
BalasHapusAyuk, Kak, ikut #memfiksikan hehehe
HapusPengen banget bikin gini tapi masih susaaaah. >..<
BalasHapusBtw, ini keren!
Yippy, makasih :)
HapusKesalahan orang-orang pandai ialah menganggap yang lain bodoh, dan kesalahan orang-orang bodoh ialah menganggap orang lain pandai. - Pramoedya Ananta Toer