Setelah sekian lama vakum menuliskan tentang dunia perbukuan di blog ini, akhirnya Penerbit Twigora memberikan saya kesempatan untuk kembali ke masa di mana saya mengawali dunia kecil saya ini. Okey, sebelum mengulas bukunya, saya diberikan kesempatan untuk mengajukan beberapa pertanyaan kepada sang penulis, Elektra Queen.
Saya sempat mencari tahu lebih tentang penulis sebelum mengajukan pertanyaan, karena itu yang biasanya saya lakukan. Namun sayangnya, tidak dapat saya temukan. Kemudian, rasanya saya ingin mengacungkan jempol kepada penulis yang dengan apik telah menutupi identitas aslinya.
Baiklah, berikut hasil tanya-tanya yang saya lakukan dengan penulis novel Yes, Boss!, Elektra Queen.
Berapa lama waktu yang dibutuhkan oleh penulis untuk menyelesaikan novel Yes, Boss! Ini?
Lama penulisan naskah memakan waktu hampir tiga bulan.
Menurut saya, menuliskan novel setelah 400 sekian halaman dalam jangka waktu hampir tiga bulan adalah hal yang cukup luar biasa. Sebab, saya sendiri hampir mustahil untuk melakukannya. Terlebih, novel ini memiliki deskripsi lokasi dan penjelasan sejarah yang begitu detail yang membuat saya merasa diajak berkeliling Italia. Saya jadi penasaran, referensi apa sajakah yang digunakan oleh penulis novel Yes, Boss! ini untuk menunjang hal tersebut?
Referensi yang digunakan cukup banyak. Mulai dari tayangan di televisi (seperti acara memasak dan sejarah Italia), data-data di internet yang harus dicek dan ricek berkali-kali agar tidak terjadi kesalahan, hingga setumpuk buku tentang serba-serbi Italia, dan majalah National Geographic. Semuanya dilakukan berkali-kali dengan ketelitian sehingga memakan waktu yang cukup lama.
Wah, ternyata cukup banyak referensi yang digunakan oleh penulis dalam prosesnya menyelesaikan novel Yes, Boss! ya. Pantas saja kalau detailnya begitu mengagumkan. Selain perihal detail lokasi dan sejarah, saya juga cukup tertarik dengan detail karakter yang dibangun di dalam novel ini. Bagaimanakah cara penulis dalam membuat masing-masing tokoh memiliki karakter yang begitu kuat?
Menurut saya, tokoh berkarakter kuat itu harus konsisten. Jadi, dari awal sampai akhir tidak ada perubahan sifat tanpa alasan yang masuk akal. Tidak ada hal-hal yang kesannya ujug-ujug dan dipaksakan. Semua harus ada sebab dan akibatnya.
Hm, begitu. Saya jadi ingat beberapa tahun lalu saat saya masih aktif di teater kampus. Kakak tingkat saya sering bilang, “Jangan ngelakuin gerak yang gak ada motivasinya!” Ternyata dalam pembangunan karakter di novel pun sama, ya. Last but not least, ini hal yang menjadi pertanyaan besar bagi saya setelah saya menyelesaikan membaca novel Yes, Boss! ini: Mengapa penulis memilih cuplikan adegan di The Aron’s sebagai prolog cerita? Apakah ada alasan khusus?
Alasan saya untuk memilih adegan tersebut sebagai prolog karena saat itulah terjadi titik balik dalam hubungan antara Ethan dan Gaby tanpa benar-benar mereka sadari. Buat saya, hal ini penting yang kemudian membangun kisah dan interaksi di antara mereka.
Jadi, begitu. Walaupun saya masih merasa kurang pas dengan prolog yang disajikan, tapi kembali kepada apa yang penulis jabarkan di pertanyaan sebelumnya mengenai sebab dan akibat. Penulis memiliki alasannya sendiri untuk menempatkan adegan tersebut sebagai pembuka.
Adegan apa, sih, Tiw?
Kalau kamu mau tau, kamu harus baca dulu bukunya.
Elektra Queen
Kolektor buku-buku Sidney Sheldon dan novel-novel bergenre paranormal romance. Sangat menyukai aroma petrichor, cokelat, durian, serta pisang goring kipas. Fans Lionel Messi, Seal, The Script, dan Wet Wet Wet. Susah bangun pagi, (kadang) agak malas mandi, kolektor foto kota-kota cantik di Eropa, suka makan tapi tidak bisa masak, nyaris tiada hari tanpa menyantap seafood. Sangat ingin pindah ke lokasi syuting Midsummer Murders. Menulis tanpa ambisi apa pun, kecuali ingin berbagi kisah romantis yang (semoga) bisa membuat hati ikut berdenyut. Sengaja memilih genre romance karena setiap manusia selalu butuh cinta.
Ulasan novelnya bisa kamu baca di sini. Tenang, enggak pakai spoiler kok. Aman.
Kalau kamu mau memiliki novel ini secara GRATIS, kamu bisa langsung ikuti giveaway super mudah yang ada di sini.
Mau tau lebih tentang novel Yes, Boss! lewat bincang-bincang penuis? Simak obrolan host lainnya dengan jadwal:
1 – 2 Maret: Pertiwi Yuliana (http://www.pertiwiliana.com)
3 – 4 Maret: Sri Sulistyowati (http://www.kubikelromance.com)
5 – 6 Maret: Afiyatul Futhona (http://mybooklicious.blogspot.co.id)
7 – 8 Maret: Farida Endah (http://vaaridapunya.blogspot.co.id)
9 – 10 Maret: Tasya Devi (http://perpuskeciltasya.wordpress.com)
11 – 12 Maret: Fabiola Izdihar (http://readingvibes.blogspot.co.id)
13 – 14 Maret: Pida Alandrian (http://collection-of-book.blogspot.co.id)
Tabik!
Pertiwi
16 komentar
Wuih.. Sepertinya seru. Jadi pengen baca juga, tapi masih ragu sama tebelnya. Hahaha. Takutnya keasyikan baca itu sampai lupa mau ngapa-ngapain. WWkwkwk.
BalasHapusBtw, gokil juga ya penulis ini. Gak punya ambisi bahkan gak bisa ditemukan jejak mayanya. Gileey.
Novel 400 halaman diselesaikan dalam waktu tiga bulan, itu keren banget. Kalau Saya udah nyerah duluan. Hehehe. Tapi kalau disuruh baca mau banget, kebetulan suka dengan novel yang tebel-tebel. Hehehe.
BalasHapusSetuju dengan Kak Elextra, kalau tokoh yang memiliki karakter kuat itu harus konsisten, tidak berubah-ubah karena suatu hal, berprinsip, dan tidak mudah terpengaruh dengan tokoh lain.
400 halaman dalam 3 bulan. Amazing sih. Apalagi kalo ari yg aku baca di atas itu, ini novelnya settingnya di Italia? Keren ih. Jadi pengen baca. Sekalian jadi motivasi biar bisa nyelesein naskahku sendiri wkwk
BalasHapusAku lihat covernya keren iiih...
BalasHapusPaling suka sama novel2 romance/drama yang bisa nyeritain secara detail sejarah kota sebagai latar belakang. Dulu zaman gadis impianku bisa ke Italia. Siapa tahu lewat buku ini, aku bisa ngerasain sensasi kota yang diceritakan.
Gak sabar pengen baca
Menyelesaikan 400 halaman dalam 3 bulan itu luar biasa banget apalagi referensinya yang detail banget. Jadi pengen baca deh, biarpun tebel, tapi isinya menarik :)
BalasHapuswow 3 bulan dan risetnya aduhai. saya suka nih yabv risetnya mendalam kayak gini, hasilnya biasanya bagus. bikin penasaran apalagi romance
BalasHapusMenulis dalam jangka waktu 3 bulan dengan banyak referensi. Keren amat?! Tapi memang sih menulis kalau sudah diniatkan pasti bisa, mau waktunya singkat juga. Hmm,, aku penasaran deh gimana cara penulis re-check data-data di internet sehingga menemukan yang valid. Soalnya kan banyak juga yang nggak bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya hehe
BalasHapusBut, Aku sudah pernah baca novel Mbak Elektra yang judulnya WonderFall dan suka sih sama tulisannya. Kayaknya setelah baca bincang santainya, novel yang ini juga bakal lebih suka
Jawaban nomor 3 dari si penulis itu yang paling jempol menurut saya. Benar sekali, tokoh yang berkarakter kuat harus konsisten sampai akhir tanpa perubahan yang mendadak atau dipaksakan. Mungkin itu pula sebabnya saya sering merasa kehilangan kesan dari tokoh utama di sebuah cerita ketika si tokoh ini tiba-tiba saja karaternya berubah tanpa sebab yang runut. Seorang pembaca, atau penonton, atau penyimak akan tetap mengingat tokoh tersebut hingga akhir apabila karakter yang dibuat memang kuat, punya keunikan, dan konsisten sehingga berkesan di hati penyimak sekali pun ia tokoh antagonis.
BalasHapuswow!! 3 bulan banget ?? keren banget!. Aku juga salut banget sama penulis yang bisa mendeskripsikan suatu tempat (negara) dengan detail meski belum pernah menginjakan kaki disana melainkan bersumber dari situs-situs internet juga buku. Berarti mereka sukses karena bisa membuat para pembaca nya bisa membayangkan tempat tersebut dengan nyata :)
BalasHapusSalut dengan kerja keras Elektra Queen! Riset yang mendalam bikin aku kagum, itu nunjukin kalo Elektra memperlakukan karya sastra dengan serius. Tentu buat memberikan yang terbaik: umumnya buat pembaca, khususnya bagi diri sendiri. Pasti ada kepuasan tersendiri kalo bisa menyelesaikan apa yang kita mulai. Konsistensi menulisnya juga patut diacungi jempol. Bisa juga jadi panutan buat kita-kita yang masih belajar buat nulis novel ��
BalasHapusJadi penasaran pengen cepet-cepet mengapresiasi novelnya hihi
Luar biasa buat kak Elektra Queen.. Bisa menghasilkan buku setebal itu dalam waktu tiga bulan dengan riset yg terbilang matang. Dari interview di atas, buku Yes Boss! ini membuat pembaca merasakan atmosfer Italia tanpa harus terbang ke negaranya. Menurutku salah satu ciri novel yg berkualitas adalah novel yg realistis/segala sesuatunya ada sebab-akibatnya, tidak tiba-tiba berubah hanya karena buru-buru ingin mengakhiri konfliknya sehingga terkesan dipaksakan untuk segera mencapai ending. Ke-misterius-an penulis jg bisa menjadi daya tarik tersendiri bagi pembaca. Ibarat seorang musisi dan pelukis, karya nya dinikmati dan disukai banyak orang meskipun belum melihat penampilannya.
BalasHapusTidak bisa di bayangkan satu novel dengan 400 halaman di garap dalam waktu 3 bulan. Aku suka dengan penulis yang tidak mempunyai ambisi seperti ini, memang sejati begitu, menulis adalah tekad mencapai kesenangan, baik untuk diri sendiri ataupun orang lain. Tapi kalau sampai membuahkan hasil seperti ini, itu lebih bagus lagi, setidaknya lebih banyak orang yang membaca, lebih banyak kesenangan yang di dapat penulis.
BalasHapusWowwww keren. 400 halaman selesai dalam waktu 3 bulan yah? Makin kepo sama bukunya!
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusWow, referensi untuk penulisan novel ini benar-benar luar biasa banyak, beragam dan menarik ya. Salut dengan para penulis yang tidak hanya membuat karya menarik tapi juga memberikan banyak info, pengetahuan, dan banyak hal lainnya yang menambah wawasan hanya dari membaca buku karya mereka. Semakin penasaran dengan karya baru Kak Elektra Queen ini! ;)
BalasHapusmenyelesaikan novel 400 halaman dalam waktu 3 bulan merupakan waktu yang singkat. Aku kadang gak suka kalo lagi baca novel karakter tokohnya tiba-tiba berubah kayak gak ada prinsip gitu. jadi tertarik pengen baca juga
BalasHapusKesalahan orang-orang pandai ialah menganggap yang lain bodoh, dan kesalahan orang-orang bodoh ialah menganggap orang lain pandai. - Pramoedya Ananta Toer