Aku debu, anggap saja begitu. Sesuatu yang selayaknya tersapu oleh semilir angin yang menderu.
Kuhentikan waktu, kuputar mundur, dan di sinilah aku.....
Lima tahun tiga belas hari sebelum hari kelahiranku, dunia semakin semarak karena kehadiran satu lagi suara merdu. Aku berada di situ, di sudut ruangan bernuansa putih yang sedang haru.
Kukembalikan waktu, bersama keadaan yang masih tampak biasa.....
Di luar sana banyak bintang, dan sayangnya bukan dirimu yang paling terang.
Mereka banyak mengucilkan dengan membuka fakta (atau entah apa) yang membuat dirimu jatuh.
Aku tidak mencoba menutup mata, tidak pula mencoba untuk menutup kedua telinga.
Inderaku otomatis tak berfungsi saat mereka berkata demikian di hadapanku.
Bintang tetap bintang, begitu bagiku.
Aku di belakangmu, menyapu tiap jejakmu dengan jejakku.
Oh, jangan berbalik. Aku tahu tujuanmu. Satu tempat di taman hatinya, bukan?
Aku di belakangmu, mendorong dengan semangat agar jalanmu tetap laju.
Tetap padanya yang selalu kau titipkan dalam doa.
Laut masih biru. Senja masih sendu. Dan aku masih bisa tersenyum.....
Aku masih bisa merasakan kehadiranmu dalam wujud semu.
Melinting gulungan-gulungan mimpi bersama yang dikumpulkan satu persatu.
Jaraknya masih jauh? Mungkin, namun aku percaya selalu ada pelangi selepas hujan.
Beriringan namun tak pernah bersama. Itulah 'kita' dalam bentuk yang berbeda.
Jauh dari indah namun aku menikmatinya.
Mereka bilang ini kebodohan, aku bilang ini keikhlasan.
Sebening embun di pagi hari yang selalu menyapa, apakah ini benar-benar nyata?
Ah, lupakan. Ketulusan tak melulu butuh balasan, bukan?
Satu, ulasan itu masih begitu.....
Sapaan ringan yang khas itu selalu terlontar, kubalas dengan jawaban yang membingungkan.
Maaf, membuatmu menghela napas lebih panjang.
Gulungan-gulungan itu masih belum sempurna.
Dua, masih terdengar......
Sendiri, sayup-sayup lantunan nada itu menyapaku.
Segaris lengkungan tercipta, melebur mimpi dengan haru.
Tiga, dark grey.....
Pagi, kamu tetiba muncul di hadapanku walau aku tahu bahwa bukan aku tujuanmu.
Abu-abu, aku selalu suka itu. Semakin tampak tegasmu di balik warna itu.
Empat, ini harimu.....
Tiga belas hari sebelum hariku tiba.
Selamat untukmu dan hidupmu.
Kuhentikan waktu, kuputar mundur, dan di sinilah aku.....
Lima tahun tiga belas hari sebelum hari kelahiranku, dunia semakin semarak karena kehadiran satu lagi suara merdu. Aku berada di situ, di sudut ruangan bernuansa putih yang sedang haru.
Kukembalikan waktu, bersama keadaan yang masih tampak biasa.....
Di luar sana banyak bintang, dan sayangnya bukan dirimu yang paling terang.
Mereka banyak mengucilkan dengan membuka fakta (atau entah apa) yang membuat dirimu jatuh.
Aku tidak mencoba menutup mata, tidak pula mencoba untuk menutup kedua telinga.
Inderaku otomatis tak berfungsi saat mereka berkata demikian di hadapanku.
Bintang tetap bintang, begitu bagiku.
Aku di belakangmu, menyapu tiap jejakmu dengan jejakku.
Oh, jangan berbalik. Aku tahu tujuanmu. Satu tempat di taman hatinya, bukan?
Aku di belakangmu, mendorong dengan semangat agar jalanmu tetap laju.
Tetap padanya yang selalu kau titipkan dalam doa.
Laut masih biru. Senja masih sendu. Dan aku masih bisa tersenyum.....
Aku masih bisa merasakan kehadiranmu dalam wujud semu.
Melinting gulungan-gulungan mimpi bersama yang dikumpulkan satu persatu.
Jaraknya masih jauh? Mungkin, namun aku percaya selalu ada pelangi selepas hujan.
Beriringan namun tak pernah bersama. Itulah 'kita' dalam bentuk yang berbeda.
Jauh dari indah namun aku menikmatinya.
Mereka bilang ini kebodohan, aku bilang ini keikhlasan.
Sebening embun di pagi hari yang selalu menyapa, apakah ini benar-benar nyata?
Ah, lupakan. Ketulusan tak melulu butuh balasan, bukan?
Satu, ulasan itu masih begitu.....
Sapaan ringan yang khas itu selalu terlontar, kubalas dengan jawaban yang membingungkan.
Maaf, membuatmu menghela napas lebih panjang.
Gulungan-gulungan itu masih belum sempurna.
Dua, masih terdengar......
Sendiri, sayup-sayup lantunan nada itu menyapaku.
Segaris lengkungan tercipta, melebur mimpi dengan haru.
Tiga, dark grey.....
Pagi, kamu tetiba muncul di hadapanku walau aku tahu bahwa bukan aku tujuanmu.
Abu-abu, aku selalu suka itu. Semakin tampak tegasmu di balik warna itu.
Empat, ini harimu.....
Tiga belas hari sebelum hariku tiba.
Selamat untukmu dan hidupmu.
Ketika tawaku hilang, candaku lenyap, senyumku memudar
Ketahuilah...
Ada sesuatu yang tertahan dan tak dapat terucap
Apakah itu?
Ya, lihatlah aku lebih dalam dan kau akan tahu itu
Saat di mana aku tak ingin berkata, tak mampu berucap
Ketahuilah...
Diamku menahan luruhnya air mata
Sakit yang tersimpan dan tak terungkap
Apa itu?
Ya, kenali aku yang sesungguhnya dan kau dapat mengetahuinya
Waktu kupalingkan wajahku
Ketahuilah...
Aku inginkan kau tau apa yang kumau tanpa harus kuutarakan
Menguji kepekaanmu atas aku
Siapa aku?
Ya, bukan siapa-siapa.....
I adore you...
Your partner in crime,
Pertiwi Yuliana
20 komentar
Ajarin gue bikin tulisan kayak begini :(
BalasHapusNtar gue bikin tutorial di forum, hahaha!
HapusBener ye... Ini serius nih. Kali aja kalo gue bisa bikin tulisan kayak gini, cewek-cewek (mungkin/semoga) ada yg ngelirik. Buahahah...
HapusTapi keren kok. Lagi mengimajinasikan aja makna kata-katanya:|
Jangan berpikir terlalu keras, Ziz, nanti otak lo meleleh hahaha
HapusAda makna yang tertangkap tapi memang yang seperti ini kadang hanya bisa dinikmati bukan tanpa bisa diterjemahkan.
BalasHapusDiary yang cukup telenovela :D
Ng.... Komentar yang cukup membingungkan sejujurnya.
HapusIni bukan diary sih, Beck, ini ucapan. Oke, nyerempet diary boleh lah sedikit.
Mending lo otak-atik judulnya dulu deh sampe nemu kalimat lain di balik kalimat judul itu hahaha
Apa ini teka - teki atau sebagainya? Apa ada arti makna "dia (perempuan) baik" diakhir kalimat judul? *ngelantur
BalasHapusJudul yang mana? Judulnya siapa? Beck, lo masih belum berada di alam bawah sadar kan?
HapusAyo coba, tarik napas....tahan.
Tahan...terus tahan...
Terus.....
Walaupun gue pernah lihat temen gue ngebuat sketch yang lebih keren dengan mata kepala gue sendiri, tapi sketch lo ini udah termasuk keren banget. Mungkin kurang mendetail aja kali ya. Secara garis besar dapet maksud gambarnya. Maklum... gue juga suka menggambar :)
BalasHapusHarap maklum, ini sketch pertama gue setelah 4 taunan gue ga gambar dan fokus nulis hahaha
HapusIni juga gambarnya ga fokus karna banyak gangguan-___-
mengapung........................
BalasHapusMelayang...
HapusTenggelam...
Basah...
Yaaaah...
Tikuuuuung........ ^_^v
BalasHapusSaliiiiip!!!
HapusKeren. Tiwi, kalo belajar nulis kayak gini, referensinya (selain kampus) dari mana ya?
BalasHapusGue bahkan belum kuliah, salah banget kalo lo bilang gue belajar dari kampus hahaha
HapusTulis aja apa yang mau lo tulis, gampang :p
Kan kemaren sempet udah, sekarang ganti tempat kuliah doang~
HapusNyeh, kalo itu mah cewe jagonya, gue ngga bisa. :|
belom, gue belom kuliah ih ga percayaan amat-___________-
Hapusengga lah, cewe cowo sama aja kali, coba deh :)
buset dah otakku belum nyampe sama yang ginian -______-
BalasHapusHalah, biasa aja, Masbro :p
HapusKesalahan orang-orang pandai ialah menganggap yang lain bodoh, dan kesalahan orang-orang bodoh ialah menganggap orang lain pandai. - Pramoedya Ananta Toer