“Kamu
Cinta. Kamu manusia. Kamu adikku. Ayuk, kita beli es krim.”
***
Pagi itu kamu
menjelma hujan. Rintik-rintikmu jatuh beriringan. Di sana, kamu tampak
ketakutan. Kembali tentang ditinggalkan dan kehilangan.
“Menurut kamu,
aku harus pilih untuk membunuh pamanku atau ibuku?” tanyamu sembari menggunakan
cutter itu untuk menyayat-nyayat
pergelanganmu.
“Kak, stop it.”
“Kamu Cinta.
Kamu manusia. Kamu adikku. Kamu bukan alien seperti mereka.”
“Iya, Kak. Ini
Cinta. Ayuk, kita beli es krim.”
Sejatinya, aku
tak pernah mengerti rasa apa yang menghinggapiku. Berada di dekatmu, selalu
membuatku takut. Namun di balik itu, kenyamanan selalu turut.
Sedingin es
krim, ialah kamu. kamu yang melulu menganggap mereka tabu. Membentuk halusinasi
baru yang terlalu membelenggu. Berkali kukatakan, itulah semu. Namun kamu masih
saja memercayai penglihatanmu.
“Dia selalu ada
di ujung tempat tidurku, mengasah pisau dan siap membunuh,” jelasmu dengan
tatapan kosong. “Cinta, mana yang harus kubunuh? Paman atau ibu?”
Kamu kembali
menyayat pergelanganmu. Ah, aku mual dengan merah kental yang mengalir seperti
itu. Namun di pundakku, ada janji yang harus kupegang teguh. Tiada hendakku
untuk menjauh.
“Cinta, kurasa
aku butuh dokter.”
“Mari kuantar.
Sudah sejak berminggu lalu kukatakan, kan? Pergilah ke dokter, coba dengarkan
kata-kataku.”
“Cinta, bunga di
potmu mulai tumbuh. Kamu menyiraminya dengan sungguh-sungguh. Lihat, bungaku
masih layu. Lebih kanak dari milikmu. Jangan tinggalkan aku.”
Sedetik kemudian
mata kita bertemu. Kali pertama tatap kita berada pada satu titik temu.
Pekatnya milikmu.
***
Darah berceceran
di mana-mana. Menggenang di sekitar tubuh seorang wanita. Tepat pada tanggal
duapuluhdua. Saat di mana dia bertambah usia. Kak Frida, menghampiri ajalnya.
Ya, setelah berkali dia menusukkan cutter
itu ke jantungku sebelumnya.
***
Aku menggandeng
tangannya, baru saja dia bangkit dari pusara yang basah.
“Kamu Cinta.
Kamu manusia. Kamu adikku. Ayuk, kita beli es krim.”
Dan kami
berjalan bergandengan, menembus kerumunan orang berbaju hitam yang terisak.
Pada pusara kami berdua.
Tamat
Pertiwi
Yuliana
NB: #memfiksikan minggu
kelima, nih! Temanya HANTU. Demi apa, gue blank! Baru dapat ide bikin FF ini
setelah sesorean tadi ngobrol sama dosen dan salah seorang teman. Terima kasih
:*
Skizofrenia adalah gangguan mental yang ditandai dengan gangguan proses berpikir dan tanggapan emosi yang lemah. Keadaan ini pada umumnya dimanifestasikan dalam bentuk halusinasi, paranoid, keyakinan atau pikiran yang salah yang tidak sesuai dengan dunia nyata serta dibangun atas unsur yang tidak berdasarkan logika, dan disertai dengan disfungsi sosial dan pekerjaan yang signifikan.
22 komentar
oh jadi dia kena skizofrenia? tapi yang kena siapa? cinta atau kakaknya? menurut gua sih ini bukan horor. ini psikopat -_-. thriller.
BalasHapusYang penting ada hantunya :p
HapusBaru mampir langsung ketakutan sama tulisannya. :)) *ifyouknowwhatimean~
BalasHapusSerem. Aku bacanya sampe meluk guling. XD
Kasihan orang yang menderita begitu, Wi.
Meski nggak serem. Ceritanya manteplah! Gue udah paham ciri khas tulisan lu. Penuh diksi yang keren. Ahaha.
Ngeledek aje, Njir! Hahaha!
HapusMakasih, Yog :)
Hoaaah. Baca dua kali baru paham. Ah, otakku loadingnya lama. -_-"
BalasHapusJadi, yang kena skizofrenia itu kakaknya, ya?
Jahat kakaknya. Cemen nggak berani mati sendirian, jadi ngajak-ngajak adeknya. :(
Ini kisah nyata, lho. Kecuali ending :)
HapusTiw, hantunya dimana? :3 Tapi ini serem. Ngebayangin di depan lo ada yang mengidap skizoferania. "Mau tangan dulu apa kaki dulu yang aku potong? Matanya aku cungkil, ya? Pake tusuk gigi ini." :3
BalasHapusItu kan yang cerita hantunya -____-
HapusSungguh kakak yang kejam dan adik yang malang :(
BalasHapus:(
Hapus*bentar-bentar, gue nyusun kalimat berima dulu biar pas*
BalasHapusSepertinya, kamu deh, Tiw, yang mesti diperiksa. Deskripsi yang tertera, seolah menjadi pertanda kalo kamu psikopat di dunia nyata. Namun tak kusangka, hantu juga memiliki rasa takut yang sama. Laksana manusia, Makanya dia bangkit berdua. Minta ditemenin kan ya?
Namun, meski fokusnya malah ke skizofrenia, alur ceritamu indah dicerna. Aku tak kuasa kalo melewatkannya. Tapi maukah di cerita lainnya, kau tidak menggunakan cutter sebagai senjata? Karena aku perih membayangkannya. Mending diganti pedang saja, biar semua orang melantunkan suara gema,
"AWAAAS... NANCEEPPP..."
Gue mah kalem banget, Haw. Lo gak tau aja.
HapusIni seninya :p
Baru tau aku Skizofrenia :)
BalasHapusHehehe
Hapushahahahaahahahaahahahahahahahahaahahaahahahahahahahahahahahahaahahahahahhahahahahahahahahahahahaahahahahahahahahahahahahahahahahahahhaahhaahahahahahahahahahahahahahahahah, komentar ke 2 sama ke 7 lucu :))
BalasHapus:/
HapusKayak efek orang dehidrasi akut. Sama-sama kena efek halusinosis. Ya, mirip orang ngelem atau nge-mushroom lah, ya. Bedanya ini berawal dari mindset. Gitu kan?
BalasHapusIya, tapi efeknya jauh lebih parah kalo ini. Nyata, lho, cerita di atas.
HapusKenapa sih kalau baca punya orang gue seneng, tapi kalau tulisan gue sendiri gue males -_-
BalasHapusJangan malas!
HapusCerita hantu yang beda dari biasanya :). Tapi tetep ada rasa bikin merinding pas baca ...
BalasHapusMakasih, Kak :)
HapusKesalahan orang-orang pandai ialah menganggap yang lain bodoh, dan kesalahan orang-orang bodoh ialah menganggap orang lain pandai. - Pramoedya Ananta Toer