“Sebab setiap tempat adalah sekolah kita.”
Awan
mendung menggantung menghiasi langit pagi itu. Kari ke-13 di awal tahun 2013
ini akan saya lewati dengan suatu kegiatan yang menyenangkan. Ya, kembali
menapakkan kaki di tanah keasrian Rumpin dan kembali menatap senyum adik-adik
kita yang lugu. Namun sayangnya, mood
saya hari ini cukup terganggu karena jadwal kedatangan kereta yang kacau
sehingga membuat saya berdiri mematung di stasiun dalam jangka waktu yang cukup
lama. Baiklah, saya skip bagian ini
agar tidak menimbulkan kalimat-kalimat sarkastik yang tidak diinginkan.
Perjalanan
kali ini dibagi menjadi dua trip: trip pertama dipimpin oleh Kak Jona dengan
jumlah pasukan keseluruhan 8 orang dan trip kedua dipimpin oleh Kak Lani dengan
jumlah pasukan yang lebih banyak yaitu 12 orang. Saya yang datang lebih siang
bergabung dengan Kak Lani dan kawan-kawan. Satu angkutan berwarna putih-oranye
dari Stasiun Serpong langsung penuh sesak oleh pasukan Kak Lani untuk melanjutkan
perjalanan menuju Perumahan Suradita. Kunjungan ini cukup berbeda dari
biasanya. Ini adalah pertama kalinya dilaksanakan pertemuan antara Tim Kakak
Kita dengan Kakak Kita Angkatan I dan juga Kakak Kita Angkatan II yang baru
bergabung dengan Keluarga Kita. Menyenangkan sekali bertemu dengan wajah-wajah
baru dan pastinya cerita-cerita baru yang mengesankan.
Rumpin
merupakan puing-puing keindahan yang memiliki tempat tersendiri di hati. Mulai
dari perjalanan panjangnya yang seberat apapun itu selalu berbuah manis dengan
hadirnya panorama alam yang begitu mengagumkan, ramah-tamah warga sekitar yang
mengesankan dan tentunya adik-adik kita yang menyenangkan. Sesampainya di rumah
Bu Neneng, sudah tampak keramaian di sana. Ada pasukan Kak Jona dan ada Kak Ana
dengan tiga kakak lainnya yang datang membawa bingkisan dari Kak Kirana untuk
adik-adik kita. Terima kasih Kak Kirana!
Agenda kelas
kita hari ini adalah “nobar” atau nonton bareng. Setelah membersihkan diri dari
“jebakan-jebakan Batman” di perjalanan dan menikmati sayur asem Bu Neneng yang
tiada tanding, kami pun melangkahkan kaki kembali menuju musholla karena
adik-adik kita sudah menanti. Dan betapa takjubnya saya sewaktu melihat
banyaknya adik-adik kita yang sudah bersiap di dalam musholla yang telah kembali
dialihfungsikan sebagai bioskop mini hari itu. “Ada 63 anak kalo ga salah tadi
Bu Neneng itung,” jelas Bu Neneng. Selain adik-adik kita yang tampak lebih
banyak dari biasanya, ternyata ada hal lain lagi yang berbeda dari kelas kita.
Mengedarkan pandangan ke tiap sudut yang dapat terlihat dan... yap! Ada lampu
dan kipas angin baru di kelas kita, semoga adik-adik kita bisa belajar dengan
lebih nyaman sekarang.
Dimulai dari
pemutaran tiga film pendek Disney Pixar yang diawali dengan “One Man Band” kemudian dilanjutkan
dengan “La Luna” dan diakhiri oleh “Presto”. Sampai di situ saya lihat
adik-adik kita cukup antusias karena banyak yang sibuk tertawa melihat
adegan-adegan yang tersaji dalam film-film tersebut. Lalu masuklah film utama
yang sudah dipersiapkan untuk adik-adik-adik kita. Dan... jengjeng! Salah satu Disney Movie favorit saya telah terpampang di
hadapan adik-adik kita, “Up!”. Saya
masih fokus dengan film ketika saya mendengar bisik-bisik dari salah satu kakak
kita yang mengatakan bahwa ada salah satu adik kita yang tertidur di
tengah-tengah pemutaran film. Si adik dengan kaos berwarna putih itu terlihat
begitu lelap tertidur dijaga oleh sang kakak. Sulit untuk melihat lebih jelas
karena kelas kita hari itu sangat padat.
Hembusan angin
yang cukup kencang menggoyang pohon-pohon bambu di sekitar musholla itu seperti
alunan melodi pengiring kebersamaan kami hari itu. Kembali pada pemutaran film,
kurang lebih seperempat film berjalan terlihat ada seorang adik kita berbaju
muslim berwarna pink berumur sekitar empat tahunan yang keluar dari kelas dan
berjongkok memainkan sandalnya yang juga berwarna pink di teras kelas dengan
wajah yang bosan. Cukup lama saya memperhatikan si adik berbaju pink itu,
wajahnya yang tampak bosan masih terlihat lucu di mata saya. Penasaran, saya
melihat ke dalam kelas dan sepertinya adik-adik kita yang seusia dengan si adik
berbaju pink itu juga sudah tampak bosan karena mereka kini berkumpul di pintu
kelas dan asik sendiri dengan permainannya. Namun ketika saya lihat lebih ke
dalam lagi, adik-adik kita yang sudah lebih besar masih fokus dengan film dan
masih terlihat antusias. Hmm... mungkin adik-adik kecil kita belum mengerti
dengan filmnya atau mungkin ingin bermain. Naluri anak-anak.
Kak Lani mulai
memutarkan absensi untuk adik-adik kita saat film sudah berjalan setengahnya.
Ada yang lucu, si adik berbaju pink tadi tiba-tiba kembali ke kelas dengan
membawa jajanan yang entah apa namanya. Kak Puri yang sedang terkantuk-kantuk
melihat apa yang ada di tangan si adik langsung mengatakan, “bagi dong!” saat
si adik lewat di hadapannya. Dan dengan senang hati si adik membagi jajanannya
untuk Kak Puri. Baik sekali ya adik kita ini. Satu orang membawa makanan, yang
lain pun ingin membeli makanan. Maka adik-adik kita dengan bergiliran keluar
kelas untuk membeli makanan walaupun sebelumnya beberapa dari mereka sempat
dihadang oleh Kak Monic dan diberi beberapa pertanyaan yang dijawab dengan
wajah yang lucu.
Kembali pada
si adik berbaju pink yang sedang menikmati jajanannya di muka pintu. Tiba-tiba
ada seekor ayam yang mendekatinya dan... hap! Si adik dengan reflek mengangkat
kedua tangannya seperti penjahat yang tertangkap polisi kemudian terburu-buru
masuk ke dalam kelas. Si ayam kecewa dan memakan sisa-sisa jajanan si adik
berbaju pink tadi yang berserakan di lantai. Suasana kini benar-benar seperti
berada di dalam bioskop: menonton film ditemani dengan makanan dan minuman.
Fokus saya
pada film kembali terpecah saat ada beberapa adik kita meneriakan kata,
“hiii...” seperti koor pada paduan suara. Saat saya menoleh ke sumber suara,
adik-adik kita hanya terdiam dan mengeluarkan senyum simpulnya yang selalu
membuat saya rindu. Dan hari itu saya kembali menemukan hal yang unik dari
Sekolah Kita, seorang adik bernama Rizky Maulana yang sedang berdiri di samping
saya dan memainkan balon tiupnya. Lalu apa yang unik dari adik kita ini? Bukan,
bukan caranya memecahkan balon tiupnya dengan cara menempelkan balon itu ke
wajahnya seperti masker. Tapi saya dengar, jika ada yang bertanya siapa nama si
asik ini maka dia akan menjawab, “Munir”. Ternyata ada Si Munir Junior di
Sekolah Kita!
Pemutaran film
selesai! Tiga film pendek dan satu film utama pilihan Kak Jona untuk adik-adik
kita karena tema anak-anak yang kuat lalu porsi action yang banyak serta ceritanya yang berbau komedi. Adik-adik
diberi tugas untuk membentuk enam kelompok beranggotakan sepuluh orang untuk
membuat cerita seperti pada film yang diputar sebelumnya. Saya lihat adik-adik
kita cukup bingung dengan tugasnya, semoga dapat mengerjakannya dengan baik ya
adik-adik! Semangat!
Selesai, lalu
pulang? Tidak! Ada bingkisan dari Kak Kirana yang menunggu adik-adik kita.
Adik-adik diminta untuk berbaris seperti saat upacara bendera dan kakak-kakak
kita membagikannya satu persatu. Itu adalah salah satu momen yang sukses meraih
perhatian kakak-kakak fotografer untuk jeprat-jepret.
Blitz! Blitz! Senyum itu harus diabadikan. Kakak-kakak kita berpesan agar
adik-adik kita semakin rajin belajar apalagi setelah mendapat bingkisan dari
Kak Kirana. Sekali lagi, terima kasih Kak Kirana!
Adik-adik kita
pulang ke rumah masing-masing seusai acara hari itu, dan kehadiran adik-adik
digantikan oleh kehadiran Pak RW di hadapan kami. Pak RW menyempatkan waktunya
untuk datang menemui kami dan berterimakasih atas kebersediaan kami mengajar
adik-adik di Rumpin. Untuk saya pribadi dan mungkin juga untuk kakak-kakak yang
lain adalah sanjungan karena sesungguhnya apa yang kami lakukan tidaklah
seberapa dibanding apa yang kami dapatkan dari tempat itu. Sebelum kami pulang,
Kak Ana sebagai Kakak Pengayom—yang sudah tidak mau dipanggil Kepala Sekolah
lagi—memberikan petuah-petuahnya agar keluarga kita semakin solid ke depannya.
Perjalanan
pulang, jalan masih sama seperti saat keberangkatan. Masih banyak
“jebakan-jebakan Batman” di sana yang berusaha kami hindari. Dan ada satu
teriakan berbunyi, “Becek ya, Mbak? Kalo ga mau becek-becekan jangan ke sini.
Kalo mau becek-becekan ke sini aja terus. Mau digendong ga, Mbak?”. Maaf
Bapak-bapak berseragam yang amat sangat saya hormati, bukan maksud saya tidak
menghargai “peringatan dan niat baik” Anda, tapi saya masih mempunyai dua kaki
yang cukup kokoh untuk menemani saya berjalan mencari kebahagiaan yang
sesungguhnya. Salam damai, Pak! Saya pasti kembali. Karena saya percaya ketika
banyak kekecewaan berkumpul menjadi satu, bukan hanya kerusuhan yang dapat
terjadi tetapi juga sebuah tekad yang kuat yang dapat memotivasi kita untuk
melakukan sebuah PERUBAHAN.
“Bahagia itu sederhana, sesederhana Sekolah
Kita dan adik-adik kita.”
“Semangatmu dan semangat mereka adalah
semangatku!”
0 komentar
Kesalahan orang-orang pandai ialah menganggap yang lain bodoh, dan kesalahan orang-orang bodoh ialah menganggap orang lain pandai. - Pramoedya Ananta Toer